Ringkasan:
1. Jika di 2017 sektor riil mendapat hantaman dari berbagai sisi, baca http://www.kompasiana.com/altitudeextreme/bukan-penurunan-daya-beli-tetapi-awas-resesi-prof_597ffb7e52da3815eb4f1b92 maka hal itu belum akan selesai dalam setidaknya dua tahun mendatang, karena kabar buruk kembali datang dengan konsekuensi multi kali lipat resiko lumpuh ekonomi, karena 810 T utang jatuh tempo menghadang dalam periode 2018 dan 2019.
2. Jumlah 810 T adalah jumlah likuiditas yang luar biasa masif untuk ukuran fiskal negara tercinta ini, Bayangkan bagaimana jika di tahun 2017 saja beban utang jatuh tempo sebesar 170 T sudah membuat seluruh sektor riil sekarat, di 2018 dan 2019 katakan pemerintah, well let's say we take 200 T from the people on 2018 and 2019?, karena otomatis jika 100 T dipotong dari anggaran saja, maka kita akan kehilangan pertumbuhan di kisaran yang sama.. God forbid!. Dan jangan lupa karena setiap tahun setidaknya untuk tumbuh 5% kita harus menambah ULN sebesar rerata 150 T!, jika kita menerbitkan semua billing di 2018 dan 2019 dengan another bills, who's gonna buy? pasar uang kita sanggup menyediakan 810 T? that's impossible!. Welcome to the Jungle!.
Untuk tumbuh dengan PDB 5% ini breakdown anggaran 2017 dari katadata,
Now, can I have a little words from our dearest Menkeu?.