Mohon tunggu...
Edu Krisnadefa
Edu Krisnadefa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Penggemar sepak bola & musik. meet me at http://edukrisnadefa.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Steelheart, Mama, dan Kenangan-kenangan Itu

18 Agustus 2011   04:26 Diperbarui: 4 April 2017   17:44 10687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_129909" align="aligncenter" width="640" caption="SAAT BERJAYA - Steelheart di masa jaya. Dari kiri ke kanan: James Ward (bass), Chris Risola (gitar), Milijenko Matijevic (vokal), John Fowler (drum), Frank DiCotanzo (gitar). (foto: metal.com)"][/caption] ENTAH kenapa saya selalu menyukai lagu yang menggambarkan sosok seorang ibu. Sungguh, saya selalu merinding mendengar lagu "Ibu" dan "Emak" milik Iwan Fals. Begitu juga saat mendengar "Mama I'm Coming Home"-nya Ozzy Ousborne,  "Mother" (John Lennon), "Selamat Jalan Mama" (Ari Lasso), "Mama" (My Chemical Romance), "A Song for Mama" (Boyz to Men), sampai "Mama" (Eddy Silitonga). Mungkin karena saya terlalu mengagungkan sosok seorang ibu. Seorang yang sangat berjasa terhadap kehidupan kita. Sosok yang rela bersusah-payah mengandung hingga sembilan bulan, kemudian menentang maut saat melahirkan kita. Sosok yang pertama kali mengajari kita tentang kehidupan, sosok yang selalu mendoakan kita di setiap napasnya, sosok yang tak pernah rela kita tersakiti, sosok yang selalu ada saat kita membutuhkannya. Wajar, jika kita pun tak akan rela saat beliau menitikkan air mata. Ada satu lagu tentang ibu yang menurut saya luar biasa super. Sumpah, saya kerap menitikkan airmata saat mendengar lagu ini. Judulnya, "Mama Don't You Cry", yang dinyanyikan Steelheart, grup glam metal asal Conecticut, Amerika Serikat. Di lagu ini, Milijenko Matijevic, sang pencipta lagu, sekaligus vokalis Steelheart, menceritakan perasaannya yang hancur lebur, setelah kehilangan sang ibu. Matijevic menuturkan, betapa dia tak bisa hidup tanpa orang yang melahirkannya itu. Dengan range vokal yang sangat lebar, Matijevic membuat lagu ini terdengar sangat menyayat, dan syahdu tanpa tak terkesan mellow. Denting piano yang dimainkan Matijevic juga menambah kesan mendalam. Di pengujung lagu, koor anak-anak membuat lagu-lagu ini benar-benar bernyawa. Ah, Steel Heart, yang di masa berjayanya juga beranggotakan  Chris Risola dan Frank DiCostanzo (gitar), James Ward (bass), serta John Fowler (drum) itu memang paling jago memainkan emosi pendengarnya lewat lagu-laga balada mereka. Mungkin tak semua rekan Kompasianers ngeh dengan nama grup ini. Baiklah saya bantu. Ini adalah grup yang meledak di pertengahan tahun 1990-an, dengan lagu hits mereka, "She's Gone". Ya, di lagu itu, vokal fenomenal Matijevic, memang benar-benar membius penikmat glam metal. Semua pencinta rock 1990-an, khususnya slow rock, pasti ngeh betapa dahsyat aksi vokal Matijevic di lagu itu. Vokal Matijevic sedikit lebih tebal dari Sebastian Bach, vokalis Skid Row. Namun vokal Matijevic, menurut saya, jauh lebih gagah, lebih berkarakter. Jika Anda sempat menyaksikan film "Rockstar" yang dibintangi Mark Wahlberg, Matijevic inilah yang mengisi vokal saat tokoh Chris Cole yang diperankan Wahlberg, bernyanyi. Di film ini, salah satunya Matijevic menyanyikan lagu Steelheart, "We All Die Young". [caption id="attachment_129910" align="alignleft" width="386" caption="GARANG - Aksi Milijenko Matijevic masa kini, tetap garang. (foto: metalrules)"][/caption] Kembali ke Steelheart,  di awal tahun 1990-an, lagu "She's Gone" memang sangat terkenal. Hampir di setiap album kompilasi ballada, atau slow rock, memasukkan lagu ini sebagai salah satu "headline". Sementara di panggung-panggung rock di Jakarta, hanya band-band tertentu yang mampu membawakan lagu ini dengan sempurna. Hebatnya, Steelheart tak terjebak kesan cengeng dengan lagu tersebut lantaran mampu mempertontonkan kesan macho di lagu-lagu lainnya. Sebut saja lagu-lagu "Love ain't Easy", "Can't Stop Me Loving You", atau "Rock n Roll" yang mencerminkan Steelheartsebagai band rock asli. Sound gitar yang meraung-raung milik Risola dan DiCostanzo benar-benar khas band metal. Hanya memang, harus diakui, justru leewat lagu-lagu slow rock dan balada-lah nama Steelheartmenjulang. Buktinya, di album kedua, Tangled in Reins, mereka jagu menjagokan lagu "Mama Don't You Cry" sebagai hits single. Begitu jgua di album selanjutnya, Wait, yang menjagokan "Wait" dan "We All Die Young" yang bergenre sweet rock. Namun, sayang, nama Steelheart seperti langsung tenggelam setelah album Wait ini. Mereka memang sempat muncul dengan mini album Just A Taste dan album full Good 2B Alive di tahun 2006 dan 2008. Namun, dua album itu sama sekali tak mampu mengangkat kembali nama Steelheart. Sampai saat ini, Steelheart sebenarnya masih eksis. Mereka bahkan baru saja menyelesaikan tur Asia, dan kabarnya, siap merilis album baru di Korea dan Cina. Namun, hanya Matijevic dan Risola yang merupakan personel asli. DiCostanzo dan Ward sudah tak lagi bersama mereka. Begitu juga dengan Fowler yang meninggal lantaran pendarahan otak tahun 2008 lalu. Namun begitu, bagi saya, Steelheart tetap memiliki tempat tersendiri. Maklum, begitu banyak kenangan saya miliki bersama grup ini. Lagu "She's Gone", misalnya, mengingatkan saya akan kenangan di tahun 1994-an, saat masih bergabung dengan grup band yang bermarkas di kawasan Pisangan Lama, Jatinegara. Dulu, dengan lagu itu di telinga, lewat kabel ear phone, saya pulang pergi Ciledug-Jatinegara, hanya demi mengejar mimpi menjadi seorang rockstar, halahhhh.... [caption id="attachment_129911" align="alignright" width="309" caption="BIKIN NGEROCK - Sayatan gitar Chris Risola membuat lagu Stellheart tambah ngerock (foto: chrisrisola)"][/caption] Lalu, lagu "We All Die Young" mengingatkan saya akan seorang kawan kuliah yang meninggal lantaran overdosis narkoba. Dan, tentu saja lagu "Mama Don't You Cry" mengingatkan saya akan ibu saya. Kebetulan lagu ini popular saat saya masih duduk di kelas 2 SMA, masa-masa yang kadang ingin saya lupakan, saat mendengar lagu ini. Maklum, seperti mungkin juga rekan-rekan Kompasianers lainnya, masa-masa itu adalah masa di mana saya begitu frontal menentang orangtua. Secara tak sengaja, sering kali saya membuat ibu saya menangis, membuatnya marah, bahkan menyakiti hatinya. Namun, saat pagi datang, beliau tetap setia membangunkan saya, menyiapkan semua kebutuhan saya bersekolah. Dan, saya selalu ingat kata-katanya setiap saya berangkat ke sekolah, "Hati-hati, jangan bikin masalah di sekolah". Mama, you really are the best.....buat semua ibu di Kompasiana, you really are the best. Sumber: Wikipedia, metal.com,chrisrisola.net, spiritofmetal.com, youtube

  • Special thanks to Bro Novian Nover, yang telah mengingatkan saya kepada Steelheartdi postingan saya sebelumnya.

Diskografi 1990   Steelheart 1992   Tangled In Reins 1996   Wait 2006   Just a Taste 2008   Good 2B Alive Steelheart, "Mama Don't You Cry" Steelheart, "She's Gone"


Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun