Mohon tunggu...
BRORIVAI_Center
BRORIVAI_Center Mohon Tunggu... Politisi - Kehadiran lembaga BRC pada dasarnya untuk kemajuan Sulsel

BRC ( BRORIVAI Center )

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

BRC Environment Care: Pentingnya Aksi Bersama Mengatasi Kebakaran Hutan

22 September 2019   04:37 Diperbarui: 22 September 2019   13:26 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan | Foto: NASA

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Riau Sumatera dan Kalimantan menjadi perhatian dunia karena kebakaran itu terus terjadi setiap tahunnya semenjak 19 tahun yang lalu.

Kebakaran terjadi setiap tahunnya ini, tepatnya di musim kemarau panjang sesungguhnya telah lama menjadi masalah perdebatan antara Indonesia dan negara-negara tetangga ketika asap melayang di atas Singapura dan beberapa bagian Malaysia, termasuk ibu kota, Kuala Lumpur.

Abdul Rivai Ras
Abdul Rivai Ras
Menurut Founder Brorivai Center, Abdul Rivai ras selaku pembina "BRC Environment Care", menyampaikan bahwa kebakaran sekarang adalah terburuk dalam sepanjang sejarah yang pernah dialami Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Hal ini diungkapkan dalam diskusi yang membahas isu-isu stratejik dan global terkait seluk beluk terjadinya kebakaran dan pentingnya aksi kolektif (collective action) dalam mengatasi kasus karhutla yang berlangsung di Kantor Jaringan Riset dan Respons BRC, Jl. Kalisari Lapan No.47Jakarta, Sabtu (21/09).

"Sebab musabab kejadian karhutla, tidak terlepas karena tahun ini sangat kering dan adanya ulah perbuatan manusia yang tidak bertanggungjawab dengan mencari jalan pintas untuk membersihkan lahan melalui penggunaan metode termurah," ungkap Rivai.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, terdapat kurang lebih 2.900 titik api yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu, diduga sebagian besar dari mereka yang ingin membuka lahan perkebunan untuk menghasilkan minyak kelapa sawit turut andil dalam menciptakan awan asap tebal yang mengganggu sirkulasi udara dan kesehatan bagi manusia.

Dalam catatan diskusi bulanan itu, menegaskan bahwa saatnya upaya aksi kolektif dari semua lapisan masyarakat dapat terlibat menangani karhutla yang selama ini hanya mengandalkan aparat pemerintah.

Lanjut Rivai, pelibatan atau kerjasama pemerintah dan swasta (public-private partnership) harus dilakukan. "Adanya tingkat kesulitan yang tinggi dalam mengatasi kebakaran karena berhadapan dengan hutan yang cukup besar, lahan gambut yang luas, serta terbatasnya instrumen pemadaman menjadi keniscayaan pelibatan semua pihak termasuk terbuka dalam menerima bantuan internasional," pungkasnya.

Demikian halnya dampak yang ditimbulkan dari karhutla ini sangat kompleks. Tidak hanya berdampak terhadap ekologi atau kerusakan lingkungan tetapi mencakup dampak terhadap kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi, serta dampak terhadap hubungan antar negara (hubungan internasional).

"Kebakaran hutan kini menjadi kasus yang sangat serius, telah menarik perhatian masyarakat global karena dinilai ada unsur kesengajaan dan telah membakar lahan yang disebut sebagai paru-paru bumi," tambahnya.

Kebakaran hutan di Riau Sumatera dan pada hari Selasa lalu, yang menghasilkan asap tebal telah mengganggu perjalanan udara, memaksa sekolah-sekolah tutup dan membuat ribuan orang sakit, sehingga tidak mengherankan Indonesia menambah kekhawatiran bagi dunia karena menjadi sumber masalah bagi lingkungan serta keselamatan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun