Mohon tunggu...
Ade Aryanti Fahriani
Ade Aryanti Fahriani Mohon Tunggu... Freelance Researcher -

Seorang hamba Allah pemakmur bumi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nias Ku Sayang, Nias Barat Ku, Malang?

15 April 2016   22:43 Diperbarui: 15 April 2016   22:55 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pantai Nias di Kota Gunung Sitoli"][/caption]Nias Barat, April 2016

Syahdan, tersebut-lah sebuah pulau nan indah rupawan. “Bersembunyi” di sudut Barat Provinsi Sumatera Utara, yang konon katanya menyimpan kharisma surga dunia. Keindahan pantai nan biru, butiran pasir putih, ombak yang menggulung tinggi, beragam biota laut, hingga budaya lokal yang mendunia, telah lama melekat dalam sebutan namanya, si Pulau Nias. Meski demikian, ternyata dibalik “kecantikannya”, pulau ini menyimpan kerapuhan akan bencana alam. Sebut saja bencana Tsunami dan gempa bumi yang datang silih berganti “mewarnai” pembangunan aksebilitas pulau ini.

[caption caption="Peta Nias Barat | Sumber: Google Map"]

[/caption]Pulau Nias setidaknya terdiri dari 5 Kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten Nias, Nias Utara, Nias Barat, dan Nias Selatan dengan pusat keramaian di Kota Gunung Sitoli. Namun, diantara 5 Kabupaten/Kota tersebut, Nias Barat-lah Kabupaten yang dapat dibilang kabupaten “pesakitan”. Hal ini setidaknya didasarkan pada data IPKM (Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat) Tahun 2013 yang menempatkan Kabupaten Nias Barat di peringkat 486 dari 497 Kabupaten Se-Indonesia. 

Bahkan di bawah Kabupaten di bagian Timur Indonesia sana seperti Kabupaten Merauke (210), Kabuapten Pegunungan Bintang (405), Kabupaten Raja Ampat (448), Kabupaten Puncak Jaya (459), dan Kabupaten Jayawijaya (482). Saya jadi berpikir, apakah Nias Barat tak jauh lebih “layak” daripada bagian Indonesia Timur sana?. Padahal secara fisik berada lebih dekat dengan Pusat Ibukota Indonesia daripada pelosok perbatasan timur negara.

Ada Apa Dengan Nias Barat?

Sekelumit pertanyaan saya tentang Nias Barat mulai terkuak ketika saya mulai menjejakan kaki di Bandara Binaka, Kota Gunung Sitoli. Bak artis ibukota, kedatangan saya di bandara langsung disambut oleh mas-mas travel. Namun, ketika saya menyebutkan tujuan ke pusat pemerintahan Nias Barat, mas travel sepertinya agak berat mengiyakan. Pun, jika ada yang mau, mereka menawarkan harga yang lumayan fantastik untuk sekedar melakukan perjalanan darat sepanjang 80 Km. Alasan mereka simpel, “Nias Barat itu itu medannya susah kaka, perlu pikir-pikir ulang untuk bawa kakak ke sana”. Hmm.. apakah se-ekstrim itu??, batin saya.

Setelah “ujuk-ujuk” mencari transportasi yang ramah di kantong, akhirnya saya berjodoh dengan angkutan umum Cold L300 yang adanya cuma sekali dalam sehari “mampir” ke Nias Barat. Itu pun setelah ber-nego ria, sebab angkutan umum ini tidak melalui pusat pemerintahan dikarenakan akses jembatan yang terputus. Alternatif terakhir adalah dengan memutar jalan lain yang tentunya memakan waktu lebih lama dari rute biasanya dilewati oleh angkutan ini.

Sepertiga perjalanan awal memang terasa mulus, nyaris tanpa hambatan yang berarti. Tapi, semenjak menginjakan perbatasan Kabupaten Nias Barat, tampak beberapa lubang-lubang dan aspal yang amblas disana sini, bahkan ada beberapa titik yang jalannya terputus membentuk jurang kecil yang hanya dihubungkan dengan beberapa bilah kayu. Dan perjalanan ini semakin menantang ketika kami mulai memasuki daerah pegunungan. Menyusuri jalanan bertebing, berlembah, naik-turun, dan bertikungan tajam menjadi pemandangan yang biasa disini. Tak banyak angkutan travel yang menyusuri rute Nias Barat ini. Konon, kondisi jalan seperti ini lah yang membuat mobil travel sekelas avanza sering terperosok ke dalam lubang, sehingga jarang ada supir travel yang bersedia ke sini untuk mengambil risiko kerusakan pada mobil mereka.

[caption caption="Akses Jalan Nias Barat"]

[/caption]

[caption caption="Akses Jalan Nias Barat"]

[/caption]

[caption caption="Akses Jalan Nias Barat"]

[/caption]Sesekali saya membayangkan bagaimanakah jika dalam keadaan darurat melalui jalan begini dengan sepeda motor di malam hari? tentunya sangat berbahaya. Ya.... beginilah kondisi geografis Kabupaten Nias Barat, kontur tanah yang labil membuat jalanan sering amblas disini. Bagaimana mau diperbaiki kalau setiap harinya keadaan jalan dapat berubah-ubah, apalagi jika tempat ini sering disinggahi gempa bumi. Sehingga perbaikan jalan dirasakan sesuatu yang cukup menguras dana dan energi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun