Mohon tunggu...
Anindita Adhiwijayanti
Anindita Adhiwijayanti Mohon Tunggu... profesional -

Bad writer but need and wish to be a great one.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ditinggikan karena Kotoran

10 September 2014   03:19 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:09 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Petani dari Desa Fajar Baru, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan, Selasa (16/12), menyiapkan pupuk organik dari kotoran sapi dan urea menjelang pemupukan tanaman padi. (KOMPAS/HELENA F NABABAN)

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi - Petani dari Desa Fajar Baru, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan, Selasa (16/12), menyiapkan pupuk organik dari kotoran sapi dan urea menjelang pemupukan tanaman padi. (KOMPAS/HELENA F NABABAN)"][/caption]

Rozi tidak pernah bermimpi bahwa ia akan didatangi tamu penting dari luar negeri di rumahnya yang memiliki kandang sapi.

Muhammad Rozi tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya dan bangganya saat menyambut tamu Parlemen Norwegia. Para pejabat itu datang untuk menengok kandang sapi Rozi di pedalaman hutan lindung Kabupaten Bungo, Jambi. Mereka semua terkesima melihat halaman rumah Rozi yang dipenuhi dengan tanaman yang subur dan hijau. Buahnya juga gemuk-gemuk dan segar. Yang lebih hebatnya lagi semuanya hidup dari pemanfaatan kotoran sapi.

Selama turun temurun masyarakat di pedalaman Senamat Ulu, Bungo, hidup selaras dengan alam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Inilah yang membuat Rozi berpikir bahwa ia harus berhenti bergantung kepada hutan. Mengetahui banyak kotoran sapi teronggok di mana-mana karena masyarakat yang membebaskan ternak mencari makan, Rozi memanfaatkannya untuk membuat pupuk, dengan begitu ia tidak perlu lagi membeli penyubur tanaman. Hasil yang lebih segar dan gemuk, serta tumbuh lebih cepat membuat Rozi senang menggunakan pupuk organik tersebut.

Selain menggunakan kotoran sapi sebagai pupuk, Rozi juga membangun instalasi sederhana pengolahan biogas, sehingga ia tidak perlu lagi membeli elpiji. Biogas inilah yang dipakai Rozi sebagai bahan bakar untuk memasak kebutuhan keluarga sehari-hari.  Biogas memiliki tekanan gas yang lebih rendah, sehingga membuat Rozi dan keluarga merasa lebih aman.

Teknologi biogas ini dikembangkan Rozi untuk menjadi pembangkit listrik tenaga kincir air (PLTKA) dan mikro-hidro (PLTMH). Atas usahanya ini, desanya tidak lagi gelap di malam hari. Kini, sudah 36 hutan adat dikukuhkan dalam pengelolaan hutan adat di Jambi. Dengan adanya teknologi yang ramah lingkungan, seperti biogas, PLTKA, dan PLTMH, masyarakat tidak lagi perlu mengeksploitasi hutan untuk kepentingan sesaat.

Apa yang telah dilakukan Rozi merupakan contoh dari sosok Mutiara Bangsa BerHasanah. Ia rela dicela akibat perbuatannya yang tidak wajar demi kemakmuran sekitarnya, ia juga memikirkan masa depan anak dan cucunya bila masyarakat terus menggantungkan kehidupan pada hutan.

Jika Anda mengenal salah seorang kerabat yang melakukan perbuatan Hasanah dengan sesamanya, seperti Rozi, silakan daftarkan mereka melalui email priscilla@kraftigadvertising.com atau hubungi kantor cabang BNI Syariah terdekat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun