Grup Merdeka itu berakhir setelah pemiliknya Burhanudin Mohamad (B.M.) Diah meninggal dunia, Senin, 10 Juni 1996. Sudah tentu tidak langsung berhenti, tetapi sejak itu, keadaan penerbitan Grup Merdeka terombang ambing, akhirnya tenggelam.
Sudah tentu pers Indonesia digayuti awan hitam, setelah kepergian B.M.Diah Pers Indonesia berkabung dengan perginya seorang tokoh pers, B.M. Diah (79 tahun).
Lahir di Kotaraja, Aceh, yang sekarang bernama Banda Aceh, pada 7 April 1917. Harian "Merdeka" yang terbit pada hari duka itu, khusus di halaman Dr. Clenik yang sering ditulis B.M Diah, diwarnai tinta hitam, sebagai tanda turut berkabung.
Harian "Republika," edisi Selasa, 11 Juni 1996 membuat judul: "Wartawan Pejuang itu telah Tiada." Di sana dipaparkan pula kesedihan keluarga B.M Diah, isteri B.M.Diah, Herawati Diah dan tiga anaknya Adyaniwati Tribuana Said, Nurdianawati W.Rohde, dan Nurman Diah.
Seiring dengan wafatnya B.M Diah, perjalanan Harian "Merdeka" ikut terseok-seok dan kemudian tenggelam. Kini tidak ada lagi kop surat kabar berlogo merah darah, yang boleh dikatakan tidak bisa lepas dari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. Ia terbit pada tanggal 1 Oktober 1945, hanya satu setengah bulan setelah bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya.
Terbit pada saat bangsa Indonesia tengah berjuang merebut periuk nasinya sendiri dari tangan penjajah, pada saat suatu bangsa tengah berusaha menegakkan suatu negara republik yang bernama Indonesia.
Buat saya, mengingat B.M Diah samalah artinya mengingat perjalanan jurnalistik pertama di Kelompok Penerbitan Merdeka, Majalah "Topik" (Redaktur Pelaksana), 1 Juni 1985 - 1 April 1988 dan Harian "Merdeka" (Redaktur Luar Negeri), 1 Oktober 1992 - 1 Maret 1993.
Khusus Majalah Berita Bergambar "Topik," di mana saya menjadi Redaktur Pelaksana terakhir hingga tidak terbit lagi dan Surat Izin Terbit (SIT) nya dicabut Departemen Penerangan Republik Indonesia (sekarang Kementerian). Menariknya SIT majalah ini pula yang proses penerbitannya tidak lebih dari , tidak lebih dari dua jam. Dalam sejarah pers nasional Indonesia barangkali prodes kelahirannya sangat unik. Setelah SIT keluar dan ditandatangani, baru persyaratan lainnya disusulkan.
Sebuah surat telah dilayangkan PT. Merdeka Press yang ditujukan kepada Menteri Penerangan RI Budiardjo pada tanggal 11 Januari 1972. Surat yang ditandatangani B.M.Diah itu berisikan permohonan SIT untuk menerbitkan sebuah majalah mingguan "Topik ."
Pada tahun 2006, saya menulis Tesis Strata 2 di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Judul tesis saya: "Harian 'Merdeka' Sebuah ' Personal Journalism' B.M.Diah (1945-1996)." Saya berpendapat, bahwa temuan kajian ini adalah harian "Merdeka" salah satu surat kabar perjuangan, yang khusus berbicara mengenai politik dan lahir pada tanggal 1 Oktober 1945, sangat konsusten melaksanakan garis politiknya hingga pendirinya B.M.Diah meninggal dunia pada tanggal 10 Juni 1996.