Mohon tunggu...
Dee Daveenaar
Dee Daveenaar Mohon Tunggu... Administrasi - Digital Mom - Online Shop, Blogger, Financial Planner

Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama, dan kami sembah dengan berbagai cara, jauhkanlah kami dari sifat saling melecehkan. Amin.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dapatkah Penyakit Pegel Melarat Diobati dengan GERDEMA?

30 November 2014   21:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:26 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prologue

Saat ada pengumuman event Kompasiana Nangkring Tokoh Bicara buku Revolusi dari Desa oleh Bupati Malinau DR Yansen, saya langsung mendaftar dan voila inilah kali pertama saya ikutan event Kompasiana padahal dah jadi member sejak 2009. Saya langsung merasa klik dengan materi yang akan dibahas sebab sudah tiga tahun belakangan ini, saya yang wanita metropolis juga menjadi wong ndeso. Dengan menikahi seorang pria yang mukim di sebuah kabupaten di Jawa Timur. Kabupaten yang menempati peringkat I GDP se Jawa Timur sungguh memiliki fakta yang mengenaskan. Tiba di sana, saya menjadi saksi panen gagal karena musim kemarau yang panjang dan tanah yang sudah rusak dan menghitam akibat polusi industri di sana. Cukup sulit bagi saya menemukan tanah yang masih berwarna merah di sana.

[caption id="attachment_338776" align="aligncenter" width="423" caption="DR Yansen dan Kang Pepih Nugraha"][/caption]

Pabrik-pabrik berdiri megah sepanjang jalan, industri menengah dan besar berebut mendirikan pabrik di sana. Sayangnya kehadiran pabrik-pabrik tersebut yang mengungkit GDP di sana ternyata tidak memberikan dampak ang signifikan pada kesejahteraan warga sekitar. Hingga akhirnya mereka lebih memilih untuk melego lahan-lahan pertaniannya. Dua patah kata yang menjadi alasan untuk melego tanahnya sungguh telak menggambarkan kondisi yang terjadi “Pegel Melarat”. Demikian istilah yang sudah umum di sana. Pernah suatu sore saat saya ada di beranda, seorang ibu menyapa saya. Minta maaf dan berterimakasih karena tadi pagi mengambil plastik bungkusan nasi basi tiga hari yang saya taruh di tempat sampah depan rumah. Semula saya pikir nasi tersebut untuk pakan ternak tak tahunya nasi tersebut untuk konsumsi ibu tersebut sekeluarga.Sungguh nelangsa saya mendengar….saya tak tahu harus bicara apa dan sedih sekali membayangkan ibu itu sekeluarga makan nasi basi tiga hari. Nasi tersebut terlupa dikeluarkan dari rice cooker yang sudah dimatikan sebelum kami traveling tiga hari. Dan ketika saya temukan tadi pagi, nasi sudah berwarna kuning, berair dan bau apek.

Mengenai GERDEMA

Ternyata fenomena yang saya temukan juga terjadi di kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Sebagaimana disampaikan DR Yansen, kemiskinan yang pekat dan terus menerus membuat warga mengubah lahan –lahan pertanian menjadi properti ( hal. 101).

DR Yansen sungguh birokrat sekaligus ilmuwan yang mumpuni ketika menggaris bawahi bahwa sebagian besar (65%) masyarakat Indonesia tinggal di desa. Di desa pula terletak kekayaan alama dan keanekaragaman bangsa kita tapi apa yang terjadi. Orang pintar mencari ilmu ke kota, setelah pintar mencari nafkah di sana. Buktinya adalah tradisi mudik saat hari raya. Apakah bekerjanya warga desa ke kota memberikan manfaat untuk masyarakat dan pembangunan?

Sedangkan warga yang sebagian besar berpendidikan rendah akan ke luar negeri menjadi TKI atau TKW dan menjadi pembantu rumah tangga di sana. Ketika orang terdidik dan orang dengan pendidikan rendah sama-sama meninggalkan desa berarti di desalah masalahnya bersumber. Sayangnya desa cenderung diabaikan padahal seharusnya dibesarkan.

Berangkat dari masalah inilah tercetus pemikiran Revolusi dari Desa oleh DR Yansen. GERDEMA - Gerakan Desa Membangun yang merupakan suatu gerakan memberikan pemahaman tentang percaya sepenuhnya kepada Rakyat. Revolusi dari Desa mencakup halsejak penerapan konsep pembangunan yang terintegrasi antara pendekatan partisipatif dan teknokratik yang bermuara di desa.Penyerahan urusan dari perangkat tehnis daerah ke perangkat desa sebanyak 33 urusan. Revolusi dalam hal konsistensi antara formulasi, implementasi dan evaluasi kebijakan pembangunan desa oleh pelaku pembangunan dan masyarakat desa.

Revolusi juga menyentuh masalah pengelolaan dana pembangunan dengan memberikan kepercayaan penuh kepada desa melalui kontrol anggaran secara mandiri. Adanya penyerahan dana kelolaan/ desa/ tahun sebesar Rp. 1.2 Milyar – Rp. 1.3 Milyar..

Membaca buku Revolusi dari Desa akan memahami langkah runut dan sistemis implementasi dari GERDEMA ini. Sebuah program kerja yang bergerak dari desa, desa menjadi sebuah entitas dan komunitas sebagai subyek utama. Ada indikator strategis pembangunan utama Malinau, yakni (hal. 23):

1. 1. Pembangunan Infrastruktur Daerah untuk memecahkan isolasi wilayah dengan cara membuka

-membuka jalur jalan tembus

-membangun akses sektor produksi masyarakat dengan membangun jembatan

2.2. Membangun sumber daya manusia.

DR Yansen memetik pelajaran berharga dari pengeboman Hiroshima dan Nagasaki. Dimana setelah pengeboman itu, pemerintah Jepang fokus mengumpulkan guru, mendidik mereka bahkan sampai ke luar negeri agar sekembalinya kelak bisa mendidik bangsa Jepang kembali. Terbukti dengan SDM berkualitas,hanya dalam jangka waktu satu dekade – Jepang bangkit.

3. 3. Membangun Ekonomi daerah melalui sektor ekonomi kerakyatan. DR Yansen menggaris bawahi peluang ekonomi dari pengelolaan pengumpulan hasil hutan melalu Izin Usaha Pemungutan Hasil Hutan (IUPHH). Selama ini kontribusi dari sektor ini masih rendah dan partisipasi masyarakat hanya sebatas menjadi buruh dengan penghasilan pas-pasan. Oleh karena itu Pemda Malinau menghidupkan usaha kerajinan rotan yang teknologinya relatif mudah dikuasai. Pemda juga mewajibkan penggunaan hasil olahan kerajinan rotan untuk masyarakat luas.

Pembinaan sejak masa produksi, pemasaran hingga pemberian fasilitas kredit tanpa agunan dan bunga sebagai modal usaha.

4. 4. Membangun sektor Kepemerintahan.

Dengan melakukan semacam reenginering pada fungsi mekanisme kerja SKPD ( satuan kerja perangkat daerah) sebagai petugas garis teknis operasional yang mengelola sumber daya dan potensi daerah termasuk mengatasi berbagai masalah yang ada.

Untuk itu Pemda Malinau mengalokasikan penghasilakan aparat desa menjadi Rp. 1.2 juta/ bulan dari semula Rp. 800 ribu/ bulan belum termasuk adanya honor penanggung jawab setiap kegiatan.

[caption id="attachment_338777" align="aligncenter" width="423" caption="DR Yansen"]

14173312561089937731
14173312561089937731
[/caption]

Lantas Bagaimana Hasilnya?

Masyarakat pedesaan memiliki tingkat kepuasan yang cukup tinggi terhadap pelayanan publik dalam bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan air bersih, listrik pedesaan dan pelayanan pemerintah.

Lebih lanjut lagi masyarakat merasakan adanya kemajuan dengan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan. Peningkatan pendapatan masyarakat itu antara lain juga karena melalui program GERDEMAmampu menciptakan lapangan kerja di desa (70.25% responden).

Tak heran jika konsep GERDEMA pada tahun 2013 lalu menerima penghargaan Innovative Government Award dari Kementerian Dalam Negeri.

Lantas kembali ke pertanyaan saya di awal, Apakah GERDEMA mampu mengobati penyakit Pegel Melarat?

Saya yakin bisa terutama jika GERDEMAdiadopsi oleh Kementerian Dalam Negeri agar dipergunakan diseluruh kabupaten di Indonesia. Misalnya jika GERDEMA diaplikasikan di kabupaten Xprovinsi Jawa Timur tersebut. Yang pertama dilakukan adalah memperbaiki tata ruang wilayah tersebut dengan mengalokasikan daerah tertentu khusus sebagai kawasan industri dan selanjutnya melakukan pungutan daerah yang sesuai untuk pendapatan daerah. Pendapatan daerah tersebut bisa dipergunakan untuk memperbaiki struktur tanah yang telah terkena polusi. Saya pernah dihubungi oleh seorang pakar pertanian yang berniat membantu memperbaiki struktur tanah tersebut, saat mengupload tulisan mengenai kondisi tanah yang memprihatinkan.

Selanjut desa bisa mengembangkan usaha peternakan bagi warganya mengingat kabupaten-kabupaten sekitarnya yang mengembangkan usaha peternakan berkembang pesat bahkan bertaraf nasional.

Bagi kabupaten Malinau sendiri masih ada Pe eR agar GERDEMA ini makin berkilau. Misalnya sosialisasi ke masyarakat pedesaan masih perlu ditingkatkan sebab pemahaman mereka mengenai perencanaan dan anggaran masih rendah.

Selain itu untuk pengembangan desa wisata juga belum optimal, saya membayangkan situasi alam Malinau yang masih serba hijau dan “perawan” itu tentunya lebih baik jika dikembangkan dengan pendekatan ala Raja Ampat, Papua atau desa wisata Sade di Lombok atau kawasan Komodo.

Perincian Buku:

Judul               : Revolusi Dari Desa (Saatnya Dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya Kepada Rakyat)

Penulis             : Dr. Yansen TP., M.Si

Editor              : Dodi Mawardi

Penerbit           : PT. Elex Media Komputindo

Tahun Terbit    : 2014

Cetakan           : Ke-1

Jumlah Hal.     : xxviii + 180 halaman

ISBN               : 978-602-02-5099-1

1417331477409862365
1417331477409862365

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun