Dring, pesan whatsap masuk.Â
"Mas,saya terlanjur berjanji,g enak kalau diingkar. Siang ini ada waktu? Kita ketemuan ya?"
"Iya, siap ukhti, dimana ya?"terangku
"Di dekat tempat mas kerja aja"
"Siap"ujarku.
Pertemuan saat itu,hanya ingin memperjelas  arah rasa ini.Â
Kala itu obrolan empat mata makin cair. Rasanya, aku sendiri mulai menemukan kenyamanan dalam dirinya. Padahal baru empat bulan kita menjalin perkenalan tapi aku sudah mulai temukan nyaman itu,menyelip dalam tutur katanya.Â
Dalam obrolan panjang itu, tiba saatnya aku lontarkan tanya. Setelah di balik ta'arruf ini, kapan niat sakral kita segerakan,Aisyah?
Hentak ia terdiam lama, tak ada senyum,tak ada kata basa-basi, bahkan tak ada jawab, pun ia langsung pergi tanpa ada pamit. Hanya kata maaf "aku pulang"
Hari berlalu,komunikasi pun mulai tak aktif lagi, ia mulai berjaga jarak, soalnya aku perhatikan dari cara balasan chatnya. Aku bisa menebak,bahwa dirinya "sedang menjaga diri".Â
Sebagai laki-laki, kita juga harus  pandai mempelajari bahasa chat. Kalau kita tanya "apa kabar? Ia jawab "baik". Kemudian di obrolan itu tidak ada tanya balik,bertanda, komunikasi harus stop. Ingat!! Harus tau diri.