"Bu, Ayah mana?"
"Di depanmu."
Sambil memegangi rambutnya yang dikepang dua, gadis kecil itu melongok ke dalam mangkok. Ia melihat dua bola mata yang tatapnya sangat ia kenal.
"Ibu memasak mata Ayah?"
"Semur bola mata. Kesukaanmu."
Gadis kecil itu tampak ragu, membuka mulutnya atau tidak, sementara sendok berbola mata yang dipegang ibu sudah hampir menyentuh ujung hidungnya.
"Harum sekali. Bola mata ayahmu ini lebih lezat dibanding lainnya."
"Bukannya mata laki-laki di rumah sebelah lebih genit, Bu?"
"Dia belum beristri. Lain halnya dengan mata Pak RT, tapi tak segurih ini."
Sehari sebelumnya, jasad Pak RT ditemukan di semak-semak tanpa bola mata. Perutnya sobek, ususnya terburai.
"Apakah Ayah genit?"