Mohon tunggu...
Mawarni
Mawarni Mohon Tunggu... -

:D

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Maafkan Aku Pa, Ini Semua Ku Lakukan Agar Kau Tidak Meninggalkan Diriku

9 Januari 2012   09:43 Diperbarui: 4 April 2017   18:27 188913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13261000201599356787

[caption id="attachment_154407" align="aligncenter" width="300" caption="Gambar : Sayyidahqurani.wordpress.com"][/caption] pergumulan baru saja selesai, aku terkapar kelelahan. Ku lihat istriku juga terbaring disebelahku dengan mata terpejam dan senyum tersungging dibibirnya. Tubuhku lelah sekali setelah seharian bekerja di kantor, sebenarnya aku tidak ada mood untuk bercinta tapi istriku memintanya. Sebenarnya aku ingin menolaknya tapi kalau itu aku lakukan ia pasti akan marah marah, berteriak dengan hestris, melempar dan membanting benda benda apa saja yang ada di dekatnya. Begitulah tingkah lakunya kalau keinginannya tidak aku turuti. "Ayo Pa sekali lagi" kata istriku mengajak untuk bercinta lagi. "Sebentar dulu Ma, beri aku sepuluh menit untuk memulihkan kondisi" pintaku kepadanya. "Tidak mau. Pokoknya Mama mau sekarang juga" kata istriku dengan nada tinggi. Mau tidak mau aku terpaksa kembali menggumulinya walaupun kondisi tubuh ini sudah sangat lelah. Aku tidak mau benda benda yang ada di dalam kamar ini berterbangan kemana mana kalau aku membantahnya. @@@@ Sudah seminggu ini aku mencari hiburan di diskotek. Sebenarnya aku tidak begitu suka dengan suasana bising yang ada didalamnya, tapi dari pada pulang ke rumah dan bertemu dengan istri yang selalu marah marah dan memerintah ini dan itu. Kalau di kantor aku adalah Bos yang memerintah para karyawan tapi kalau di rumah akulah karyawan yang diperintah istriku. Aku tidak habis berpikir mengapa perubahan istriku begitu dramatis, ia dulu yang selalu lemah lembut dan tidak pernah membantahku dan sipatnya juga tidak kasar seperti sekarang ini. Perubahan ini terjadi sekitar dua tahunan ini saja, ya sejak perusahaan yang aku pimpin ini berkembang pesat. Dulu waktu aku masuk, perusahaan ini hampir bangkrut. Aku terpaksa mempin perusahaan ini kerena pimpinan terdahulu yakni mertuaku meninggal dan putrinya yang semata wayang yaitu istriku tidak mempunyai kemampuan untuk menggantikannya. Yah dengan sangat terpaksa aku yang waktu itu bekerja di sebuah perusahaan asing berhenti dan mencoba membangun perusahan warisan mertuaku yang hampir kolaps itu. Dengan kerja keras, pantang mundur dan semangat yang tinggi secara perlahan dan pasti perusahaan yang aku pimpin ini bisa bertahan dan makin lama makin berkembang. Dan tentu saja semua itu tidak terlepas dari dukungan dari istriku. Dengan kata lain tampa dia disisiku belum tentu aku mampu mengembangkan perusahaan seorang diri tampa mengecilkan peran para karyawanku. Tapi ya itu tadilah perubahan dramatis sipat istriku membuatku bingung. Sudah beberapa kali aku berganti seketaris kerena istriku tidak menyukainya. Terlalu genitlah, cuma mengandalkan wajah dan tubuh doang dan berbagai macam alasan yang menurutku cuma sekedar menutupi rasa cemburunya. Mau tidak mau aku terpaksa menuruti keinginannya mencari seketaris tidak cantik dan tidak muda tapi bisa bekerja. @@@ "Maaf Mas, boleh aku temani" sebuah suara yang yang lembut mampir ditelingaku ditengah tengah suara misik disco yang hingar bingar. "Oh silahkan, kebetulan aku juga sendiri" kataku ramah menyambut sapaannya. Ku perhatikan wanita yang duduk disampingku ini. Wajahnya cantik, kulitnya putih dan rambutnya sebahu dan pakaiannya juga tidak terlalu vulgar. Orangnya enak juga diajak ngobrol dan pengetahuan umumnya juga cukup luas. "Ayo mas kita melantai, setelah itu terserah mas saja maunya apa aku menurut saja" katanya penuh arti setelah sekian lama kami mengobrol. Hmm sebuah tawaran yang cukup menarik bagiku. Tapi aku kesini memang cuma ingin menghilangkan stress saja dan tidak ada niat untuk yang lain. "Maaf ya aku lagi tidak ada mood. Tapi jangan khawatir kamu tetap aku booking untuk menemani aku ngobrol" kataku sambil tetap menyuruhnya duduk disampingku. Dari penuturannya, ia terpaksa melakukan semua ini kerena faktor ekonomi. Untuk membantu adik adiknya sekolah kerena ayahnya sudah tiada sehingga ia menjadi tulang punggung keluarga itulah alasan klasik yang ia kemukakan mengapa ia menekuni pekerjaan seperti ini. Ketika ku tanya apakah ia mau bekerja seperti orang kebanyakan dan berhenti sebagai wanita panggilan, ia mengangguk dan tentu saja ingin seperti wanita pada umumnya menikah dan mempunyai anak. "Kalau kamu memang benar benar berniat berhenti dari pekerjaan ini kamu bisa menghubungi aku" kataku sambil menyerahkan kartu nama kepadanya. "Terimakasih mas, jarang sekali aku bertemu dengan lelaki seperti mas ini yang tidak memandang rendah wanita seperti aku ini" katanya dengan mata berkaca kaca. @@@ Beberapa hari kemudian seketarisku memberitahu ada seorang wanita yang ingin bertemu denganku namanya Andini. Segera saja ku suruh ia masuk ke ruanganku, setelah memeriksa berkas surat lamarannya ku tempatkan ia di bagian acunting sesuai dengan ijasah yang ia miliki dan kebetulan juga perusahaan memerlukan tenaga staf akunting. @@@ Petang itu ketika istriku pergi reoni dengan teman SMU nya tampa sengaja aku menemukan buku hariannya. Dengan rasa penasaran ku buka lembar demi lembar buku harian itu dan terjawablah sudah mengapa sikap istriku berubah sangat drastis selama ini. Akan ku diskusikan dengannya masalah ini kerena aku tidak ingin persoalan ini menyakiti hatinya dan hatiku. Ku letakkan kembali buku hariannya ke tempat semula dan aku akan mencari waktu yang tepat untuk membicarakan masalah ini. @@@ Malam itu ketika istriku kembali berulah memintaku melayaninya. Ku akui libido istriku cukup tinggi namun bagiku tak masalah kerena aku cukup mampu mengimbanginya. Yang jadi masalah caranya itu cukup kasar atau kalau aku yang pingin ia pasti tidak mau. Malam ini saat yang tepat untuk membicarakan masalah kami. "Ma. Janganlah kau bersikap kasar begitu padaku" kataku lembut kepadanya. "Oh jadi papa sudah mulai berani dan melawan sama mama ya" kata istriku dengan nada tinggi. "Bukan masalah berani atau tidak. Tapi kalau sikapmu selama ini padaku malah membuat hati dan perasaanmu sakit dan ter iris iris mengapa kau masih juga melakukannya" kataku lagi. "Maksudmu apa pa?" tanya istriku. "Tampa sengaja aku menemukan dan membaca buku harianmu" "Jadi kau sudah tahu semuanya" "Iya ma" Tiba tiba saja istriku menubruk dan memeluk kakiku. Dengan perlahan lahan ku angkat tubuhnya dan ku dudukan diranjang. "Maafkan aku pa kalau sikapku selama ini membuat kau menderita" "Tidak apa apa ma. Aku memakluminya. Tapi kenapa itu kau lakukan?" "Aku takut kehilangan dirimu. Aku takut kau meninggalkan diriku. Apalagi sudah lima tahun usia perkawinan kita aku belum hamil hamil juga. Sementara kau masih muda, tampan dan sukses dalam karir tentu banyak wanita yang menginginkan dirimu. Aku takut suatu saat kau akan mencampakkan diriku" kata istriku sambil menangis tersedu sedu di pelukanku. "Meskipun sikapmu itu padaku juga menyakiti dirimu?" "Iya pa. Walaupun aku bersikap kasar padamu tapi hatiku justru sangat sedih. Mana bisa aku melihat orang yang ku cintai justu ku sakiti perasaannya" "Sudah lah ma. Aku tidak menyalahkanmu. Aku tahu semua ini kau lakukan agar kau tidak kehilangan diriku. Aku berjanji padamu aku tidak akan meninggalkan dirimu apapun yang terjadi" "Tapi pa. Bagaimana kalau aku tidak bisa memberikanmu anak?" tanya istriku masih terus dengan kekhatiran. "Jangan kau berpikiran macam macam ma. Toh usia perkawinan kita baru berumur lima tahun. Usiamu dan usiaku juga masih muda masih banyak harapan untuk kita memperoleh keturunan. "Nah sekarang ayo kita bikin anak. Kamu kan sekarang sedang dalam masa subur, berdoa saja kepada tuhan agar benih yang ku tanamkan dalam rahimmu bisa bersemi menjadi buah hati yang kita idam idamkan" kataku sambil melumat bibirnya yang ranum itu. Yah pergumulan itu terjadi lagi namun dalam nuansa yang berbeda kerena tidak ada lagi yang mengganjal didalam hati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun