Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Mempertahankan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia di Tengah Era Globalisasi

1 Juni 2019   14:42 Diperbarui: 1 Juni 2019   14:50 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenangan buruk 1998 yang tak pernah mau dan boleh terulang, semuanya diperoleh dengan menstabilkan sistem keuangan. Foto diunduh dari NusantaraNews.

Lalu lintas semakin sepi, ekonomi kita melambat. Dari tahun ke tahun, Rupiah semakin lemah dan harga kebutuhan terus naik. Teknologi berkembang pesat sedemikian rupa sehingga struktur ekonomi banyak berubah dan terjadi redistribusi pendapatan secara signifikan. Perang dagang terjadi antara dua negara dengan perekonomian yang maju di dunia, apakah kita akan terimbas? Bagaimana nasib kita kelak? Jangan sampai kisah 2008, apalagi 1998 terulang. Itulah kekhawatiran masyarakat awam yang sering masuk ke telinga saya.

Mereka tentu kapok dengan kejadian di masa lalu itu. Peristiwa kelam yang menimbulkan trauma luar biasa di 1998, tidak hanya mengubah struktur ekonomi besar-besaran tetapi keseluruhan hidup di Tanah Air. Belum benar-benar kembali kejayaan kita, hantaman kasus mortgage Lehman Brothers di Amerika Serikat lagi-lagi menyeret kita bersama negara lainnya dalam krisis. Apakah kita masih bisa bersama dalam kerangka globalisasi atau lebih baik mengurung diri kembali ke sistem tradisional?

Bagi para pembelajar makroekonomi, tentu kita tahu bahwa globalisasi dan perkembangan teknologi membuat perekonomian begitu dinamis, naik-turun dengan sangat cepat. Sekalipun kita menutup diri dari dunia internasional, kita tetap tak bisa lari dari pengaruhnya. Masyarakat harus bisa beradaptasi dengan kemajuan yang ada untuk bertahan hidup dan memajukan negeri. Di sisi lain, Pemerintah melalui Bank Indonesia berperan menjaga stabilitas sistem keuangan (SSK).

Keruntuhan satu bank bisa memicu kepanikan di bank lain dan sistem keuangan menjadi tak stabil. Foto diunduh dari Wikipedia.
Keruntuhan satu bank bisa memicu kepanikan di bank lain dan sistem keuangan menjadi tak stabil. Foto diunduh dari Wikipedia.

Meski namanya sederhana, lagi-lagi masyarakat awam bingung. Pernah mendengar singkatan ini, tepatnya ketika dulu komite SSK menetapkan Bank Century sebagai bank berdampak sistemik yang harus diselamatkan oleh Pemerintah dan sampai saat ini kasus ini masih terus diperbincangkan. Apa itu SSK?

Mengenal stabilitas sistem keuangan

Dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, negara membutuhkan stabilitas moneter dan hal ini tak lepas dari stabilitas sistem keuangan yang terdiri dari perbankan serta sistem pembayaran. Lembaga keuangan harus sehat, tingkat suku bunga tak boleh terlalu ketat, dan jangan sampai ada kejadian gagal bayar. Penetapan harga, alokasi dana, dan pengelolaan risiko haruslah berfungsi dengan baik. Dengan demikian, bisa disimpulkan stabilitas sistem keuangan adalah suatu kondisi dimana mekanisme ekonomi dalam penetapan harga, alokasi dana dan pengelolaan risiko berfungsi secara baik serta kejutan ekonomi harus diserap sehingga mampu mencegah gangguan perekonomian terlebih lagi krisis moneter.

Tantangan stabilitas sistem keuangan dalam kerangka interkoneksi

Sistem keuangan nasional terdiri atas banyak lembaga keuangan bank dan nonbank beserta nasabahnya baik rumah tangga maupun korporasi. Semakin banyak proporsi dengan profil risiko yang sama, semakin besar risiko meledaknya masalah likuiditas yang mereka akibatkan pada lembaga keuangan. Ketika lembaga keuangan saling berinvestasi dan/atau meminjamkan uang, guncangan di salah satunya bisa mengakibatkan efek domino terhadap keseluruhan industri.

Tantangan stabilitas sistem keuangan menghadapi keuangan global

Pasar modal dan pasar uang zaman sekarang tak hanya melihat faktor dalam negeri, tetapi juga tren internasional. Gambar diunduh dari IBPA.
Pasar modal dan pasar uang zaman sekarang tak hanya melihat faktor dalam negeri, tetapi juga tren internasional. Gambar diunduh dari IBPA.

Masalah semakin kompleks ketika kita juga berhubungan dengan sistem keuangan internasional. Ketika Rupiah melemah, kewajiban utang luar negeri yang harus dibayar melonjak dan demikian pula dengan risiko gagal bayarnya, terlebih lagi selama ini korporasi lebih menyukainya karena menganggap biaya pinjaman lebih rendah. Bahkan, meski tidak ada masalah dengan perekonomian domestik, sedikit saja sentimen negatif dari negara lain datang bisa langsung memberikan tekanan.

Sentimen ini bahkan bisa jadi hanya berupa rumor. Indonesia dengan kepemilikan asing pada instrumen investasi yang cukup besar memiliki kerentanan dalam situasi ini, terutama ketika terjadi kejutan eksternal dalam perekonomian global (global spillover) yang mendorong investor asing mengurangi eksposurnya pada portofolio domestik secara bersamaan (sudden reversal). Terjadilah tekanan jual yang besar dan harga aset investasi domestik berguguran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun