Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Games dan Kehidupan [Pesan Tersirat]

16 Juli 2017   18:16 Diperbarui: 16 Juli 2017   18:22 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jika dulu untuk memainkan sebuah alat permainan yang lebih dikenal dengan sebutan Gamebot harus mengantri dengan saudara, bahkan harus pake adegan berantem segala, hingga akhirnya memutuskan untuk mengalah dan memilih untuk mencari teman lalu memulai permainan tradisional yang disepakati bersama.

Berbeda dengan sekarang. Maraknya android dengan beragam pilihan game yang tersedia di play store mempermudah siapapun untuk memainkan sebuah game atau permainan tanpa harus mengantri dengan saudara. Bagaimana tidak? Sepertinya android sudah seperti kebutuhan wajib yang kudu ada bagi setiap anggota keluarga.

Main ke mall, ketemu anak-anak, pasti lagi bermain game dari android orang tuanya. Naik KRL, ketemu dengan orang dewasa dengan headset di telinga dan sebuah game di hadapannya di layar android. Main ke rumah teman, play station menjadi salah satu alasan mengapa tamu pulang lebih awal.

Games every where! Faktanya, dalam memainkan sebuah game di android, kita ditantang untuk mendapatkan score tertinggi dari pengguna lain. Kita ditantang untuk segera menyelesaikan tugas hingga bisa beralih ke level lebih tinggi yang jauh lebih menantang lagi. Kita ditantang untuk terus bergerak dan tidak berhenti di titik awal di mana kita telah memulai permainan tersebut. Kita ditantang untuk menang! Dan kesepakatan ini bukan hanya terjadi pada games di android, permainan tradisional juga menerapkan hal yang sama, selain keseruannya tentu saja.

Dalam sebuah game, kita diberi kesempatan 5 kali permainan untuk dapat memenangkan tantangan yang diberikan. Jika kelima kesempatan yang tersedia tidak kita gunakan sebaik-baiknya, kita akan kehilangan kesempatan untuk memenangkan tantangan. Masih bisa, tentunya kita harus menunggu beberapa jam lagi untuk mendapatkan kesempatan itu. Atau kalau kita sudah sangat terobsesi dengan game tersebut, kita bahkan rela merogoh kocek agar peluang yang diberikan pada kita untuk menyelesaikan tantangan, bisa lebih banyak lagi.

Gagal, coba lagi! Gagal lagi? Coba lagi! Hingga level tantangan yang tengah kita hadapi, bisa kita lewati. Meski kerap menyebalkan karena sulit dilalui, gamers tetap mencoba lagi dan lagi sampai akhirnya di suatu waktu, level yang sebelumnya dianggap sangat sulit itu, bisa dilalui.

Ada kalanya gamers berada di level yang serasa "elahhhh, ini mah gampang" ada kalanya berada di level "Ishhhhh. Ngeselin banget sih ini game! Susah amat kelarnya. Arghhh!" Ada kalanya gamers berada di level yang rasanya sangat sulit, namun entah bantuan apa yang tersedia dari aplikasi game tersebut membuatnya menjadi hal yang sangat mudah dilakukan, sampai-sampai keluar pertanyaan "Lah, ini beneran udah?"saking tidak percayanya bahwa level itu sudah benar-benar selesai kita lalui. Kadang kala kita berada di level yang sepertinya sangat mudah untuk dilakukan, tapi anggapan "Ini pasti gampang gue kerjain"akhirnya membuat kita gegabah dan semena-mena dalam mengambil langkah dan akhirnya gagal lalu harus mengulang kembali dari awal.

Tidak jauh berbeda dengan games, kehidupan membutuhkan apa yang disebut gagal- coba lagi! Gagal lagi? Coba lagi! Terkadang, saat menghadapi ujian hidup yang rasanya sangat berat, seolah-olah hal tersebut tidak akan mampu kita selesaikan, kita malah dikejutkan dengan betapa mudahnya ternyata hal itu diselesaikan. Bahkan penyelesaiannya pun bukanlah sesuatu yang kita pikirkan akan kita terima -- mukjizat.

Jika kesulitan yang dihadapi oleh gamers di sebuah game membuat mereka semakin tertantang untuk menyelesaikannya tantangan tersebut, berbeda halnya dengan kehidupan. Menapaki langkah pada satu hal dan ternyata di awal kita sudah dihadapkan pada kesulitan, tidak sedikit yang memutuskan untuk berhenti dan mencari hal baru yang dianggap jauh lebih mudah untuk dilakukan. Hanya sedikit yang membuka hati dan mau untuk menyelesaikan. Mencari jawaban "bagaimana jika aku terus melanjutkan?"

Ketika terjun ke hal baru tersebut, ternyata bukan juga hal yang mudah untuk dilakukan. Begitu seterusnya. Hingga akhirnya tidak ada satupun yang dikuasai, tidak ada satupun yang mampu dilakukan dengan expert, tidak ada satupun yang dilakukan hingga menghasilkan sebuah karya. Tidak ada! tersadar dari itu, usia tak lagi muda, tubuh pun tak lagi bertenaga untuk kembali memulai dan sudah sangat terlambat untuk meneruskan sesuatu yang masih gagu untuk dilakukan.

Sangat mudah untuk memulai. Yang sulit adalah bagaimana kita untuk menyelesaikan, bagaimana kita membuka diri dan mau memberi hati untuk mengakhiri dengan kemenangan!

Sebuah pesan kehidupan dari permainan.

Semoga bermanfaat.

Awan Kumulus

Bekasi, 16 Juli 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun