Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengatakan Tidak pada Pembenci Perdamaian

20 Juli 2017   05:42 Diperbarui: 20 Juli 2017   07:29 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damai - http://www.plimbi.com

Kepada dunia internasional, janji dan harga diri Indonesia ditunjukkan dengan peran untuk menjadi laboratorium perdamaian dalam masyarakat yang berbeda-beda. Betapa mulia dan betapa globalnya Indonesia dengan impian ini.Satu hal yang harus disadari adalah impian tersebut tidak akan pernah mudah. Damai dalam keberbedaan itu merupakan sesuatu yang menandai kualitas kehidupan manusia. Jika kita bisa mencapai perdamaian dalam perbedaan itu, maka kualitas kehidupan kita sebagai individu, masyarakat, negara, dan kaum, telah sampai pada satu titik yang disebut dengan kemajuan.Persoalannya kini adalah kita harus menghadapi perkembangan zaman yang diikuti pula dengan perkembangan ancaman terhadap perdamaian yang kita inginkan itu. 

Di era kolonialisme, perjuangan untuk perdamaian diwujudkan dengan perlawanan terhadap penjajah, dan di masa Orde Baru, cita-cita tersebut dilepaskan dengan cara menggedor otoritarianisme.Di masa kini, ancaman terhadap perdamaian justru bersumber dari keterbukaan. Masa di mana media massa adalah alat yang paling ampuh untuk menghancurkan keinginan tersebut. Dan semuanya bisa disimpulkan dalam satu medan yang disebut politik.Perdamaian itu adalah sesuatu yang universal. Dia tidak akan pernah mati sebagaimana juga ancaman terhadapnya. Sementara itu, politik adalah hal yang gampang berubah.Yang krusial, kini kita berada dalam situasi di mana agama telah dijadikan alasan untuk menolak perdamaian itu. 

Entah mengapa kini sebagian orang kian terbuka untuk menolak perdamaian yang disyaratkan dalam mewujudkan harmoni dalam kebhinnekaan.Efeknya adalah kita juga bisa untuk secara terbuka menunjukkan bahwa mereka yang membenci perdamaian dengan mengedepankan perbedaan agama itu layak untuk ditentang. Dalam hal ini, demokrasi Indonesia telah semakin mendekat dengan kualitas demokrasi di negara-negara maju.Kini, sudah waktunya untuk selalu menjadikan yang universal sebagai fokus sehingga kita tidak bisa diombang-ambingkan oleh apa yang dimainkan oleh politisi melalui media massa. Bertahan pada perdamaian abadi, yang tetap pada sifatnya dalam situasi politik apapun, adalah kekuatan paling mengerikan bagi kejahatan yang menggunakan agama sebagai topeng.

Tanpa agama, konsep perdamaian barangkali harus dicari dalam kehidupan yang non-teologis. Tetapi kita tidak perlu seperti itu, seperti masyarakat Eropa yang tidak tabu menolak agama. Kita tetap bisa beragama, hidup dalam agama, namun yang terpenting adalah damai dalam agama.

Ada pemimpin dunia yang mengatakan bahwa para perusak perdamaian seakan-akan membuat kita mundur selangkah setelah kita maju dua langkah. Tidak mudah memang, tetapi setidaknya kita masih menang satu langkah meski yang selangkah lagi harus kita korbankan sebagai bagian dari perjuangan.Setelah melewati rivalitas Joko Widodo-Prabowo pada Pemilihan Presiden 2014, dunia kini melihat demokrasi Indonesia sebagai demokrasi yang berhasil. 

Setidaknya, dua sosok yang menjadi kandidat calon presiden di masa itu berupaya bersikap dewasa dengan tidak membawa-bawa perseteruan pasca pemilihan.Percayalah, negara ini sedang bergerak ke arah yang lebih baik. Ancaman terhadap perdamaian dalam akar kita sebagai masyarakat yang bhinneka hanyalah syarat yang diajukan terhadap setiap bangsa yang beranjak menjadi besar.Bak pepatah lama, kian tinggi sebatang pohon, kian kencang pula angin yang akan berupaya merobohkannya. Semuanya alami, dan kita tidak perlu cemas untuk mengatakan tidak pada para pembenci kebhinnekaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun