Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melawang-sewukan Benteng Van den Bosch, Ngawi

7 Januari 2018   23:45 Diperbarui: 8 Januari 2018   19:10 2997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
banyaknya pintu dan jendela benteng Pendem lebih banyak dibanding dengn Lawang Sewu Semarang | Arsip Pribadi

Perlahan satu persatu penumpang bus pariwisata turun bergantian. Meski salah satu gurunya menyuruh bergantian namun mereka masih saja berebut keluar. Mereka adalah rombongan pelajar setingkat SMU kabupaten Nganjuk yang berdarma-wisata di benteng Pendem Ngawi.

Mereka baru saja melakukan serangkaian perjalanan dari Jawa Tengah. Menurut Pardi salah satu pembimbingnya Lawang Sewu, stasiun Ambarawa, pabrik gula di Klaten, dan benteng Pendem Van nen Bosch ini menjadi rute perjalanannya.

"Sedih melihat kondisi benteng Pendem ini, kondisinya semakin rusak tak terawat.." kata Pardi. Dia merasa prihatin kondisinya setahun yang lalu dengan sekarang masih sama, bahkan menurutnya tambah menyedihkan.

Menurutnya, bangunan sebelah timur sekarang difungsikan untuk ternak burung wallet, temboknya direka sedemikian rupa sehingga menjadi bangunan tinggi tanpa pintu dengan lubang kecil-kecil di sisi atas untuk keluar masuk burung wallet, imbuhnya.

Bau pesing menyengat, ada kolam-kolam kecil yang difungsikan sebagai pendingin sebuah bangunan yang dihuni burung wallet. Paling ujun belakang difungsikan sebagai kandang kambing, sehingga becek dan berbau.

gedung utama yang dulu digunakan perkantoran oleh Belanda
gedung utama yang dulu digunakan perkantoran oleh Belanda
Pardi membandingkan dengan kondisi bangunan cagar budaya di Lawang Sewu Semarang yang baru saja dia kunjungi bersama-sama muridnya. Lawang sewu jauh lebih terawat, bangunan, pintu-pintu, serta atap masih berfungsi dengan baik. Sedangkan kondisi benteng tinggal puing-puing, kayu-kayu banyak yang lapuk, hampir 80% atap sudah tidak berfungsi, tembok-tembok banyak yang runtuh. Bahkan bisa membahayakan pengujung.


Menurutnya benteng Pendem dan Lawang Sewu sama-sama bagunan peninggalan jaman penjajah Belanda. Dia merasa iri dengan perbedaan perlakuan antara bangunan cagar budaya yang berada di Ngawi dan Semarang.

Dia berharap pemerintah Melawang-sewukan Benteng Van Den Bosch Ngawi ini segera.

halaman tengah mirip lapangan
halaman tengah mirip lapangan
Harapan serupa juga datang dari Bambang penjaga kantin di Benteng Pendem. Semakin hari kunjugan ke benteng semakin banyak, terlebih hari libur. Kondisi bangunan banyak yang lapuk bisa membahayakan pengujung, katanya.

"Beberapa kali disurvei namun hanya sebatas survey." Tuturnya.

Menurut Gunawan pengelolaan benteng pendem ini berada di bawah  Yon Armed 12, otomatis milik TNI AD . Hal ini menurut Gunawan membuat pelik pengelolaan.

Gunawan adalah warga lokal Ngawi yang saat kemarin mengantarkan saudaranya dari Jakarta berlibur di tempat ini. Menurutnya pula pemerintah daerah Ngawi sudah mengajukan dana sebesar 200-an milyar untuk merevitalisasi benteng ini. Dan sampai saat ini belum jelas bagaimana kelanjutannya.

kayu-kayu sudah mulai lapuk, dan konon cerita ada yang dicuri
kayu-kayu sudah mulai lapuk, dan konon cerita ada yang dicuri
Arsip Pribadi | Foster besar Johannes Van den Bosh ditempel di puing tembok ruangan kerja benteng Pendem Ngawi
Arsip Pribadi | Foster besar Johannes Van den Bosh ditempel di puing tembok ruangan kerja benteng Pendem Ngawi
Andai saja tempat ini dipugar jumlah pintu dan jendela bisa lebih banyak dari Lawang Sewu, katanya. Namun begitu dia percaya pihak pemda pasti sudah berupaya sungguh untuk merevitalisasi benteng penuh sejarah ini.

Menurut sejarah benteng ini dibangun sebagai benteng pertahanan pasukan Belanda dari serangan pasukan Pangeran Diponegoro. Angka tahun pembangunan 1839 selesai pada tahun 1845, seperti yang tercantum pada gapura masuk sebelah dalam. Pada kurun waktu itu pasukan Belanda dipimpin oleh Johannes Van den Bosch, sehingga nama benteng juga memakai nama pemimpin pada waktu itu.

kantin berada di dalam bangunan benteng, dan motor masih bebas keluar masuk parkir di dalam
kantin berada di dalam bangunan benteng, dan motor masih bebas keluar masuk parkir di dalam
makam kyai Mohammad Nursalim di dalam benteng Pendem
makam kyai Mohammad Nursalim di dalam benteng Pendem
Ada yang menarik dari cerita pengunjung Yogyakarta, mereka jauh-jauh datang hanya akan berziarah ke makam yang berada di dalam komplek benteng. Pada nisan tertulis nama kyai Mohammad Nursalim. Beliau pengikut Pangeran Diponegoro yang tertangkap Belanda dan dipenjara dalam benteng ini.

Dijatuhi hukuman mati dengan ditembak dan digantung, tapi tidak mati. Akhirnya oleh Belanda dikubur hidup-hidup di makam yang saat ini berada. Pengunjung dari Yogyakarta tersebut sudah 3 tahun belakangan ini selalu mendatangi makam yang diyakini masih leluhurnya.

Dalam masterplan yang terpampang di dinding kelak benteng ini akan terlihat kemegahannya. Benteng ini kelak akan dijadikan museum senjata. Lokasi yang mencapai 18 hektar juga sebagian akan dijadikan kawasan taman terbuka hijau. Tempat ini kelak akan difungsikan sebagai perkantoran staf, ruang pameran, diorama penjara, serta sarana prasara tempat wisata lainnya.

bangunan sudah memprihatinkan
bangunan sudah memprihatinkan
masterplan revitalisasi benteng Pendem Ngawi
masterplan revitalisasi benteng Pendem Ngawi
Semoga harapan Pardi bersama murid-muridnya dari Nganjuk, harapan Bambang, harapan Gunawan, harapan warga Ngawi, serta harapan kita semua segera terwujud.

Revitalisasi segera terlaksana, meski konon dinas terkait saling melempar handuk, serta minimnya dana yang turun untuk revitalisasi. Besarnya biaya juga harus sebanding dengan manfaat yang ditimbulkan terutama ketika banyak kebutuhan lain yang harus didahulukan. Namun begitu upaya penyelamatan sangatlah urgent.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun