Mohon tunggu...
Bing Sunyata
Bing Sunyata Mohon Tunggu... Teknisi - Male

Pekerja di sebuah industri percetakan kertas (packaging) Tanggal lahir yang tertera disini beda dengan yang di KTP, begitu juga dengan agama. :) Yang benar yang tertera disni. Mengapa KTP tidak dirubah ? Satu aja ..., malas kalau dipingpong.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Satu di Antara Lainnya (One From Many) (Hal. 5)

12 Juli 2017   17:03 Diperbarui: 12 Juli 2017   17:12 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Halaman 4 ... 

Sekalipun pada sekitar era/masa itu telah manusia telah "mengetahui" konsep kesetaraan, janganlah langsung mengira bahwa tingkat peradaban dalam bidang sosial antara manusia begitu pula dengan hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya ... telah mencapai tingkat seperti yang ada pada masa sekarang. Itu disebabkan konsep mengenai  "kasih" beserta "kerabatnya", belum terdefinisikan. Dapat dimengerti bahwa ketika masalah komunikasi antar manusia belum berkembang, maka "bahasa tubuh" (body language) merupakan sarana penyampai informasi yang "memadai". Begitu pula halnya dengan masalah aturan atau "hukum", termasuk cara menegakkan aturan/"hukum" itu. Dapat ditebak dengan mudah kiranya, bila aturan yang dimaksud beserta cara penegakkannya adalah dengan menggunakan aturan "kepalan tangan".

Sampai/hingga pada tahap itu kiranya bersifat universal di muka bumi ini, meski "kemunculannya" mungkin tidak pada waktu yang persis sama. Ini dapat kita lihat dari berbagai catatan sejarah beserta barang-barang peninggalan, bahwa ... tiada ... dari kawasan-kawasan yang ada pada era/masa lampau yang belum pernah "merasakan" pahit-getirnya peperangan (skala kecil ataupun besar). Dimungkinkan hal inipula yang menyebabkan beberapa suku/tribe/klan memilih untuk menjauh/mengisolasi diri, karena mengalami trauma atau kapok/jera dan tidak berkeinginan untuk mengalami hal yang sama lagi .  

Meski begitu patut menjadi catatan lebih lanjut, bahwa sekalipun sama-sama pernah mengalami "ujian" sebagaimana yang dikemukakan di atas, frekwensi "ujian" itu belum tentu sama pada tiap-tiap kawasan. Ini berkaitan dengan kondisi alam lingkungan yang ada pada suatu kawasan. Pada kawasan dimana alamnya memiliki sumber daya alam yang kaya, kecenderungan bagi manusia untuk saling berperang mempunyai prosentase yang kecil. Jangan dilupakan bahwa  keinginan dan kebutuhan manusia pada era/masa itu, baik itu dalam hal makanan dan yang lainnya tidaklah beragam seperti yang ada pada masa-masa berikutnya. Bahkan dari faktor kebutuhan itu dapat dipahami pula bahwa peperangan yang ada pada era/masa itu, lebih banyak didominasi oleh perkara rebutan wilayah perburuan/mencari makan. 

Salah satu hal yang kiranya dapat dijadikan sebagai bukti dari pemikiran yang dikemukakan diatas, adalah tehnologi dari senjata/persenjataan yang ada pada sebuah kawasan. Semakin sering sebuah kawasan mengalami peperangan, tehnologi senjata/persenjataannya akan lebih canggih dibandingkan dengan kawasan lainnya. 

Sederhana saja. Orang perang, ingin menang. Karena ingin menang, maka ia akan berpikir bagaimana caranya supaya bisa menjadi pemenang. Termasuk diantaranya adalah berpikir mengenai cara untuk membuat senjata yang lebih mematikan (tentunya lebih canggih dibanding dengan sebelumnya). Dan ini kiranya berlaku pada aggressive mod ataupun defensive mod.

Terkait dengan masalah ini, kiranya kawasan yang "merasa" dirinya "terbelakang" dalam hal persenjataan itu, kiranya tidak perlu berkecil hati. Bahkan bila kita bicara mengenai masalah "peradaban" (civilization), melongok pada dasar katanya "adab" (civilize), dapat diketahui bahwa masalah "kekerasan" (violence) bukanlah faktor yang berada pada urutan prioritas utama; walau harus dipahami juga bahwa itu tidak menandakan bahwa itu (kekerasan) dikatakan telah hilang/tiada.

Disebabkan karena kurangnya prosentasi terjadi peperangan, juga dengan kondisi alam yang menyebabkan hidup mereka "berkecukupan", maka pemikiran manusia pada wilayah itu tidak akan terforsir disana. Yang mana itu menyebabkan mereka lebih leluasa untuk menaruh pemikiran mereka pada hal lainnya. Termasuk diantaranya adalah masalah keharmonisan dengan alam lingkungan sekitarnya, dan tentunya itu berbuntut pada bagaimana mereka memperlakukan alam lingkungan sekitar mereka dalam hidup keseharian mereka. Dimana itu tentunya akan terbawa dalam budaya dan tradisi yang mereka miliki. Kiranya ini dapat menjelaskan pernyataan/statement yang ada pada halaman 1.

Bersambung ...

Peeeace 4 all

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun