Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money

Tidak Perlu Terpaku Kurs Tukar

31 Agustus 2015   02:36 Diperbarui: 2 September 2015   14:17 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nilai Tukar antara Amanat dan Krisis

Sesuai amanat Undang-Undang, tujuan Bank Indonesia fokus pada pencapaian sasaran tunggal mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang mencakup aspek kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa yang tercermin pada angka inflasi, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain (foreign currency) yang sering digambarkan dengan dalam perkembangan nilai tukar mata uang (kurs) Rupiah (IDR) terhadap Dolar Amerika (USD).

Perkembangan kurs tukar selain berkaitan dengan inflasi, juga dipengaruhi tingkat suku bunga pinjaman, kondisi transaksi berjalan (Current Account) dan dalamnya menyangkut Neraca Perdagangan, utang eksternal beserta dampak dan resiko yang mungkin timbul, dan kondisi perkembangan ekonomi serta situasi politik.(Lihat : Krisis Keuangan dan Bersikap Cerdas serta Cerdik).

Menghadapi tekanan pada nilai tukar IDR terhadap USD yang berkepanjangan, pemerintah sebagai pemegang kendali fiskal dan makro ekonomi, merespon dengan kebijakan jangka pendek untuk mendorong salah satunya melalui insentif pajak untuk penanaman modal asing (Lihat : Ini Strategi Jangka Pendek Pemerintah Dorong Stabilitas Ekonomi RI).

Selanjutnya dikaji faktor yang berpotensi mempengaruhi kurs tukar dan mencari celah atau terobosan sebagai upaya pemulihan.

Inflasi, BI Rate, dan Kredit Usaha

Relasi nilai tukar dengan Inflasi dan BI Rate digambarkan pada grafik berikut ini.

Dari grafik, kenaikan nilai tukar IDR terhadap USD (selanjutnya disebut Kurs USD) melewati angka 10.000 terus berlanjut sejak pertengahan 2013 dengan tingkat inflasi bulanan serta tingkat inflasi tahunan (year of year) tidak menunjukkan relasi yang selaras. Saat kurs USD naik, inflasi berfluktuasi. Demikian juga dengan BI Rate yang stabil pada angka 7.5%-7.75%.

Untuk semester I 2015 (Januari – Juni), inflasi tahun berjalan pada 1,9% sedangkan penurunan kurs tukar USD mencapai 12%. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa tingkat inflasi tidak dipengaruhi kenaikan kurs USD dan secara khusus, konsumsi masyarakat tidak bergantung pada komoditi impor.

Gambaran kurs USD dengan suku bunga pinjaman usaha diberikan pada grafik berikut ini.

Kenaikan kurs USD tidak mempengaruh suku bunga pinjaman tetapi selisih suku bunga (spread) masih pada tingkat 4,5%, suatu besaran yang cukup signifikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun