Mohon tunggu...
Humaniora

Jadilah Masyarakat yang Produktif

13 Juni 2017   19:56 Diperbarui: 13 Juni 2017   20:03 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di masa sekarang ini, semakin terasa cepatnya perkembangan dalam berbagai aspek. Pada tahun 2016 negara-negara Asean termasuk Indonesia telah menerapkan pasar bebas dibidang barang, jasa, permodalan dan juga tenaga kerja yang mempengaruhi keadaan Indonesia, yaitu kebijakan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) setiap Negara bersaing dalam pasar bebas, berusaha untuk meningkankan kualitas perekonomian negaranya. Dengan adanya MEA, Indonesia harus bisa mengatur strategi agar dapatkan memanfaatkan peluang yang ada dan tidak menjadi negara yang tertinggal.

Banyak negara yang berusaha  untuk memajukan negaranya, melalui sumber daya manusia yang berkualitas, dan bahkan ketika negara lain yang tidak memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA) yang melimpah seperti di Indonesia, negara luar berusaha mengupayakan untuk maju diberbagai bidang yang dapat negara tersebut kembangkan. Melalui penemuan-penemuan yang terus dikembangkan, pengembanggan tekonologi yang tiada hentinya, pemanfaatan teknologi untuk mendapatkan keuntungan yang besar bagi negaranya.

Namun faktanya dimasa persaingan yang cukup ketat ini, masih banyak masyarakat Indonesia yang berkutat dengan hal-hal tidak berfaedah untuk memajukan negara Indonesia. Kurangnya kesadaran diri dari masyarakat sendiri untuk memajukan negaranya sendiri dengan mengembangkan diri menjadi pribadi yang produktif, berpikiran maju dan mampu bersaing dengan negara lain. Sumber daya manusia (SDM) di Indonesia masih dinilai rendah dari negara-negara maju lain yang memiliki kualitas dan kinerja yang berbeda dengan SDM Indonesia.

Permasalahan yang sedang banyak terjadi di Indonesia sekarang ini, pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan adalah masalah saling sebar berita hoax, sibuk bergosip, dan bahkan yang sekarang sedang booming banyak bermunculan akun gosip. Media sosial banyak digunakan untuk memposting hal yang tidak berfaedah, banyak netizen yang ikut berkomentar, sibuk ngurusin urusan orang lain dan mencari keuntungan dari kejadian yang terjadi, kasus mengkafirkafirkan orang lain, mengadu domba,  mengintimidasi dan meneror orang lain. Kecanggihan teknologi belum digunakan dengan tepat, salah satunya penggunaan smarthphonebelum digunakan  dengan smartoleh para penggunannya.

 Jika kita mengaku ingin mensejahterakan Indonesia, namun dengan berperilaku anarkis, apalagi dengan membawa nama agama pastinya tidak dibenarkan. Membangun Indonesia yang lebih baik, bukan dengan melakukan hal menimbulkan perpecahan dan saling menjatuhkan.

            Pemberitakan mengenai Presiden Joko Widodo yang ikutan geregetan terhadap hal-hal yang tidak produktif oleh masyarakat Indonesia sendiri. Beliau menyatakan dalam pembukaan rapat Koordinasi Nasional Pengawasan Internal Pemerintah di Istana Negara, pada Kamis (18/05/2017). Dalam pidatonya, Presiden Joko Widodo mengutarakan tentang bagaimana cepat nya perkembangan yang terjadi di negara luar, sedangkan di Indonesia masih berkutat pada hal-hal yang tidak produktif, urusan demo, urusan fitnah, urusan hujat menghujat. Masyarakat Indonesia selalu mengembangkan negative thingking kepada yang lain, fitnah , saling sebar berita hoax. Perlunya mengubah pola pikir dan etos kerja, disiplin jika kita tidak mau tertinggal dengan negara lain.

            Hal-hal yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo memang ada benarnya juga, dengan berkembangnya teknologi dan persaingan yang ketat saat ini seharusnya masyarakat Indonesia harus sibuk berbenah dan lebih produktif. Perihatin ketika negara lain sudah masuk fase pembayaran non cash, membeli barang tidak menggunakan credit card melainkan dengan menggunakan smartphone. Masyarakat Indonesia harus bangkit, ubah pola piker yang salah. pada pidatonya Presiden Jokowi juga menyampaikan pendapat tentang Tiongkok yang pernah mengakui kehebatan Indonesia ketiak membangun jalan tol Jogorawi pada tahun 70-an.

            Banyaknya terjadi kasus pelanggaran karena masih banyak masyarakat Indonesia yang sibuk dengan urusan demo, fitnah, urursan hujat menghujat, selalu mengembangkan negative thingking, menyebarkan kabar hoax. Pelanggaran yang banyak terjadi di media sosial. Kebanyakan masyarakat Indonesia belum produktif, untuk berusaha menajdi Negara yang maju dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kinerja yang baik. Masyarakat masih sibuk mengurusi hal-hal yang tidak penting dan merendahkan orang lain, sehingga yang terjadi adalah perpecahan antar sesama warga Indonesia sendiri, yang seharusnya rakyat Indonesia mempertahankan kesatuan dan persatuan NKRI.

            Dari beberapa kasus di tahun 2017 ini dapat menjadi gambaran tentang kondisi masyarakat Indonesia sekarang,

Kasus Ahok dengan kasus penistaan agama, banyak masyarakat yang menjadi anarkis, aktivitas yang menimbulkan perpecahan dikalangan netizen di media sosial yang pro dan kontra, dan maraknya berita yang menghasut dan belum tentu kebenarannya yang menimbulkan perselisihan diantara sesama rakyat Indonesia.

Berita tentang  salah satu pesulap Indonesia, Demian Aditya yang tampil di luar negeri pada acara ajang pencarian bakat America’s Got Talent yang turut andil membawa nama baik Indonesia malah banyak mendapat bully dan hujatan dari netizen Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun