Mohon tunggu...
Benedectine Dicha
Benedectine Dicha Mohon Tunggu... -

Mahasiswi FISIP UAJY'15

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Filter Bubble dan "Jurnalis Robot" Era Media Digital

31 Agustus 2017   21:30 Diperbarui: 31 Agustus 2017   22:48 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Masa sekarang ini adalah masa di mana media memasuki era baru. Media semakin canggih dan modern dengan adanya digitalisasi. Dulu, media masih serba analog, tapi media sekarang sudah berubah menjadi digital. Tentu semuanya menjadi lebih mudah dan cepat. Media baru yang sudah digital sekarang ini menjadikan jurnalisme sendiri juga semakin berkembang seperti adanya Jurnalisme Multimedia. Tekhnologi sendiri juga berkembang dan baru dengan adanya media digital. 

Media digital dan analog bisa sangat terlihat perbedaanya ketika kita menggunakan jam tangan atau kamera. Jika menggunakan jam tangan yang masih terdapat jarum dalam menunjukkan waktu maka hal tersebut dinamakan analog, sedangkan jam tangan digital bisa terlihat hanya dengan angka saja yang terdapat dalam jam tangan. Kamera digital dan analog juga berbeda, jika kamera analog masih menggunakan pita film untuk mencetak sedangkan kamera digital bisa langsung kita nikmati setelah kita menjepret salah satu objek dengan banyak warna yang lebih kontras, kamera digital lebih menggunakan pixel dalam merekam. 

Dalam media digital sekarang ini juga muncul sebuah alat dalam jurnalisme modern yaitu penggunakan drone yang menggunakan tekhnologi canggih, di mana dalam mengoperasikan menggunakan sebuah remote dan alat droneini bisa digunakan untuk merekam dari ketinggian yang tidak bisa dijangkau melalui camera person. Tidak hanya itu, dulu mungkin kita hanya menjadi konsumen atau user saja, tapi dengan adanya media digital atau media baru ini menjadikan kita tidak hanya sebagai usersaja melainkan juga bisa menjadi produsen media. Kita juga bisa melakukan kegiatan jurnalistik atau biasa yang kita kenal dengan citizen journalism. 

Jurnalisme multimedia merupakan praktek kontemporer jurnalistik di mana distribusi dari konten berita bisa menggunakan dua atau lebih format media lewat internet atau menyebarluaskan laporan berita lewat banyak platform media. Jurnalisme media dengan jurnalisme online tentu saja berbeda. Multimedia sendiri merupakan perpaduan antara teks, gambar, animasi, video dan lain-lain, sedangkan jurnalisme online atau jurnalisme daring (dalam jaringan) merupakan penyajian informasi atau fakta secara luas kepada publik melalui jaringan internet. 

Mudahnya dalam mengakses informasi melalui internet di masa yang sudah serba digital sekarang ini menjadikan banyak berita hoax atau bohong yang banyak beredar di berbagai platform media. Filter bubble menjadi salah satu bagian dalam media digital sekarang ini. Lebih mudahnya, ketika kita mengakses di Google misalnya, maka akan ada link-link yang sudah pernah kita akses. Munculnya link yang sudah pernah kita akses ini bisa terjadi karena adanya algoritma. 

Algoritma secara otomatis menghasilkan berita berdasarkan informasi statistik dan sekumpulan ungkapan saham, tanpa campur tangan dari jurnalisme manusia. Dari hal tersebut, sebenarnya manusia sudah dikendalikan oleh Google. Filter bubble menjadikan manusia atau kita mendapatkan persepsi yang sama sesuai dengan apa yang kita butuhkan di internet. Lalu, muncul lah "Jurnalis Robot" di mana "jurnalis robot" melakukan kegiatan jurnalistik dengan mengambil berita yang sudah ada sebelumnya melalui online. 

Semakin canggihnya media, maka semakin lama jurnalis manusia bisa semakin berkurang dan digantikan oleh "jurnalis robot". Di mana "robot jurnalis" ini yang melakukan kegiatan jurnalistik dengan otomatis. Menanggapi isi berita otomatis, para jurnalis menyoroti kemampuan analisis, kepribadian, kreativitas, dan kemampuan untuk menulis kalimat yang kompleks secara linguistik sebagai keterampilan penting yang mendefinisikan jurnalisme, bukan faktualitas, objektivitas, penyederhanaan, dan kecepatan. 

"Robot jurnalisme" ini dilihat positif oleh para jurnalis karena dianggap lebih manusiawi dan apabila tugas rutin bisa otomatis maka jurnalis memiliki banyak waktu untuk melakukan pelaporan yang lebih mendalam. Maka dari itu, apa yang disebut filter bubble ini seringkali mengarahkan kita kepada berita-berita yang memiliki konten ujaran kebencian atau hoaxdi berbagai platform media. 


Lister, Martin, dkk. 2009. New Media: a critical introduction, 2nd Edition. Routledge Taylor & Francis Group : London & New York

Dalen, Arjen Van. 2012. The Algorithms Behind The Headline (diakses dari sini)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun