Mohon tunggu...
Bhayu MH
Bhayu MH Mohon Tunggu... Wiraswasta - WIrausaha - Pelatih/Pengajar (Trainer) - Konsultan MSDM/ Media/Branding/Marketing - Penulis - Aktivis

Rakyat biasa pecinta Indonesia. \r\n\r\nUsahawan (Entrepreneur), LifeCoach, Trainer & Consultant. \r\n\r\nWebsite: http://bhayumahendra.com\r\n\r\nFanPage: http://facebook.com/BhayuMahendraH

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semoga Masih Ada Waktu

15 Agustus 2013   09:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:17 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13765334301718752616

Aku menyesali semuanya, itu pun kalau kamu mau tahu. Semua. Ya, semua yang pernah kulakukan dan kukatakan yang menurutmu melukaimu. Aku tahu aku salah. Dan untuk itu aku tahu, kata “menyesal” saja tak akan cukup mewakili perasaanku.

Dan aku bukan cuma sekedar berjanji, tapi aku sudah mengubah dan memperbaikinya sesuai pintamu. Dengan pengorbanan dan kegetiran luar biasa. Beratnya perjuangan bak latihan tempur prajurit komando.

Entah di belahan dunia mana engkau sekarang berada. Karena katamu dalam SMS singkat membalas pesanku di hari Lebaran, kamu sedang di luar negeri. “I’m abroad, miles away from the town, “ begitu tulismu.

Aku termangu. Mengenang hari-hari yang telah berlalu. Di saat Lebaran dimana biasanya engkau ada di sisiku. Mempersiapkan kesederhanaan di rumah orangtuaku. Meski engkau tak merayakannya, tapi engkau begitu menikmatinya. Termasuk saat-saat makan sahur, meski dengan terkantuk-kantuk engkau menemaniku. Dan di siang hari engkau menolak makan-minum secara terbuka di kantor, meski tempatmu bekerja itu mayoritas pegawainya justru tidak berpuasa.

Betapa tololnya aku selama ini menyia-nyiakan cintamu. Engkau, wanita hebat yang dipuja banyak pria. Tapi engkau malah memilihku. Lelaki kecil dengan cita-cita besar.

Tapi cita-cita bukanlah kenyataan. Ia sebatas impian. Harapan yangbelum tercapai. Dan setelah tujuh tahun kita bersahabat dengan lima tahun terakhir kita sekaligus mengikrarkan diri sebagai pasangan hidup, engkau meninggalkanku bak sampah. Tak percaya cita-cita besar itu bakal tercapai. Padahal lirik lagu Perahu Kertas mengatakan, “Berdua…ku bisa percaya.”

Tanpa kata, tanpa pesan, hanya tindakan. Engkau pergi. Begitu saja.

Itu lebih dari setahun lalu. 31 Maret 2012. Hanya berselang beberapa hari dari ulang tahunmu yang tak mau kau rayakan bersamaku. Tapi di kemudian hari kutahu engkau merayakannya bersama orang lain.

Ketika satu bulan kemudian engkau akhirnya mau bertemu, kulihat durjana di wajahmu. Engkau bukan lagi kupu-kupu yang kupuja. Engkau berubah menjadi pisau tajam yang menikam.

“Kembalikan barang-barangku! Sekarang!” titahmu bak ratu. Engkau memang ratu di hatiku, tapi hari itu engkau menjadi ratu berhati batu.

Aku menolak titahmu. Aku bukan budakmu. Aku bukan pelayanmu. Aku adalah raja di duniaku. Dan seharusnya engkaulah permaisuriku.

Aku mengajukan syarat. Engkau setengah hati memenuhinya. Aku pun setengah hati memberikan hakmu. Engkau menuntutku memberikan ijazah sarjana dan paspormu yang kau titipkan untuk kusimpan.

“Aku mau tugas ke luar negeri,” begitu katamu. Maka, kuberikanlah semua yang kau pinta sebagai tanda itikad baikku. Walau engkau sebaliknya sama sekali tak mau menunjukkan itikad baikmu. Tapi, dari FaceBook-mu aku tahu, engkau tidak bertugas ke luar negeri, melainkan liburan ke Thailand bersama teman-teman kantormu.

Yeah, social media ini memang luar biasa. Meski engkau telah meng-unfriend account-ku dengan sengaja dan menolak connect kembali bahkan memblokku sehingga aku tak bisa men-search-mu, aku tetap bisa memantaunya. Dari situlah aku tahu banyak tentang duniamu yang kau sembunyikan.

Ternyata, kepergianmu tak sekedar pergi karena tak puas padaku, tapi karena ada lelaki yang telah menjala hatimu. Lelaki yang aku tahu aslinya begitu kasar, tapi memukaumu karena hartanya yang besar. Ini memperkuat kecurigaanku saat menemukan foto mesramu di BlackBerry beberapa bulan sebelumnya. Foto di pesta topeng berdua dengan direktur sebuah lembaga kursus bahasa Inggris yang pin darinya kau taruh di meja kerjamu. Di atas kotak acrylic pajangan miniatur die cast metal mobil Hummer H-2 merah pemberianku, perlambang tingginya impian kita berdua. Menyakitkan. Tambah menyakitkan karena pesta topeng itu kau hadiri khusus berdua dengannya saat engkau masih tinggal di rumahku. Kutahu itu karena ada tanggal di properties foto itu: 3 November 2011.

Itu masih ditambah sederetan SMS tak layakmu kepada beberapa lelaki lain mengajak mereka kencan. Belum lagi foto-fotomu bergaya bak model, difoto oleh fotografer amatir suami orang. Tahukah istrinya tentang perbuatan suaminya menyimpan fotomu begitu rupa di laptop dan HP-nya? Plus foto-fotomu berkenalan dan berfoto berdua dengan aneka tipe lelaki. Aku heran. Engkau wanita pujaan, mengapa merendahkan diri bak perempuan jalanan?

Padahal saat itu engkau masih di sisiku. Berjuang dalam hidup untukmu, demi kemuliaanmu. Lebih dari itu, engkau masih tinggal di rumahku. Rumah tempat engkau menimbun barang-barangmu yang kau bawa merantau dari rumah orangtuamu di Solo, sejak kuliah di Bandung hingga bekerja di Jakarta.

Ketika fakta itu kutemukan, tak kuherankan engkau seperti tak peduli lagi dengan semuanya. Karena lelaki itu menawarkan kenikmatan hidup yang belum bisa kuberikan. Apartemen mewah, liburan ke luar negeri, pesta-pesta dan tentu saja pakaian dan asesoris yang lebih mahal daripada yang kau tinggalkan di rumahku. Bila sekedar itu saja mungkin aku bisa memaksa diri untuk maklum. Sebagai lelaki, aku sangat tahu arti kompetisi. Tapi yang membuatku terkejut, ternyata lelaki perebutmu itu mengancam hidupku. Ya. Secara harfiah maupun kiasan. Dengan preman-preman yang dikirimnya plus santet teluh ilmu hitam. Ibuku tercinta yang engkau berhutang budi padanya sampai celaka dan harus dioperasi khusus karenanya. Luar biasa!

Kisah kita memang layak dijadikan sinetron atau bahkan film, seperti kata seorang motivator sahabatku. Dan aku sedang menulis novel tentangnya. Tulisan bergaya prosa atau cerpen ini, cuma awal catatan dari begitu banyak episode yang terekam dalam hidup kita. Manis-pahit, telah kita lalui bersama. Dan aku sungguh ingin tetap memperjuangkan masa depan kita.

Tapi aku lantas teringat saat engkau menghinaku di hadapan umum. Di kantormu dimana engkau kini menjadi “Pejabat”, seperti istilahmu sendiri. Engkau jelas sengaja melupakan bahwa akulah yang memasukkan lamaran untukmu di tempat kerjamu yang sekarang. Tempat engkau begitu dipuja, setelah di perusahaan sebelumnya engkau sempat dicerca. Tanpaku engkau tak akan mampu melewati semua. Tiga hari sakit di rumah orangtuaku, ibuku yang renta dengan ikhlasnya memijati kakimu. Engkau panik dan menangis sejadi-jadinya. Jelas engkau lupa bahwa aku membelamu dengan segala cara setelah engkau nyaris dibui karena kesalahan di kantor lama. Semua itu kau balas dengan penghinaan semata.

Kucatat tanggal penghinaan itu: 5 April 2013. Dan sejak itu kita tak lagi bertemu. Jangankan bertemu, komunikasi pun kau putuskan lagi. Padahal sempat terjalin pengertian saat aku mengajakmu menghadiri resepsi pernikahan teman kantorku nun jauh di Tangerang sana, sebulan sebelumnya.

Semua itu membuatku ‘ragu, masih adakah cinta yang bisa diperjuangkan. Karena rasa itu kini telah membatu. Tapi batu pun akan hancur oleh tetesan air terus-menerus bukan? Semoga masih ada waktu.

Untuk Yoice Pauline Perdanayanti, S.Psi.,MBA,CTEI,CTSCSH, kini HR Business Partner di sebuah perusahaan farmasi besar. Ini sekedar sepenggal catatan dari kisah kita. Tentu dari sudut pandangku. Semoga engkau membacanya dan menyadari bahwa sebenarnya kita saling mencintai. Bila aku telah memperbaiki diri dan engkau masih menyimpan namaku di hati, kenapa tidak kita perjuangkan? Aku siap mengorbankan segalanya untukmu.

Photo courtesy of junussyndicate on deviantart

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun