Pagi baru saja beranjak pergi, mentari merangas menerpa celah jendela. Seruni baru saja melepas kepergian Grasto, masih terasa hangat kecupan dikeningnya. Seruni termanggu sendiri mengenang masa-masa yang begitu indah dengan Grasto suaminya.
Sudah lewat 1 tahun Seruni dipersunting Grasto, seorang Senator muda yang ganteng dan berotak cemerlang, jauh dari citra buruk seperti senator pada umumnya, namun Seruni belum dianugerahi seorang momongan, sehingga hari-hari Seruni terasa sangat sepi.
Siang menuju sore hari, Seruni baru saja selesai sholat Ashar. Sudah menjadi kebiasaannya, setiap Grasto beraktifitas dikantor, Seruni pun tetap sibuk dengan berbagai aktivitas dirumah, pamali menurutnya saat suami bekerja dia tidur siang dirumah.
Tiba-tiba bell rumahnya berbunyi, karena memang rumah Seruni dikomplek perumahan senator, yang tidak menggunakan pagar, sehingga tamu bisa langsung menuju pintu masuk. Seruni sejenak berpikir, siapa siang-siang berkunjung kerumahnya, namun semua pikiran tersebut buru-buru ditepisnya. Seruni langsung membuka pintu, dihadapannya berdiri seorang Laki-laki dengan dandanan Metroseksual, sangat perlente sambil membawa sebuah tas tangan warna Biru telur Asin.
"Maaf..mas mau ketemu siapa ya.."
"Menurut nyonya..maaf Saya panggil yey nyonya ya..tepatnya nyonya Grasto..bukan begitu.."
"Mau Panggil Runi juga gak papa..mas belum jawab pertanyaan Saya.."
"Gak usah Anda jelaskan nama Anda.. saya sudah tahu semua tentang Anda..juga latar belakang kehidupan Anda.."
"Maaf..mas ini siapa..ada perlu apa dan mau ketemu siapa.."
Seruni masih menahan kemarahan yang mulai membuncah, dan dadanyapun sudah mulai terasa sesak.