Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan featured

Sebenarnya, Bagaimana Standardisasi [Minimal] untuk "Toilet Disabled?"

19 September 2017   13:44 Diperbarui: 19 November 2020   11:51 40342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepertinya, toilet adalah "hal remeh temeh", apalagi untuk penyandang disabilitas. Seringkali, justru toilet umum, sangat tidak mendapat perhatian, dianggapnya toilet adalah tempat yang 'kotor', menjijikan dan tidak memiliki nilai jual. Tetapi toilet sangat dibutuhkan oleh manusia.

Lama kelamaan, toilet berubah fungsinya. Dari sekedar buang hajat, di beberapa negara maju, toilet merupakan 'tempat keluarga', dengan kursi2 yang nyaman, kaca besar serta tempat berdandan. Itu ada di Amerika dan Eropa, seperti juga di ruamh adikku di Irving, Dallas.

Juga di ruang publik, terutama di mall2 baru. Toilet semakin cantik, dengan kaca2nya serta jenis sanitary, sesuai dengan perkembangan jaman. Bahkan toilet2 di mall besar, menjadi icon cantik, dengan desain2 khas nya.

Lalu, bagaimana dengan toilet khusus untuk penyandang disabilitas?

Yang dimaksudkan toilet penyandang disabilitas, memang hanya pemakai kursi roda, karea penyandang disabilitas bukan pemakan kursi roda, bisa bercampur dengan masyarakat umum, kecuali memang mereka ingin memakai toilet disabled.

Seperti yang aku tuliskan tentang 'toilet disabled', di link dibawah ini - Tolong Pedulikan Kami: Adakah yang Tahu dan Peduli dengan 'Toilet Disabled?' -, toilet disabled khususnya di Indonesia masih sangat terabaikan. Bahkan di mall2 besar yang sudah ada toilet disabled nya pun, tidak sesuai dengan standradisasi.

Misalnya,

  • Dimensi atau ukuran ruangnya, hanya sekedar lebih besar dari toilet umum masyarakat umum. Sehingga, kursi roda hanya sekedar bisa masuk, itupun dengan susah payah, dan pintu akhirnya tidak bisa ditutup, karena bukaan pintu ke dalam.
  • Railing yang ada hanya 1 atau 2 saja, itupun tidak sesuai kebutuhan. Kecil dan pendek. Ditambah lagi, railing tanam yang ada BIASANYA tidak tertanam dengan baik, sehingga raiing bergoyang. Dimana pasti membahayakan bagi yang memegangnya!
  • Karena warga Indonesia memang belum peduli tentang banyak hal, termasuk toilet disabled, pintu toilet disabled itu biasanya dikunci oleh petugas, tetapi mereka tidak stand-by yang mengakibatkan kita susah untuk mendapatkan kunci tersebut!
  • Fasilitas toilet disabled pun tidak sering diperhatikan. Tissue habis, sabun tidak ada bahkan kadang kala di toilet disabled tidak ada air!
  • Jika posisi dan lokasi toilet disabled dekat dengann toilet umum, SEHARUSNYA ada space untuk maneuver kursi roda. Realitasnya adalah, kursi roda sangat susah masuk ke sana.

Akibatnya, sang penyandang disabilitas justru harus beranjak dari kursi rodanya, dipapah oleh keluarganya, dengan susah payah! Ketika beberapa developer sudah mulai peduli tentang posisi, lokasi atau kebutuhan toilet disabled, tetapi petugas yang memeliharanya tidak 'care', ya ... sama saja bohong, bukan? Perbaikan2 yang perlu, justru tidak dianggap perlu. 

"Ah ... gampang! Nanti saja!" 

Sebenarnya, bagaimana standardisasi untuk toilet disabled?

Peraturan Kepmen PU No.486 tahun 1998, dijelaskan tentang detail toilet untuk penyandang disabilitas, salah satunya, Esensi dan persyaratan. Bahwa kebutuhan sanitasi adalah untuk semua orang, baik yang sehat juga penyandang disabilitas. 

Sedangkan penyandang disabilitas itu bisa memang seseorng yang 'cacat', lanjut usia, ibu2 hamil, anak2 dan bayi. Dimana semuanya benar2 merupakan dasar dari esensi sebuah toilet.

http://resco.co.nz
http://resco.co.nz
Contoh denah standar untuk toilet disabled. Pintu terbuka keluaar. Handrail standar yang harus ada, posisi tata letak barang2 sanitary dan ukuran2nya yang sangat standard. Jika sudah dilengkapi dengan standisasi yang seperti ini, setidaknya kita sudah mempunyai ruang publik toilet disabled yang 'ramah'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun