Mohon tunggu...
Ali Reza
Ali Reza Mohon Tunggu... wiraswasta -

orang bekasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Stop Pembodohan Massal Lewat Sinetron/FTV!

4 Maret 2013   00:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:22 2489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

(Tulisan ini sebagai tanda setuju dengan artikel yang ditulis mas Didi Aprianto, Beberapa Kelucuan Dalam Sinetron Indonesia Berkaitan Dengan Adegan di Rumah Sakit).

Sinetron dan FTV nggak ada matinya!” barangkali seperti itulah ungkapan untuk kedua tayangan yang selalu mendapat rating tinggi di televisi. Tentunya hal ini bisa menjadi sebuah kebanggaan tersendiri karena produk dalam negeri lebih digemari ketimbang film seri impor. Namun alangkah sayangnya jika kebanggaan itu rusak gara-gara tayangannya jauh dari kualitas yang baik. Memang tidak semua sinetron/FTV berkualitas buruk. Akan tetapi besarnya jumlah sinetron/FTV buruk kualitas tersebut menutupi jumlah sinetron/FTV baik kualitas yang besarnya kurang dari satu persen.  Ironi ini pernah menjadi pembicaraan publik, bahkan mantan Presiden Megawati pun pernah menyinggungnya. Dan sesungguhnya ada benarnya perhatian Presiden Megawati atas buruknya kualitas sinetron mengingat tayangan ini ditonton jutaan pemirsa. Jika buruknya kualitas sinetron/FTV tersebut dikonsumsi jutaan orang, maka jelaslah apa yang terjadi:

“Sebuah pembodohan massal!”

Buruknya kualitas sinetron ini bisa diukur dari kurangnya nilai-nilai kesopanan serta tingginya nilai-nilai hedonisme. Ukuran lain juga bisa dilihat langsung dari sangat rendahnya penyajian sinema, seperti peran, adegan, dan dialog tidak masuk akal yang sering kali ditampilkan. Sebut saja sebuah peran dari salah satu FTV di SCTV yang menampilkan seorang perempuan cantik yang berprofesi menjadi tukang bajaj (angkot paling sering). Dalam keadaan normal pastinya peran ini sangat tidak masuk akal. Sekarang bayangkan tukang bajaj cantik itu mengantar seorang pria kekar dan sangar. Apa yang terjadi kemudian adalah si tukang bajaj cantik akan diculik dan kemungkinan besar diperkosa! Barangkali bisa disebut puluhan sinetron dimana perempuan cantik berperan mulai dari menjadi sebagai pembantu, supir angkot, tukang gorengan, kernet bis, bahkan sampai tukang kubur.

Kebodohan lain dari sinetron/FTV adalah adegan kebetulan yang acap kali muncul. Penonton dengan mudah menebak kejadian ketika sang tokoh memergoki kekasihnya jalan dengan cowok lain, atau adegan dimana seorang cowok dengan tidak sengaja menabrak cewek di depannya, atau saling jatuh cinta di akhir cerita padahal pasangan ini saling bermusuhan pada awalnya. Adegan ini tidak terjadi dalam satu-dua FTV, melainkan puluhan atau mungkin ratusan. Jika hal-hal seperti ini terus-menerus ditayangkan maka otak penonton akan menyerapnya dan menganggapnya sesuatu yang masuk akal. Dan sekali lagi, apa yang akan terjadi jika penonton terus-menerus mengkonsuminya tentunya akan menjadi sebuah pembodohan massal!

Kini, sesuatu yang berlangsung di dunia sinetron/FTV bisa dibuat nyata oleh para penontonnya, khususnya para remaja putri. Mereka menjadi melow, galau, dan lebih memilih pergi bersama cowoknya ketimbang mengikuti nasihat orang tua. Keluguan para remaja putri pecinta sinetron/FTV ini bisa jadi dimanfaatkan teman laki-lakinya yang tidak bertanggung jawab (tentunya Anda juga tahu apa yang terjadi kemudian karena sudah terlalu banyak contohnya).

Semoga tulisan ini bisa benar-benar menohok kepedulian para pemegang saham sinetron/FTV, dimana di dalamnya termasuk para pemain sinetron/FTV. Mereka menjadi salah satu yang bertanggung jawab atas kebodohan dan kerusakan moral anak-anak bangsa. Uang yang didapat mereka, tentu saja menjadi uang panas (haram) karena dihasilkan dengan cara merusak moral dan membodohi penonton.

sumber: http://dufix.net/


Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun