Mohon tunggu...
Ayu Dianita Sari
Ayu Dianita Sari Mohon Tunggu... Lainnya - Let's share knowledge and experience! :)

Regional Development, Faculty of Geography Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Survei KKL Mahasiswa Geografi UGM a la Dora The Explorer

21 Mei 2016   11:36 Diperbarui: 21 Mei 2016   11:46 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wawancara dengan Bu Rani, pemilik Sanggar Jumputan Maharani

Yogyakarta - Kuliah Kerja Lapangan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Kuliah Kerja Lapangan menjadi sarana mahasiswa Geografi untuk lebih memahami bentang alam dan bentang budaya di lingkungan sekitar. Seperti halnya Dora The Explorer,dalam kegiatan lapangan, mahasiswa Geografi selalu menggunakan peta dan alat-alat lain seperti kompas dan GPS untuk menuju ke suatu tempat.  Sabtu (23/4/2016) tim KKL kami yang beranggotakan 23 orang melakukan Kuliah Kerja Lapangan (Tugas Mandiri) dengan wilayah kajian di dataran kaki merapi (Kota Yogyakarta). Salah satu spot yang kami kunjungi adalah Kampung Wisata Tahunan yang berada di Kampung Tahunan, Kelurahan Tahunan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Tim KKL kami mengunjungi Kampung Wisata Tahunan untuk mencari informasi mengenai bentang alam dan bentang budaya. Bentang alam dari Kampung Wisata Tahunan terletak di samping Kali Mambu. Nama asli kali ini adalah Kali Manunggal, tetapi karena pada jaman dahulu kali ini tercemar oleh suatu pabrik yang membuang limbah ke kali, sehingga kali ini memiliki bau yang kurang sedap dan mendapat julukan Kali Mambu sampai sekarang. 

“Dulu kali ini sangat bau, kotor, banyak limbah, dan sering banjir. Tetapi karena bantuan pemerintah, Pabrik tersebut dipindahkan ke tempat lain dan di kanan kiri Kali dibangun jalan. Sekarang kali ini sudah tidak bau lagi, tidak banjir, dan akses menjadi mudah karena dibangun jalan. “ Kata Mbah Wongso, salah satu warga yang telah lama tinggal di dekat Kali Mambu.

Pencarian informasi bentang budaya dilakukan dengan mewawancarai beberapa warga Kampung Wisata Tahunan. Kami mengunjungi Sanggar Jumputan Maharani yang merupakan Sanggar produsen Batik Jumput khas Yogyakarta. Pemilik Sanggar Maharani adalah Ibu Rani. Ibu Rani menceritakan awal mula berdirinya Kampung Wisata Tahunan, bahwa yang mendirikan Kampung Wisata Tahunan adalah Dirjen Pariwisata, yaitu Bapak Drs. Bakri, M.M pada akhir tahun 2010.

“Awal tahun 2011 diadakan pelatihan oleh Lembaga PemberdayaanMasyarakat Kelurahan. Sejak saat itu, perekonomian kami sangat terbantu. Pertama kali saya hanya bermodalkan Rp 200.000,00 tetapi sekarang omset saya mencapai Rp 50.000.000,00. Per bulan” Kata Bu Rani.

Dalam proses pembuatan kain jumputan, Bu Rani mempekerjakan tetangga-tetangga di sekitar rumah Bu Rani. Ada yang membuat pola, memasang karet pada kain, memberi warna, dan melepas karet dari kain.  Pemasaran kain jumputan ini sudah ke beberapa Kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bali, Surabaya, dan Padang. Sanggar milik Bu Rani juga tak pernah sepi pengunjung dari berbagai Kota di Indonesia.Saat kami datangpun ada pengunjung lain dari luar kota untuk melihat-lihat dan membeli kain jumputan milik Bu Rani. 

Sanggar Maharani sendiri dalam memproduksi kain jumputan sangat ramah lingkungan. Air limbah dari pewarnaan kain jumputan dinetralkan dengan HCl, arang dan sabut kelapa, sehingga saat dibuang sudah ramah lingkungan.

Bu Rani berpesan kepada kami untuk tidak takut mencoba hal yang baru. Melakukan kegiatan positif yang baru harus dilandasi dengan niat yang kuat, keberanian yang tinggi, serta dijalankan dengan sungguh-sungguh.

Foto bersama di Sanggar Jumputan Maharani
Foto bersama di Sanggar Jumputan Maharani
“Awalnya produk kain jumputan saya ini dipandang sebelah mata oleh warga kampung lain, mereka menyepelekan kain saya, bahwa kain seperti ini tidak akan laku di pasaran. Dengan keyakinan saya, saya tetap menjalankan usaha saya, dan akhirnya berbuah manis. Ejekan warga kampung lain akhirnya dapat terbayarkan oleh keberhasilan saya saat ini”. Imbuh Bu Rani.

(ads)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun