Mohon tunggu...
Bang Nasr
Bang Nasr Mohon Tunggu... Dosen - Nasruddin Latief

Bangnasr. Masih belajar pada kehidupan, dan memungut hikmah yang berserakan. Mantan TKI. Ikut kompasiana ingin 'silaturahim' dengan sesama.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Durhaka Terhadap Kedua Orangtua

30 April 2013   07:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:23 1304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dihadapan saya ada sebuah booklet kecil. Namun isinya sangat mengharukan. Berbicara soal birrul walidayn (taat kepada kedua orang tua) dan ancaman bagi yang durhaka kepada keduanya. Booklet tersebut merupakan serial dari 'Addin al-Nashihah' (Agama itu Nasehat) yang diterbitkan oleh Kegiatan Dakwah Untuk Ekspatriat di Arab Saudi, seri ke-12.

Intinya buku kecil tersebut menggugah dan mengingatkan pembaca mengenai kewajiban taat kepada kedua orang tua dan ancaman bencana durhaka terhadap keduanya. Bahkan Allah swt menyandingkan ibadah kepada-Nya sederajat dan selevel dengan berbuat baik kepada kedua orang tua (birrul walidayn). Allah menolak orang-orang yang beribadah kepada-Nya namun durhaka kepada kedua orang tua, begitupun sebaliknya, Allah menolak ibadah orang yang taat kepada kedua orang tua tapi durhaka terhadap-Nya. Kedua-duanya harus seiring dan seimbang. (Lihat Surah Bani Israil [Al-Isra] 23).

Tentu saja di masyarakat luas khususnya di Indonesia banyak kita jumpai fenomena durhaka kepada kedua orang tua ini. Bahkan kisahnya juga menjadi trending menjadi cerita rakyat seperti Malin Kundang yang dikutuk orang tuanya menjadi batu karena durhaka. Belum lagi berita-berita di media yang cukup memprihatinkan karena banyak anak yang tega membunuh orang tuanya karena hal sepele sehingga menjadi anak durhaka.

Tentu saja, banyak faktor yang menyebabkan terjadinya fenomena tersebut. Boleh jadi penyebab utamanya adalah tidak ada pengetahuan agama pada diri mereka, tidak tahu hukum halal-haram; hukum taat kepada kedua orang tua; tidak mengerti ajaran akhlak dan moralitas yang baik, dan lain sebagainya; penyebab lainnya adalah boleh jadi dia tahu hukum namun mengabaikan dan menyepelekan hal tersebut, sebagaimana yang terjadi di sekeliling kita yang tanpa disadari oleh banyak orang.

Saya cukup prihatin dengan sikap sebagian warga di sekitar tempat tinggal saya dimana para orang tua yang enggan dan 'semau gue' mendidik anak-anaknya belajar ngaji agama melalui Sekolah Diniyah maupun masjid dan mushalla. Padahal uang infaknya sangat murah, tidak sampai 20 ribu rupiah sebulan. Cuma 1000 perak perhari. Namun, untuk sekolah umum (TK, SD dst) dibela-belain. Ibarat kata, kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala tetap diperjuangkan. Hasilnya kemudian adalah generasi muda kita lebih banyak diajarkan oleh media (baik TV, internet, dsb) dan Jalanan/Gang/Lampu Merah (maksudnya, oleh tempat salah) sehingga akhlak mereka mengikuti jejak TV dan jalanan. (Saya teringat tadi malam di TVRI juga menayangkan diskusi mengenai Moral yang dipandu oleh Soegeng Saryadi oleh SSS. Pak Soegeng juga menyinggung acara di berbagai stasiun TV yang tidak baik (tidak bermoral).

Dari sisi ajaran agama Islam, ancaman bagi orang durhaka kepada kedua orang tua adalah neraka jahannam di akherat kelak. Di dunia boleh jadi dia berlimpah harta (tapi ini sedikit jumlahnya, karena boleh jadi hidupnya akan sengsara materi, perasaan dsb), namun menderita sesudah mati kelak.

Dalam booklet tersebut banyak mengutip berbagai firman Allah swt maupun sabda Baginda Rasul saw akan ancaman orang-orang yang durhaka kepada kedua orang tua. Jangankan mendapat surga, bau surga saja tidak bakalan didapat. Saya jadi teringat pengajian Ust sebagaimana yang saya tulis sebelum ini yaitu kisah seorang menantu yang durhaka terhadap mertuanya dalam tulisan, 'mantu gak punya otak".

salam damai,

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun