Mohon tunggu...
Chiesa Aquinita Putri
Chiesa Aquinita Putri Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pekerja, hobi membaca, suka menulis, pecinta keadilan,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kalung Bintang

12 Mei 2013   17:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:41 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika kau tertawa kulihat dengan pasti
Oh dirimu menarik hatiku
Dan biarkan aku menatapmu
Dengan perasaanku yang menggebu tiada henti..

***

Pertunjukan pensi itu riuh oleh teriakan-teriakan penonton. Diantara kerumunan orang-orang yang menyemut itu, aku terhipnotis oleh penampilannya. Terpesona akan kemahiran jemarinya yang menari diantara senar-senar gitar.

“Hoi, kantin yuk bang” sapa Via sahabatku, mengacau kosentrasiku sambil menarik tanganku
“Apaan sih loe, gangguin gue aja, duluan deh sana, nanti gue nyusul” balasku tetap fokus menikmati kepiawaian Rendi memetik gitarnya.
“tahu deh, tahu, lagi ngelihat penampilan pujaan hatinya ya?. Oke deh, gue duluan ya? ” Via pergi meninggalkanku.

Udara siang yang terasa makin menyengat tak menyurutkan niatku untuk menyaksikan pertunjukan band sekolah kami sampai selesai. Begitu tabuhan dram terakhir usai, baru aku beranjak menyusul Via di kantin sekolah.

"Hallo bang,, " teriak anak-anak cowok dari sekolahku yang ngumpul bergerombol diantara kerumunan penonton, aku hanya melambaikan tangan kepada mereka sambil terus berlalu. Kadang risih juga aku dipanggil abang oleh mereka, masa cewek dipanggil abang?, tapi semua itu akibat dari penampilanku yang tomboy seperti cowok maka gelar itu melekat sampai sekarang, padahal aku asli seratus persen cewek."Ah sudahlah" pikirku

"Gimana? Udah bubaran?" Tanya Via saat aku tiba dikantin.
Pertanyaan itu aku jawab dengan anggukan, sambil menggeleng-gelengkan kepala, seolah sedang mengikuti irama musik. Aku sengaja ngeledekin Via.
"Hey,, loe dengar gak pertanyaan gue!" Sergah via sewot.
"Asiiiiiiik..." Teriakku sambil terus bergoyang dan tidak memperdulikan
"Pantasan loe mendapat julukan abang" sungut Via lagi.
"buk,, mie rebus satu " ucapku pada ibuk pemilik kantin sambil terus menggoda Via dengan menari patah-patah ala breakdance.
"Loe kesambet dimana sih?" Tanya Via makin kesal
"Eeee,,, Via, rugi banget loe gak lihat terakhir, seru habis"
"Alah.. Pasti loe cuma lihat si Rendi doang, bukan nikmati musiknya" tebak Via sangat benar.

Dengan lenggang lenggok versi emak-emak, Ibu kantin datang membawakan mie rebus kesukaanku
"Terima kasih Ibuk,"

Aku mulai menyantapnya. Suasana kantin mulai ramai didatangi anak-anak yang baru siap menyaksikan pertunjukan festival band antar sekolah. Kebetulan sekolah kami yang menjadi tuan rumah acara kali ini.

"Abang,, Makan nya ngajak-ngajak donk"
"Eeee,, iya ni,, ayo makan semua" sambutku pada anak-anak cowok yang baru masuk kantin

“Serius kali si abang!!” sapa seseorang sambil menepuk pundakku dari belakang
"Fuuuhhh" aku kaget, mie yang sedang aku makan muncrat keluar dari tenggorokanku. Aku tersedak.
“maaf ya bang” ucap cowok itu sambil mengulurkan segelas air putih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun