Mohon tunggu...
Asep Saeful Ulum
Asep Saeful Ulum Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Saya tertarik dengan sisi lain matematika, matematika yang tidak tekstual dan dapat dijamah, tentang sejarah matematika, dan lain-lain yang tidak biasa ditemukan di sekolahan tentang matematika namun sebenarnya bermanfaat bagi masyarakat kelas matematika.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa Matematika Terasa Sangat Sulit?

24 Januari 2012   14:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:30 2245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bukan sebagai siswa yang pernah menjuarai olimpiade matematika nasional atau internasional. Bukan sebagai ahli pendidikan yang sedang menuliskan apa yang sudah dia pidatokan. Saya hanya menulis ini sebagai siswa/mahasiswa yang belajar matematika dan merasa sangat sulit untuk memahaminya sehingga muncul satu pertanyaan yang khas dan mungkin sudah usang : "mengapa matematika sulit?"

Boleh jadi, puluhan metode mengajar matematika telah tercipta dengan beragam modifikasinya. Boleh jadi, intervensi terhadap guru, materi ajar, dan siswa telah optimal dilakukan agar matematika menjadi "mudah dan menyenangkan" untuk dipelajari. Tapi, ada satu hal yang tidak dapat dirubah dari matematika.

Objek matematika.

Ada satu hal yang tidak dapat dirubah dari matematika, yaitu objek matematika. Karena bukan matematika lagi namanya, jika objeknya sudah diganti. Lalu, apa itu objek matematika?

Satu hal yang pasti. Objek matematika adalah sekumpulan hal yang abstrak. Ya. Abstrak. Cukuplah ini menjadi kata kunci untuk setiap kalimat yang telah kau baca di atas. Objek matematika adalah sekumpulan hal yang abstrak.

Prof. Didi Suryadi -Direktur Pasca Sarjana UPI- dalam kuliahnya pernah menyebutkan bahwa yang membuat matematika dirasa sulit bahkan oleh mahasiswa matematika sendiri adalah karena daya abstraksi yang lemah. Jika melihat fakta bahwa objek matematika adalah sekumpulan hal yang abstrak, maka wajar jika daya abstraksi perlu dimiliki oleh siswa yang belajar matematika.

Pertanyaannya, bagaimana caranya agar daya abstraksi siswa terlatih?

Jawaban atas pertanyaan di atas diperkuat oleh fakta bahwa di semua jenjang pendidikan, dari yang paling rendah hingga yang tinggi, pasti di sana ada matematika sebagai hal yang harus dipelajari dan dikuasai. Setidaknya, itulah yang terjadi di Indonesia. Tapi, kita tidak perlu khawatir. Karena para pemerhati pendidikan matematika di luar negeri pun menghadapi masalah yang sama. Mereka pun bersetuju bahwa objek matematika adalah sekumpulan hal yang abstrak, dan itulah menjadi penyebab sulitnya matematika dipelajari. Sebut saja Mitchelmore dan Paul White yang telah concern pada abstraksi di lebih dari 10 tahun.

Setidaknya ada 4 tahapan, agar siswa terlatih dan memiliki kemampuan mengabstraksi yang mumpuni. Keempat tahapan ini juga adalah hasil kerja keras Mitchelmore dan Paul White. Mereka memulai dari siswa sekolah dasar, kemudian ke sekolah menengah.

Tahap pertama yang harus dilalui oleh siswa adalah apa yang disebut dengan Familiarising. Siswa dibantu untuk memfamiliarkan objek-objek matematis yang sedang dipelajari dengan pengalamannya sehari-hari. Tahap kedua, Recognising. Siswa harus mampu sadar akan adanya kesamaan. Setelah diberikan kejadian-kejadian dalam kehidupan sehari-hari, siswa harus menangkap apa yang menjadi ide pokok kesamaan sehingga kejadian-kejadian itu ada kaitannya dengan objek matematis yang sedang dipelajari. Tahap ketiga, adalah Reifying. Siswa meninjau ulang hal-hal yang menjadi kesamaan ketika berada di tahap 2, sehingga di tahap ini, mereka mampu menggeneralisasi (membuat konsep umum) atas temuan-temuan kesamaan yang mereka dapat. Terakhir adalah Applying. Konsep umum yang mereka terka sebagai hasil generalisasi dari kesamaan-kesamaan di tahap 2, mereka gunakan konsep umum tersebut pada konteks yang lain, yang berbeda, tapi masih terkait dengan konteks objek matematika yang sedang dipelajari.

Maka jika ada yang mengeluh, "Saat ini, belum ada instrumen untuk mengukur apakah seseorang sudah mahir daya abstraknya atau belum." Saya katakan, dengan melewati 4 tahapan ini, maka seseorang sudah memproses daya abstraknya. Abstrak yang berarti decontextualisasi. Absrak dalam arti sebuah proses yang terjadi dalam alam pikiran. Dua pengertian itu, termaktub dengan rapi dalam 4 tahapan yang oleh Mitchelmore dan Paul White disebut sebagai Empirical Abstraction Process.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun