Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bisakah Sidang di Mahkamah Konstitusi Menemukan Jenis Kebenaran Baru [2]

3 Juni 2019   19:26 Diperbarui: 3 Juni 2019   19:43 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisakah Sidang di Mahkamah Konstitusi Menemukan Jenis Kebenaran Baru [2]

Sebenarnya yang diminta atau dimohonkan oleh Kubu pasangan Pilpres 02, bukan hanya sekedar kebenaran formal legal, dan positivism atau validitas kuantitatif matematis statistika semata-mata; tetapi secara tidak langsung dalam pemahaman filsafat adalah ingin melakukan terobosan baru mencari dan mendefinisikan jenis kebenaran baru. 

Sebuah upaya logika, dialektika, retorika yang tentu ini sangat  tidak mudah dilakukan,  untuk membuat argumen demi keadilan diluar dugaan. Cara menemukan Jenis Kebenaran Baru mungkin seperti memasukkan unta kedalam jarum, adalah mungkin jika para punggawa Negara atau punggawa hukum mengusai ilmu yang bersifat melampaui zamannya. Harus memiliki ketegakan jiwa pada keutamaan {arite} kebaikan paling baik;

Secara umum dapat saya jelaskan  tugas filsafat bukan hanya mencari kebenaran, tetapi tugas utama filsafat adalah bersifat ["beyond"] mempertanyakan kebenaran  atau menggugat kebenaran yang sudah mampan sekalipun, karena kebenaran itu belum ada, dia terus bergerak dipertanyakan disangkal atau dibatalkan, kalaupun ada itupun hanya bersifat sementara, dan kebenaran itu ada dimasa depan diakhir sejarah, kebenaran itu terus berproses menjadi mengalir seperti air tidak ada yang disebut ide fixed tentang kebenaran.  

Tindakan dan upaya melakukan ide  fixed_sasi  kebenaran sama dengan melakukan kekerasan atau bisa juga menggangu kebebesan berpikir manusia. Jangan lupa sejarah ilmu alam yang berganti kebenaran paradigm gagasan Copernicus dengan Galileo atau gagasan heliosentris vs geosentris menunjukkan bahaya pada ide fixed tentang kebenaran. Dan sejarah hari ini kita tahu Permintaan maaf Paus Yohanes Paulus II atas nama gereja Katolik merehabilitasi nama kebenaran ilmu Galileo;

Ke [4] Artinya hakekat sidang di MK bukan berbicara siapa menang siapa kalah, siapa yang legitime dan tidak legitime untuk memperoleh hak berkuasa; siapa pasangan memiliki suara terbanyak, apalagu dalam filsafat bahwa  kebenaran itu tidak bisa di voting. Pendidikan public [res publica] yang muncul dan hadir di sidang MK diharapkan menghadirkan the best argument untuk menetapkan dalil-dalil baru atau redefinisi ulang perspektivisme pendefinisan ontologis_ episteme  ulang apa itu keadilan dan kejujuran pemilu 2019;

Ke [5] Dalam buku satau [1]  The Republic karya Platon atau Plato disebutkan ada dialog antara Platon, berbicara dengan Socrates, menetapkan untuk menjawab dua pertanyaan. . Apakah ini keadilan (teks 334c)?; Kenapa kita harus adil. Validitas atau pemeriksaan silang Socrates terhadap Polemarchus dan Cephalus, pemikiran tentang keadilan tidak memuaskan. Dialog ini tidak sepakat arti  keadilan tidak lebih dari menghormati kewajiban hukum dan bersikap jujur. Thrasymachus, menyatakan memiliki definisi keadilan yang lebih baik untuk ditawarkan.

Thrasymachus mendefinisikan keadilan sebagai tidak lebih dari keuntungan mereka yang lebih kuat (338c). Keadilan berbeda di bawah rezim politik yang berbeda sesuai dengan hukum, yang dibuat untuk melayani kepentingan yang kuat (kelas penguasa di setiap rezim, 338e-339a). Thrasymachus, menyatakan upaya mendefenisikan keadilan adalah  delegitimisasi keadilan itu sendiri. Thrasymachus menunjukkan bahwa yang lebih kuat hanyalah mereka yang tidak membuat kesalahan tentang apa yang menjadi keuntungan bagi mereka (340d).

 Thrasymachus   mempromosikan ketidakadilan sebagai suatu kebajikan. Dalam pandangan ini, kehidupan dilihat sebagai persaingan terus-menerus untuk mendapatkan lebih banyak hal (lebih banyak uang, lebih banyak kekuatan, kekuasan dan seterusnya). Artinya dalam dialog buku Republic [1] upaya membuat pengertian   keadilan adalah kebajikan jiwa, dan keutamaan jiwa berarti kesehatan jiwa, keadilan diinginkan karena berarti kesehatan jiwa; sungguh sangat sulit dilakukan.

Maka tugas para punggawa hukum pada sidang Mahkamah Konstitusi membuktikan tidak ada bias keadilan seperti yang diucapkan dalam dialog Platon dengan Thrasymachus; Bahwa manusia lebih menyukai pada  'ketidakadilan,  dalam skala yang cukup besar, lebih kuat, lebih bebas, dan lebih hebat dibandingkan keadilan' (344c). Dalam rangka berdebat untuk kesimpulan ini, Thrasymachus membuat tiga klaim utama tentang keadilan.  [1] Keadilan tidak lain adalah keunggulan atau kepentingan pihak yang lebih kuat (338c);  [2] Keadilan adalah kepatuhan terhadap hukum (339b); dan [3] keadilan tidak lain adalah keunggulan orang lain (343c).

Pada  sidang Mahkamah Konstitusi idialnya dapat  membatalkan apa yang dituduh oleh pemikiran Thrasymachus tentang sifat  hak alami mengklaim bahwa hanya (secara alami) yang berkuasa mendominasi terhadap kaum  lemah tidak berlaku di Indonesia.  Atau jangan-jangan sidang di MK sama dengan ide Thrasymachus menunjukkan bahwa keadilan tidak ada atau semacam ada sifat  nihilisme kosmologis. Bukankah manusia itu harus menerima kehidupan ini bermakna ganda siang malam, atas bawah, kiri kanan, tua muda, baik buruk, muka belakang, adil tidak adil, jujur tidak jujur sebagai bentuk resistensi alam secara ontologis. Jika tidak mau terjebak dalam pemikiran dikothomi semacam ini maka sidang di MK harus berani membuat lompatan terobosan berpikir baru dengan Socrates.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun