Mohon tunggu...
Dita Mawaddah
Dita Mawaddah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Resensi Novel Negeri Van Oranje

30 Oktober 2015   14:17 Diperbarui: 4 April 2017   18:27 14566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

a. Judul Resensi            : Negeri Van Oranje

b. Data / Identitas Buku

    i. Judul Buku             : Negeri Van Oranje

   ii. Pengarang              : Wahyuningrat, Annisa Rijadi, Rizki Pandu Permana  dan Adept Widiarsa

   iii. Penerbit                 : Bentang Pustaka

   iv.Tahun Terbit            : 2015 (Edisi II, Cetakan Keenam)

    v. Harga Buku            : Rp. 57.000

c. Isi Resensi

  1. Pendahuluan
  • Memperkenalkan Pengarang
  1. WAHYUNINGRAT, adalah orang pertama dari kelurahan Pondok Kopi Kecamatan Duren Sawit yang bisa masuk ke istana, salaman sekaligus ngobrol dengan Ratu Belanda. Ia dan beberapa teman sekelasnya terpilih umtuk menghadiri undangan The Fifth Anniversary of the Prince Claus Chair in Development and Equity di Paleis Noordeinde, The Haque. Menurutnya tinggal di negeri orang merupakan harus luwes dalam segala hal. Beragam cara harus dilakukan untuk survive. Mulai dari ngotot mengganti ban belakang sepeda yang bocor, bekerja sebagai pelayan restoran Indonesia yang membuatnya mendadak kaya karena kebanjiran tip pelayanan. Dan yang paling meherankan saat menjadi pelajar miskin di negeri orang adalah dia bisa kuat antre bolak balik tujuh kali untuk dapat makan kentang goreng khas Belanda porsi jumbo yang saat itu sedang berlangsung perayaan bagi-bagi gratis.
  2. ANNISA RIJADI, menurutnya akhir bulan adalah saat paling bokek sedunia. Biasanya kalau kantong kering kurang semangat menyambut weekend. Untungnya Ia dan teman-teman dekatnya sama-sama memiliki Pathe Unlimited, yaitu suatu kartu anggota bioskop Pathe. Dengan membayar abonemen tujuh belas euro per bulan dapat nonton sampai botak gondrong. Pas sehabis nonton masih pengen ngopi tapi gak punya duit, mereka baru sadar kalau ternyata salah satu film yang mereka tonton tengah menawarkan sebuah promo, kalau nonton film itu dapat kopi gratis. Tanpa berpikir panjang langsung saja mereka membeli tiket karcis film yang promo tadi. Karcis gratis yang “mubazir kalau nggak dipakai” katanya. Dapat pahala bikin senang ngopi gratis pun kesampaian.
  3. RIZKI PANDU PERMANA, hidup di Belanda berarti harus siap dengan beberapa hal yang bernama MAHAL, kata penulis. Dengan uang beasiswa yang terbatas keinginan buat jalan-jalan keliling Eropa hanya bisa disiasati dengan mengirit. Namun menurut penulis Ia bukanlah tipe orang yang bisa mengirit apalagi harus ngirit makan, maka mencarai pekerjaan tambahan adalah adalah salah satu solusinya. Adapau bebrapa pekerjaan yang pernah dilakukanya yaitu cleaning service dan pelayan di restoran. Menurutnya banyak suka dan dukanya, sukanya yaitu ketika digaji cukup besar, yang membuatnya merasa beruntung, bayangkan saja dari kerja Cuma bersiin WC dan sekolah selama dua jam sehari mendapat gaji lebih kurang sama dengan emapat juta rupiah sebulan. Dukanya adalah ketika menjadi pelayan restoran dadakan di pasar malam, penulis dan teman-temannya tidak dibayar karena pemiliknya menghilang begitu saja. Yang mebuat penulis dan teman-temannya semakain gondok adalah pemilik restorannya adalah orang Indonesia, sungguh tega memang.
  4. ADEPT WIDIARSA, setelah seminggu berdiam di Den Haag, akhirnya penulis cukup beruntung berrhasil menemukan empat sepeda rongsokan yang dipungut di tong samapah sebuah apartemen elite di Scheveningen. Lahirlah sebuah sepeda gado-gado cantik bewarna abu-abu, lumayan punya sepeda gratisan. Dengan aksesoris lampu dan tas bagasi gratisan hijau norak bertuliskan ”Konmar” jadilah si Releigh teman setia yang menemani perjalanan studi Penulis. Hingga pada suatu malam setelah Penulis mengunjungi seorang teman yang tinggal di Centraal Station Den Haag, ditempat parkir seperti biasa penulis menyiripkan mata mencari secarik warna hijau norak dari tas bagasi si Releigh namun dicari-cari tidak terlihat, ternyata si Releigh hilang. Sang Penulis pun pulang sambil tertawa geli andai saja tempat parkirnya terang benderang piker Penulis. Akhirnya sambil tersenyum Penulis mengejar trem terakhir sembari berdoa semoga si maling enggak keseruduk trem gara-gara si Releigh yang sekarat ngambek saat dikayuh. 
  •        Belum ada buku lain yang ditulis oleh pengarang. Novel Negeri Van Oranje merupakan buku pertama karangan Wahyuningrat, Annisa Rijadi, Rizki Pandu Permana dan Adept Widiarsa. 
  • Penulis dalam membuat novel ini menggunakan bahasa yang beragam, seperti bahasa Indonesia, bahasa Belanda, dan kadang juga menggunakan bahasa Daerah seperti Kalimantan dan Betawi. 
  • Tema yang dianggkat dalam novel Negeri Van Oranje yaitu tentang Pesahabatan lima sekawan yang terdiri dari Lintang, Wicak, Daus, Banjar dan Geri yang didalamnya juga terdapat kisah percintaan dari kelima Aagaban tersebut. Selain itu juga terdapat unsur pendidikan di dalamanya.
  •        Novel negeri Van Oranje ini merupakan suatu novel yang menggunakan bahasa yang beragam, sehingga kadang menyulitkan pembaca dalam memahami suatu kata, misalnya saja kata dalam bahasa Belanda. Untuk kedepannya diharapkan buku ini dapat disertai dengan arti dalam bahasa Indonesianya. 
  • Novel Negeri Van Oranje ini merupakan Novel yang menarik, karena dapat memberikan kesan atau dapat membawa pembaca terbawa suasana dalam cerita tersebut. Selain itu novel Negeri Van Oranje juga memberi kita pandangan bahwa persahabatan itu unik  

 

  1. Tubuh / Isi
  • Sinopsis

Kisah lima sahabat (Aagaban) begitulah sebutan mereka. Aagaban  terdiri dari Iskandar (Banjar), Wicak, Firdaus Gojali Muthoyib ( Daus), Anandita Lintang Persada (Lintang) yang merupakan salah wanita dalam Aagaban, dan Geri.     Mereka merupakan lima mahasiswa asal Indonesia yang menuntut ilmu di Belanda untuk meraih gelar master atau S-2. Susah senang menjadi mahsiswa di nergeri orang menjadikan mereka bersahabat erat.

Takdir lah yang mempertemukan Aagaban, lima sekawan yang berjuang, berbagi pengalaman bersama dalam meraih cita-cita, impian harapan, tanpa takut dengan apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun