Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Administrasi - Retired physician

Penggemar dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Asal Muasal Lumpia

4 April 2016   08:30 Diperbarui: 25 Januari 2017   03:06 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Camilan pengaruh Tionghoa ini sudah boleh dikatakan makanan national kita, hanya saja tidak banyak yang pernah mengetahui sejarahnya.

Tionghoa mempunyai satu hari raya musim setiap 15 hari dalam setahun Imlik, dan setiap hari raya Imlik itu juga diadakan satu hidangan yang chas untuk merayakannya. Disitu lumpia juga termasuk salah satunya, yang berkaitan dengan satu hari raya musim Tionghoa sejak zaman dahulu kala. Disini lumpia adalah hidangan pada hari Ceng Beng, yaitu hari ini tanggal 5 April, hari bagi kalangan Tionghoa menghormati leluhurnya dan setahun sekali keharusan untuk melawat kekuburan orang tuanya.

Bagaimana sangkut pautnya Lumpia dengan Ceng Beng? Ini bisa diceritakan sebagai berikut yang merupakan asal muasalnya lumpia:

Sebelum Ceng Beng merupakan hari perayaan pembersihan makam leluhur Tionghoa setiap 5 April seperti sekarang, hari itu hanya merupakan salah satu hari perayaan musim yang bermaksud penjemputan musim Semi disekitar 104-106 hari setelah Winter Solstice, adalah yang merupakan sehari libur untuk sekeluarga ber-piknik sejak lebih dari dua ribu tahun yang lalu, hingga terjadinya satu peristiwa di Tiongkok Semula dipermulaan abad 7 BC. Pada waktu itu Tiongkok Semula sedang terbagi-bagi dalam puluhan negeri adipati diachir zaman Dinasti Zhou yang disebut masa Chun-jiu / Spring-Autumn (770 – 476 BC).

Konon ada seorang pangeran dari negeri adipati Jin yang melarikan diri karena perebutan tahta dinegerinya yang terletak dipertengahan Shanxi sekarang, dia jatuh sakit dan terawat baik oleh seorang penduduk disuatu dusun sampai pulih kesehatannya. Setelah dia kembali kenegerinya dan berhasil merebut kedudukan adipatinya sebagai Jin Wen Gong (晋文公) pada tahun 638 BC, dia baru mengetahui bahwa penyembuhan penyakitnya sewaktu dipengungsian itu adalah berkat diberi minum obat kaldu yang memakai daging dari pahanya orang dusun yang bernama Jie Zi-tui sendiri kapan hari itu.

Namun Jie selalu menolak hadiah dan kedudukan yang ditawarkan Jin Wen Gong, malah achirnya juga bersama ibunya bersembunyi supaya tidak diganggu lagi diatas bukit pegunungan Mian-shan. Karena dalam segala upaya Wen Gong mencarinya tetap sia-sia menemukannya, maka memakai siasat api membakar semak-semak bukit disekitarnya yang mengharapkan Jie dan ibunya bisa dipaksa keluar oleh asap, tetapi api tidak terkendali dan beberapa hari kemudian diketemukan dua mayat hangus yang berangkulan disebelah sebatang pohon yang sudah menjadi arang. 

Wen Kong menyesal atas tindakan yang tidak bijaksana sehingga menewaskan orang yang pernah menyelamatkan jiwanya itu, maka untuk menunjukkan penyesalannya itu diperintahkanlah kepada sekalian rakyatnya bahwa pada hari itu juga dan seterusnya supaya diperingati sebagai Hari Nyepi, yang tidak memperboleh menyulutkan api, memasak makanan, keluar dari rumah maupun berisik, dan dari sini timbulah tradisi makanan dingin yang disebut Han-shi (寒食) sewaktu memperingati leluhur. Hari Nyepi ini kebetulan jatuh pada sehari sebelum hari tradisional kia-kia dimusim Semi yang disebut Ceng Beng (清明).

Istilah Ceng Beng yang berarti “cerah dan gemilang” ini berasal dari sabda kaisar Dinasti Han, Guang-wu-di Liu Xiu (5 BC – 57 AD) yang merasa lega setelah menumpas para pemberontak Wang Mang dan membangun kembali kemakmuran negaranya dan memindahkan ibukotanya di Luoyang sebagai Dinasti Han Timur, yang pada suatu hari dimusim Semi yang cerah berkatalah sendirian si-kaisar: “Tian achirnya Ceng Beng” yang maknanya “kerajaan telah damai dan tentram kembali”.

Hari itu kemudian dijadikan hari raya dimana bangsa Tionghoa Han mempergunakannya untuk sehari berlibur, bersama keluarga pergi kiakia atau piknik keluar kota menikmati suasana cerah dan gemilang, yang sampai sekarang masih disebut chun-you / 春游, Spring Outing.

Di-Tiongkok sekarang, dimana pada umumnya orang mati dikremasi kemudian abunya ditaburkan tanpa adanya kuburan lagi, maka hari Ceng Beng tetap dipakai orang untuk berlibur piknik chun-you seperti dulu kala.

Karena hari chun-you tersebut jatuhnya pada sehari setelah hari adat Nyepi yang disebut Han-shi 寒食 yang dalam tradisi bermakan segala yang dingin itu, maka untuk sangu makanan diperjalanan chun-you juga disediakan chun-pan/春盘 (spring platter) yang merupakan makanan dingin yang terdiri dari bawang daun, bawang putih, kucai, daikon, moster dan lain-lain sayur-sayuran segar yang berasa pedas digulung dalam lembaran kulit pancake yang terbuat dari tepung, dan makanan gulungan itu ditata rapih diatas piring yang lebar, sehingga juga disebut piringan lima sayur pedas, wu-xin-pan/五辛盘. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun