Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mungkinkah Ahok Kuda Troya?

1 Mei 2017   17:36 Diperbarui: 2 Mei 2017   05:35 2684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuda Troya, sumber gambar : redaksiindonesia.com

Hahaha, mungkin judulnya cukup mengagetkan, memang saat pemikiran ini terlintas di benak penulis, juga cukup shocking, anggaplah artikel ini hanya latihan untuk melihat dari sudut pandang berbeda dan pendamping teh di sore hari.

Terlalu banyak kebetulan

  1. Kebetulan Ahok adalah ex-anak buah wowo
  2. Kebetulan Ahok keluar dari partai wowo dengan tiba-tiba, bombastis, dengan alasan yang terlalu sederhana dan ga nyambung, yaitu ribut sistem pilkada di dpr.
  3. Kebetulan keseleo lidah di pulau pramuka = titik balik kebangkitan lawan/menjadi alasan untuk demo2 bahkan rencana kudeta menurut Allan Nairn.
  4. Kebetulan beberapa hari sebelum pilkada dki, ada wni keturunan yang “menghina” seorang guberbur yang kebetulan juga tokoh muslim terkemuka. Kejadian sara seperti ini bertahun-tahun belum tentu terjadi 1x, tapi ini tokoh2 yang terlibat dan timingnya bisa "tepat sekali", hanya beberapa hari sebelum pilkada dki, + keberadaan SHS (wni keturunan) tersebut tidak jelas dan ktp tidak valid, luar biasa kebetulan kan? hehe
  5. Kebetulan Ahok memutuskan meneruskan pilkada DKI sampai tuntas = lebih banyak waktu untuk serial demo-demo yang ada, semakin banyak kesempatan untuk diplintir. Tanpa perlu pakar, sejak 212, semua juga sudah tahu kalau 100% pasti akan kalah, untuk apa tetap dilanjutkan? Haruskah "merasa benar" diperjuangkan meski efeknya seluruh bangsa terpecah belah dan elektabilitas Jokowi merosot tajam?
  6. Seandainya Ahok mundur dari pencalonan, meski berefek hukum, tapi perpecahan dan isu sara dapat diredam segera, dan label pembela "penista agama" pada Jokowi dan partai pendukung bisa dinetralisir.
  7. Kebetulan tuntutan hukuman Ahok cukup ringan = semakin memberi bahan bagi pendukung "wowo dan brisik" untuk memlintir habis-habisan bahwa Jokowilah biang keroknya.
  8. Kebetulan final adalah pledoi yang bukannya membela diri dengan membeberkan fakta kemunafikan lawan/partai2 beragama yang mengusung pemimpin non-muslim di daerah lain = membuka mata rakyat bahwa ayat tersebut HANYA DIGUNAKAN di jakarta = mereka benar telah berbohong pada rakyat Jakarta.

Ini adalah fakta telak yang dapat membebaskan Ahok, menyadarkan publik dan meredam isu sara untuk digunakan kedepannya.

Sayangnya Pak Ahok bukannya membuka kemunafikan lawan, tetapi malah sibuk cerita "finding nemo" yang ga nyambung, apakah keseleo lidah itu melawan arus? atau memaksa meneruskan pilkada yang melawan arus?

Nemo berani melawan arus karena risikonya hanya dia sendiri, akankah dia tetap melawan arus bila risikonya seluruh lautan hancur terpecah belah?

Semua di atas hanya kebetulan? Hehe entahlah, jawab sendiri deh..

Ahokers pasti sudah berteriak-teriak tidak mungkinnnnn kuda troya!!!

Mungkin atau tidak sudah tidak ada gunanya lagi untuk dibahas. Adalah FAKTA bahwa sekarang :

  • Elektabilitas Jokowi tergerus, bahkan 42% vs 58% di Pilkada DKI bisa jadi cerminan pilpres 2019 nanti
  • Bila Ahok tidak masuk penjara = label Jokowi “pembela penista agama” dan partai pendukung Ahok di DKI = partai pendukung “penista agama” akan dimainkan maksimal oleh lawan untuk memenangkan pilkada Jabar-Jateng-Jatim.

Bukannya tertampar keras dengan perolehan suara yang selisih 18% dan mulai waspada untuk 2019, Ahokers malah mabuk dengan bunga dan mimpi jadi menteri.

Bangunlah dari mimpi!

Bermimpi rakyat DKI sudah pintar (data mengatakan sebaliknya, 60% malah menurut anies putus sekolah), bermimpi Ahok menang, bermimpi tidak akan ada efek berikutnya di pilkada Jabar-Jateng-Jatim, bermimpi rakyat Indonesia sudah pintar sehingga Jokowi pasti menang kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun