Mohon tunggu...
Ani Siti Rohani
Ani Siti Rohani Mohon Tunggu... Buruh - Perempuan penikmat sunyi

Life is never flat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tragedi Urap Kangkung

12 Mei 2019   07:49 Diperbarui: 12 Mei 2019   17:13 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sajiansedap.grid.id


Waktu menunjukkan pukul 17:25 WIB. Masih ada sekitar 15 hingga 20 menitan lagi adan magrib baru akan berkumandang. Suara lantunan ayat Al Qur'an masih terdengar sayup-sayup dari speaker masjid dekat rumah. Tetapi Adam, dia sudah menyiapkan menu buka puasa lengkap dengan urap kangkung dan mendoan tempe. 

Di sisinya, terhidang satu gelas es teh manis yang menggugah selera. Setelah seharian berpuasa, menu es biasanya menjadi menu utama yang dinantikan sebab keringnya tenggorokan. Namun tidak bagi Adam. Yang menjadi pusat perhatiannya justru urap kangkung di atas sepiring nasi hangat yang tersaji di hadapan.

Ya, makanan berbahan dasar kangkung dengan campuran kelapa parut yang dibumbui dengan cabai, bawang merah, bawang putih, kencur, terasi, serta penyedap rasa itu selalu menjadi menu favorit Adam. Aroma terasi yang tercium membuat cacing diperutnya saling berlomba berteriak. 

Berkali Adam menelan ludah, tak peduli apakah hal itu bisa membuat puasanya batal atau tidak. Yang ada di pikirannya adalah dia ingin sekali segera menyantap makanan kesukaannya itu.

"Magrib masih lama Adam. Kamu kalau begitu bisa batal puasanya," seru mamak melihat Adam yang terus-terusan menatap hidangan di hadapannya.

"Sebentar lagi, Mak," balas Adam santai.

"Tahu begitu mending tadi mamak jangan masak urap kangkung saja," ujar mamak.

"Lah, mamak kenapa ngomongnya begitu," balas Adam sedikit tak terima.

"Ya kamu, kalau sudah lihat urap kangkung selalu enggak bisa dikontrol. Begitu kan apa iya puasamu akan di terima?" jawab mamak mencibir.

Adam tak menghiraukan ucapan mamak. Dilihatnya jam dinding yang kini jarum panjangnya sudah bergerak maju ke angka empat. Masih ada sekitar sepuluh menitan lagi. Adam tersenyum memikirkan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun