Mohon tunggu...
Alaek Mukhyiddin
Alaek Mukhyiddin Mohon Tunggu... Jurnalis - Aktivis Ahlusunnah Wal Jamaah

adalah penggagas Jam'iyah sastra di pondok pesantren Sidogiri, sekaligus menjadi ketua perdananya. saat ini menjabat sebagai pemimpin Redaksi Majalah Nasyith. ia juga aktif sebagai aktivis ahlusunah wal jamaah dan menjabat sebagai anggota tim fatwa Annajah Center Sidogiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Kakek dalam Mimpi

15 September 2019   11:23 Diperbarui: 15 September 2019   11:54 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ribuan rakyat berbondong-bondong memasuki lapangan, guna mendengarkan oratornya. Tampak seorang Laki-laki itu membetulkan dasi dan jaz yang bertengger gagah membalut tubuh kekarnya, sebelum akhirnya menaiki podium, tempat khusus untuknya berpidato. 

Tangan kanan ia kepalkan ke udara, seakan ingin memberi tahu bahwa dirinya orang penting di Indonesia. Teriakan histeris terkumandangkan menyambut langkahnya. Namun dari belakang ada tangan yang memegang lengannya turut memberhentikan langkah tegapnya. 

Nampak seorang kakek  dengan pakaian penuh tambalan. "Nak, nampaknya engkau akan melalui jalan penuh darah." Ujar sang kakek sambil berlalu hilang.
***
Malam telah sunyi suasana semakin gelap. Hanya temaram rembulan yang setia menyambut Ali saat terbangun dari lelapnya. Sudah tiga kali ini dia bermimpi sosok kakek berpakaian compang-camping dengan sorot mata tajam, berkharisma tinggi layaknya para kyai. Anehnya jari jempol kakek itu lentur, seperti tanpa tulang. Hal itu bisa dirasakan Ali saat kakek tersebut mencengkeram lengannya. 

"Ah, masa bodoh, mungkin hanya mimpi kebetulan belaka."  Tanpa berpikir banyak Ali tidur kembali, nampak dari wajahnya yang kusut bahwa dia sedang dirundung capek karena kampanye yang ia gaungkan di penjuru kota semalaman. 

Memang aktivitasnya sebagai politis telah menyita banyak waktunya. sehingga diumurnya yang ke tiga puluh tahun  Ali masih saja belum membentuk bahtera rumah tangga. 

Ibadahpun tak lagi diindahkannya, padahal secara keturunan Ali adalah keturunan Kyai besar. sekejap Ali bangun dan terduduk di ranjang empuknya. nampaknya mimpi itu kembali bertandang sehingga membuat rasa kantuknya buyar seketika. pikirannya pun turut gelisah. Mata ia edarkan ke langit-langit kamar yang dicat biru elegan. terasa kra baju tidurnya basah oleh keringat yang menempel di leher jenjangnya. 

Ali menarik nafas pelan tapi dalam sebelum akhirnya mengeluarkannya dengan lega. nampaknya malam ini akan menjadi malam yang mencekam baginya. Seumur hidup baru sekarang dia bermimpi aneh seperti ini. Siapa kakek itu sebenarnya? ada maksud apa bertandang dalam mimpi?
***
"Apakah anda mengenal siapa gerangan kakek itu" tanya Ali pada salah seorang kyai besar -yang menurut warga setempat ahli dalam menafsiri mimpi- dengan ekspresi wajah yang ingin tahu segala hal.

"Jelas aku mengenalnya karena Dia adalah sahabatku. Namanya Balyah bin Malkan. Mungkin terdengar asing di telinga anda padahal dia sangat masyhur di kalangan Ulama. Ciri-cirinya seperti yang anda sebutkan tadi, tidak punya tulang di jari jempolnya dan setiap jalan yang didaluinya akan tumbuh tanaman hijau setinggi mata kakinya." Jawab Kyai itu dengan senyuman penuh arti

"Lantas apa tafsiran dari mimpi yang saya alami"

"Jelas, bahwa kakek itu mengharap anda berhenti menjadi politis. dan mungkin akan terjadi peristiwa berdarah apabila anda mengindahkannya. " Ujar seorang Kyai saat ditanya oleh Ali mengenai tafsir mimpinya.

Tapi bagi Ali menjadi politisi adalah harga mati, mengingat sejak kecil dia selalu bercita-cita menjadi kepala dari puluhan, ratusan, atau ribuan rakyat. Dia berusaha meyakinkan hatinya bahwa itu hanya mimpi belaka yang tak ada kaitan dengan kariernya saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun