Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Goa Latea, Rumah Terakhir Orang Pamona

4 Agustus 2015   07:54 Diperbarui: 4 Agustus 2015   08:50 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pintu gerbang yang suram terkesan mencekam saat sebuah bukit kecil berdiri di tepian Danau Poso, bukit yang sebenarnya memiliki arti budaya jika ditelisik lebih dalam. Kini bukit kecil itu hanya menjadi saksi bisu masa lalu. Sebuah bukit dengan batuan sedimen yang indah, begitu kaki melangkah menuju mulut goanya yang kecil. Goa Tangkaboba atau Latea demikian orang Pamona memberi nama goa di tepian Danau Poso ini.

Pada jaman dulu orang Pamona yang berasal dari bukit Wawelembo --merupakan suku asli penduduk Poso-- memakamkan leluhurnya dengan meletakkannya dalam peti lalu menyimpannya dalam goa. Kegiatan ritual pemakaman seperti ini memang lazim di Pulau Sulawesi. Adat pemakaman masyarakat Toraja di Rantepao-Sulawesi Selatan juga demikian, tetapi mereka meletakkan peti mati di dinding-dinding batu yang dilobangi menjadi goa.

Sebuah mulut goa hanya bisa dimasuki satu orang saja, itu pun sambil menunduk menuju pintu masuknya. Di dalam goa yang gelap sudah dibuatkan jalan setapak dengan cara membuat lintasan dari semen. Begitu sampai di dalam dinding-dinding batu gamping dari goa terlihat seperti goa kapur. Stalagtit terlihat terbentuk dengan bentuk beraneka pola.

Seberkas cahaya terlihat dari atap goa yang berlobang. Saya membayangkan bagaimana jika ada ada cahaya matahari yang menyorot ke dalam menembus uap-uap air dari dasar goa. Ray of light yang indah akan terurai di dalam goa. Lamunan saya buyar ketika melihat ada tumpukan tulang-belulang di sisi kanan jalan. Tumpukan tulang ini adalah salah satu dari sekian banyak kerangka yang disimpan dalam goa ini.

Di dalam goa ini ada dua mulut lagi yang menjadi tempat penyimpanan peti jenazah dari leluhur orang Poso. Ritual penyimpanan peti jenazah itu berhenti saat adanya misionaris dan memberikan ajaran baru tentang budaya pemakaman. Saat penemuan situs ini terdapat 4 pasang peti mati dengan 36 tengkorak dengan sendok dan tempurung kelapa sebagai bekal kuburnya. Di goa yang kedua ditemukan 17 pasang peti mati dengan 47 tengkorak. Bekal kubur di goa yang kedua berupa manik-manik, gelang perunggu, poerselen, dan perhiasan dari perak. Pada tahun 1994 situs ini dipugar oleh pemerintah daerah dan menjadi obyek wisata sejarah.

Goa yang terletak di Sangele-Tentena tepat berada di tepian Danau Poso yang indah. Di mulut goa yang ada di lereng bukit, kita bisa menyaksikan Danau Poso dari sisi selatan setelah sebelumnya melintasi jembatan pamona yang membelah Sungai Poso. Akhir dari perjalanan ini, kita seolah dibawa ke masa lalu bagaimana dengan budaya pemakaman mereka sudah memberikan penghormatan kepada leluhur dengan menampatkan jenazah peti mati, menyimpan dalam goa, dan memberikan bekal kubur. Konon awalnya antropolog menyangka bahwa orang Pamona dan Toraja adalah satu keturunan karena memiliki budaya yang sama. Goa Latea menjadi bukti peradaban masa lalu bagaimana menghormati leluhurnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun