Mohon tunggu...
ardhani prameswari
ardhani prameswari Mohon Tunggu... Guru - guru

seorang yang sangat menyukai photography

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jaga NKRI, Sejak Awal Kita Sudah Bersandingan

9 April 2017   18:39 Diperbarui: 9 April 2017   18:51 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akulturasi - http://2.bp.blogspot.com

Indonesia merupakan negara dengan berbagai macam suku dan budaya. Setidaknya ada ribuan pulau dengan suku, budaya, dan agama yang berbeda. Keberagaman itulah sejatinya merupakan ciri khas dari Indonesia. Namun, dalam perjalanannya, Indonesia berkembang menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Namun pendiri negeri tidak pernah menjadikan Indonesia sebagai negara Islam. Pendiri negeri justru memilih Pancasila sebagai dasar negaranya. Kenapa? Karena Indonesia mengakui banyak agama, yaitu Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu dan aliran kepercayaan. Islam di Indonesia juga merupakan Islam Nusantara. Islam yang menghargai keberagaman.

Islam Nusantara sudah diajarkan para wali yang menyebarkan Islam di Indonesia. Sunan Kalijogo menyadari telah ada agama Hindu sebelum Islam masuk. Namun bukan ‘menggusur’ dan memusuhi agama yang telah ada. Kalijogo justru merangkul agama dan budaya yang telah ada. Islam tidak pernah memaksakan. Islam juga tidak pernah saling menghujat. Karena Islam merupakan agama yang merangkul semua itulah, Islam bisa diterima semua orang di Indonesia, yang sejatinya mempunyai budaya yang berbeda-beda.

Jika melihat sejarah yang ada, Islam telah merangkul budaya dan agama yang ada. Masjid Agung Demak, salah satu bukti masjid yang merupakan hasil akulturasi antara Islam dan Hindu. Masjid dibangun dengan gaya khas Majapahit, yang membawa corak kebudayaan Bali. Gaya ini berpadu harmonis dengan langgam rumah tradisional Jawa Tengah. Akulturasi antara Islam, Hindu dan Budha juga terlihat di masjid Kotagede yang dibangun pada 1640-an.  Ciri khas antara Hindu dan Budha bisa dilihat di gapuranya, yang berbentuk paduraksa. Akulturasi juga terlihat di gereja Katolik Hati Kudus Palasari, di Jembrana, Bali. Perpaduan budaya antara Hindu dan Kristen, terlihat dalam bangunannya. Hal diatas merupakan bukti bahwa Indonesia, dan semua agama yang ada di negeri ini mampu merangkul keberagaman.

Jika nenek moyang dan para pendahulu telah mengajarkan keberagaman, sudah semestinya generasi saat ini juga ikut mempertahankan keberagaman itu. Namun faktanya, kekeratasan atas nama agama sering kita temukan. Praktek intoleransi karena perbedaan agama juga marak terjadi. Palagi, dalam perhelatan pilkada, politisasi agama juga sering digunakan oleh masyarakat. Yang terjadi adalah masyarakat saling hujat. Mereka terprovokasi oleh oknum yang mengatasnamakan agama tertentu. Hal ini harus dicegah. Jangan sampai keberagaman yang telah ada sejak dulu ini, tercerai berai oleh ujaran dan perilaku radikal, yang dibawa dari luar dan sengaja dimasukkan ke Indonesia.

Radikalisme jelas tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Radikalisme juga tidak sesuai dengan Islam Nusantara. Islam di Indonesia mengakui dan mau merangkul semua keragaman. Tidak hanya suku dan budaya, tapi juga agama-agama yang ada. Radikalisme telah mencoreng Islam yang rahmatan lil alamin. Jika ada umat Islam yang masih mengedepankan radikalisme, menjadi tugas kita bersama untuk menyadarkannya. Mungkin mereka kurang lengkap dalam mempelajari agama Islam, sehingga mudah terpengaruh. Dan menjadi tugas kita bersama, untuk mencegah maraknya radikalisme di lingkungan kita. Karena kita tinggal di Indonesia, mari kita jaga negeri ini dari perpecahan. Mari saling bijak agar tidak terjadi saling hujat antar saudara sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun