Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Dellie Threesyadinda, Putri Legenda yang Kini Bidik Emas Asian Games

15 Agustus 2018   23:38 Diperbarui: 16 Agustus 2018   21:30 1183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dellie Threesyadinda/foto: instagram.com/delliedinda

Melihat Dellie Threesyadinda hari ini, bayangan kita akan tertuju pada Lilies Handayani. Meski berbeda nama, Dinda, begitu Dellie disapa, banyak mewarisi keunggulan dari sang ibu. Salah satu yang paling mencolok adalah bakat memanah.

Seperti sang ibu, Dinda kini menjadi atlet panahan. Wanita berusia 28 tahun itu tengah merenda harapan untuk menghadirkan kebanggaan bagi Indonesia. Ia menjadi salah satu harapan Indonesia di pesta olahraga antarbangsa Asia yang sebentar lagi akan dimulai.

Saya mendapat kesempatan di sela-sela kesibukannya untuk menggali beberapa informasi. Ketika dihubungi melalui pesan singkat beberapa waktu lalu, Dinda mengatakan sedang melakukan persiapan terakhir sebelum ambil bagian di Asian Games 2018. Berbagai persiapan sudah dilakukan sejak berbulan-bulan bahkan dalam hitungan tahun. 

Mendekati hari penyelenggaraan persiapan lebih difokuskan pada aspek mental. Segala persiapan teknis tidak akan berpelukan dengan prestasi bila tidak dibarengi dengan mental yang kuat untuk menghadapi persaingan ketat.

Sebelum itu hari-harinya hanya diisi dengan latihan, latihan dan latihan. Pergumulannya semakin intens dengan menjalani "try out" dan pemusatan latihan. Sebelum menjalani pemusatan latihan di Surabaya sejak 1 Juli lalu, ia dan rekan-rekannya yang tergabung dalam tim nasional panahan diuji dalam event Hyundai Archery World Cup. Selama sepekan, mereka bertarung di Antalya, Turki, sejak 20 hingga 26 Mei 2018.

Kini mereka siap tempur. "Persiapan sudah optimal, tinggal menunggu hari H," tegasnya.


Keluarga pemanah

Seperti disinggung sebelumnya, nama Lilies Handayani sudah melegenda di kancah panahan nasional. Ia adalah satu dari tiga srikandi Indonesia yang berjaya di Olimpiade Seoul 1988. Bersama Nurfitriyana Saiman dan Kusuma Wardhani, mereka membuat bendera Merah-Putih bisa digerek naik.

Semula ia dan rekan-rekannya bukan siapa-siapa. Saat berangkat ke Seoul, Korea Selatan mereka tidak diperhitungkan untuk meraih medali. Namun perlahan tetapi pasti ketiganya mampu bersaing dengan para unggulan, bahkan mampu mendepak para jagoan satu per satu. China dan Taiwan mampu disingkirkan di babak semifinal.

Selanjutnya di babak final, mereka berhasil mendepak Amerika Serikat dari perebutan tempat kedua. Perolehan poin mereka hanya kalah dari tuan rumah, Korea Selatan yang kemudian berhak atas medali emas.

Prestasi tersebut menjadi tonggak penting dalam sejarah panahan khususnya dan olahraga Indonesia umumnya. Itu adalah medali pertama Indonesia sejak keikutsertaan di Olimpiade modern di Helsinki, Finlandia, pada 1952.

Tidak banyak atlet Indonesia yang kemudian mampu berprestasi di pesta olahraga tingkat dunia. Bisa dihitung dengan jari perolehan medali Indonesia di Olimpiade. Prestasi trio srikandi itu baru bisa dilampaui oleh Susy Susanti dan Alan Budikusuma pada 1992 di Barcelona. Keduanya mempersembahkan dua medali emas dari cabang bulu tangkis.

Terlepas dari itu, Lilies Handayani kemudian mewarisi bakatnya kepada anak-anaknya. Bakat tersebut sebenarnya diterima dari kedua orang tuanya. Seperti orang tuanya, Lilies pun aktif dan cukup berprestasi baik di panahan maupun pencak silat.

Bakat olahraga dan panahan khususnya kemudian terwarisi dari generasi ke generasi. Dari kedua orang tuanya, lalu menurun kepadanya, lantas kini diteruskan ke anak-anak dan keluarga besar. Seperti penuturannya kepada Kompas.com, tidak hanya anak-anaknya yang diarahkan untuk menjadi atlet panahan, tidak sedikit atlet tingkat nasional dan provinsi berstatus keponakan.

Lilies Handayani berpose di depan gambar puterinya, Dellie Threesyadinda/ foto dari Kompas.com
Lilies Handayani berpose di depan gambar puterinya, Dellie Threesyadinda/ foto dari Kompas.com
Meski sebagian besar masih berhubungan darah, Lilies juga membuka kesempatan kepada siapa saja untuk belajar dan merenda harapan menjadi atlet panahan. Setelah pensiun, Lilies kemudian membuka sekolah panahan. 

Mengambil namanya sendiri sekolah tersebut dikenal sebagai Lilies Handayani Srikandi Archery School (LH-SAS). Letaknya di kota kelahiran, Surabaya.

Salah satu yang kini diharapkan melanjutkan prestasi Lilies adalah Dinda. Meski belum mampu meraih medali Olimpiade seperti sang ibu, Dinda sudah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. 

Beberapa prestasi yang telah ditorehkan antara lain medali perak di Archery World Cup 2008 di Inggris dan medali perunggu di nomor compound beregu SEA Games 2017.

Kerja keras

Pengalaman dan perjumpaan yang intens dengan kedua orang tuanya tak ubahnya saksi hidup paling dekat yang bisa ditimba semangat dan inspirasi. Lilies bisa beprestasi di Olimpiade tidak semata-mata mengandalkan bakat. Kerja keras berlatih tanpa kenal lelah di bawah arahan almarhum Donald Pandiangan adalah faktor penting yang mengantar mereka ke podium juara.

Spirit serupa di-"copy" Dinda. Sejak berumur lima tahun ia sudah berkenalan dengan panahan. Selain sang ibu yang merupakan atlet profesional, sang ayah, Deny Trisjanto, juga mendampinginya secara intens. Perkembangannya dari tahun ke tahun selalu berada dalam pantauan kedua orang tuanya.

Prestasi pertama diperoleh saat berusia tujuh tahun. Raihan medali emas di sebuah ajang internasional menjadi titik awal yang membakar semangatnya untuk terus berprestasi. "Di situ saya ingin mendapat medali lagi di event selanjutnya," tandasnya.

Kemudian ia terlibat dalam berbagai turnamen mewakakili Indonesia. Pemilik medali emas SEA Games 2013 di Myanmar itu terus merenda harapan, termasuk di Asian Games 2018. Bertanding di hadapan pendukung sendiri tentu memotivasinya untuk bisa berprestasi.

Selain persiapan optimal, ia juga selalu dekat dengan orang-orang terdekat. Meski mereka masih bertalian darah, ayah dan anggota keluarga tetap mendampinginya secara profesional. 

Di jajaran pelatih terdapat dua keluarga dekat. Selain sang ayah juga Lilies Heliarti yang berstatus tanta. Tidak hanya itu, ada juga Nurfitriyana Saiman yang tidak lain adalah rekan setim sang ibu saat meraih medali perak di Olimpiade Seoul. 

Dinda dan tim Indonesia saat meraih medali perunggu di SEA Games 2017/foto instagram.com/delliedinda
Dinda dan tim Indonesia saat meraih medali perunggu di SEA Games 2017/foto instagram.com/delliedinda
Tidak mudah

Korea Selatan, Taiwan, Iran dan Malaysia disebut sebagai pesaing terberat untuk meraih medali. Korea Selatan bahkan sudah lebih dulu menghadang Indonesia. Tidak main-main, Korea Selatan merupakan jura bertahan sekaligus peringkat satu dunia. Di level Asia dominasinya hampir tak tertandingi. Medali emas hampir selalu diraih sejak Asian Games IX New Delhi pada 1982.

Namun begitu Dinda tidak gentar. Target medali, bahkan medali emas tetap dipegang. Sebagaimana penuturan di akun Instagram pribadi, selama masih ada waktu ia akan terus berusaha.

"Yang jelas, saya tak akan berhenti berusaha dan berlatih untuk dapat menunjukan performa terbaik di Asian Games nanti. Saya optimis saya bisa (meraih medali emas."

Meraih medali emas telah menjadi impiannya, apalagi berlangsung di tanah air. "Karena mendapatkan medali emas di ajang Asian Games merupakan cita-cita saya, cita-cita yang ingin saya wujudkan," lanjutnya.

Sebagai informasi, Dinda akan turun di nomor spesialisnya yakni compound. Di samping itu, ada juga nomor recurve yang menjadi dua nomor yang akan dipertandingkan di Asian Games kali ini.

Di atas kertas terbuka peluang Indonesia meraih medali emas. Kita bisa menaruh harapan pada sejumlah atlet. Dinda akan bahu membahu dengan Prima Wisnu Wardhana di nomor compound. Sementara Riau Ega Agatha Salsabila dan Diananda Choirunisa menjadi harapan di nomor recurve.

instagram.com/delliedinda
instagram.com/delliedinda
Akhirnya apa yang diharapkan Dinda bisa menjadi harapan kita bersama. "Saya mohon doa dari teman-teman dan masyarakat Indonesia, supaya cita-cita saya yang akan menjadi keberhasilan bersama bisa terwujud."

Tidak hanya memberikan dukungan dari jauh, kita pun bisa menyalurkannya secara langsung. Semua pertandingan akan mengambil tempat di Archery Field, Kompleks Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Hari pertama pertandingan yang memainkan babak "preliminary" pada 21 Agustus dan berpuncak pada seremoni penyerahan medali pada 28 Agustus nanti.

Oh ya, untuk itu tidak lupa pula kita mempersiapkan tiket pertandingan dengan rentangan harga Rp 100.000 hingga Rp 200.000. Untuk mendapatkannya bisa langsung bertandang ke Kiostix. Mari bersama menyatukan energi untukmu, Indonesiaku!

Tiket dan jadwal pertandingan cabang panahan bisa diakses di www.kiostix.com
Tiket dan jadwal pertandingan cabang panahan bisa diakses di www.kiostix.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun