Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lebaran dan Betapa Pentingnya Reuni

16 Juni 2017   10:41 Diperbarui: 16 Juni 2017   20:34 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari http://thethingsilearnedfrom.com

Lebaran Idul Fitri adalah reuni. Kalau gak percaya, coba nanti tengok saja keluar jendela saat anda pulang kampung --kalau situ punya kampung halaman. Atau buka saja halaman sosmed sekolah atau grup WA angkatan. Saya bisa pastikan akan banyak banner atau spanduk yang bermerk (baca: bertuliskan) REUNI di perempatan kabupaten, kecamatan dan kampung. Biasanya diikuti kata-kata AKBAR. Perlu diingat, ini bukan bagian dari bacaan takbir, bukan. Akbar disini juga bukan sosok yang selalu mengejar ratu Jodha, jauh. Maksudnya kurang lebih adalah berkumpulnya alumni bersama-sama, bukan hanya satu angkatan, tapi juga melibatkan beberapa angkatan.

Yang membuat heran itu mengapa kata yang dipilih adalah kata dalam bahasa arab, AKBAR. Kalau jawabannya adalah karena masuk dalam momen hari besar islam sih ada benernya. Meskipun nanti akan banyak orang yang protes, kan islam bukan berarti arab. Lagian yang reuni kan bukan cuma beragama islam. Kenapa juga yang pakai bahasa arab hanya kata akbar, kenapa gak sekalian kata reuni gak diganti pakai kata bahasa arab juga. Atau pengen dianggap nasionalis (mumpung lagi musim), harusnya kan pakai bahasa Indonesia saja. Atau ada pilihan lain, pakai bahasa asing macam bahasa inggris, belanda, jerman atau apalah. Nyinyir juga lama-lama, KZL!

Tapi saya cukup mafhum, kata akbar mungkin sebuah petanda untuk hal yang lain. Dia merupakan bentuk halus untuk menyebut sesuatu yang sensitif. Sebagai manusia yang solih-solihah, menyebut bentuk tubuh merupakan hal tabu, gak elok kata emak.  Makanya daripada menyebut gendut, melar atau apalah, mending kan pakai bahasa arab, AKBAR! Adil dan gak pakai nyinyir, masalahnya bisa dianggap #penistaan jika berani protes bahasa arab, catat!

Okelah, mari kita lanjut. Masyarakat kita itu tipe masyarakat yang suka betul dengan kesibukan. Tidak percaya? Setelah Ramadhan yang sibuk, masyarakat Indonesia akan menyambut hal yang tak kalah sibuknya, yaitu "pekan reuni nasional" --sepekan awal bulan syawal yang penuh jadwal pertemuan reuni. Kurang sibuk apa Ramadhan coba? Cek saja pasar, mall, swalayan, bahkan toko online, semuanya penuh sesak. Jalan raya penuh dengan kurir ekspedisi dan ojek online yang mengantar pesanan, apalagi kalau sore. Kalau lalu lintas internet, dipastikan akan super sibuk hampir 24 jam. Paket data terjual laris, pulsa diisi sampai tumpah-tumpah. Demi apa coba? Kalau pembaca tulisan ini sih demi ikut streaming pengajian, ya kan?

Lah kesibukan Ramadhan tersebut baru permulaan, karena dia hanya dipakai untuk batu loncatan menuju hari besar dan pekan setelahnya di bulan syawal. Saya sih percaya pembaca budiman bukan tipe tersebut. Imtaq kita kan lebih dalam dari sekedar menyambut hari raya. Kita puasanya beneran plus masih punya empati kepada jamaah jomblo sekalian. Kita jelas punya empati plus kewaspadaan tingkat tinggi kalau-kalau sahabat jomblo kita terpapar serangan bertubi-tubi saat Idul fitri. Jadi hari raya Idul Fitri bagi kita justru adalah masa siaga satu. Kalau perlu kita akan menggelar aksi 1 juta #belajomblo.  

Pekan Reuni Nasional atau bisa disingkat PRN atau Perena adalah pekan super sibuk bagi panitia dan peserta reuni, terlebih reuni akbar. Mulai dari setingkat SD, SMP, SMA, Kampus sampai pondokan tak mau kalah menggelar semacam pertemuan mahapenting untuk menyumpal rasa kangen katanya. Bagi para penggila reuni, gojekan tiap menit di grup WA itu kurang. Melototin foto di IG dan nyinyir di halaman FB sekolah itu juga tidak akan melepaskan dahaga akan tegukan reuni. Haqqul yaqin, sebentar lagi akan ada alumni setingkat PAUD menggelar reuni. Jelas bertemu dengan teman semasa PAUD adalah perkara penting. Jauh lebih penting saya kira dari bertemu teman SMA. Bayangkan rentang tahun terpisahnya alumni jelas lebih lama, karena reuni paling ideal adalah pada usia diatas 25 tahun (kriteria ngawur). Berarti kan sekitar 20 tahun terpisah! Betapa kangennya mereka, belum lagi kekangenan tersebut akan bercampur dengan banyak emosi lain. Bagaimana tidak, ini bagaikan es dawet diaduk dengan kopi panas, saat bertemu wajah teman-teman telah bermetamorfosis. Remang kenangan wajah teman-teman yang masih imut, tiba-tiba bertemu dengan sosok yang ahhhhzzz.

Saya disini juga mau mengingatkan diri sendiri serta pembaca budiman sekalian tentang waspada konspirasi reuni. Ikhwan dan akhwat pasti tahu pekan reuni nasional adalah bagian konspirasi bullying bagi sahabat-sahabat kita yang hidungnya belum mampu mengendus dimana sempalan tulang rusuknya. Atau sebaliknya, tulang rusuk yang terjebak dalam kubangan lumpur tertutup batu lahar, sehingga baunya tidak terendus radar. Kejam! Kita harus lawan! Aksi 2 juta #belajomblo.

Bayangkan bila setiap sekolah ramai-ramai membuat even reuni setelah idul fitri. Betapa padatnya jadwal kita. Senin reuni PAUD, selasa Reuni SD, rabu reuni SMP, kamis reuni SMA, jumat reuni kampus, sabtu reuni pondok dan asrama. Jadi jelas, waktu seminggu saja kurang untuk libur Idul Fitri. Itulah mengapa saya ingin mengusulkan kepada Pak Jokowi untuk menambah jumlah liburan nasional untuk momen yang begitu penting ini. Tajuk liburannya adalah liburan Pekan Reuni Nasional! PRN atau Perena itu terserah kau.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun