Terbangun dari tidur pada dini hari, saya membuka medsos dan scrolling TL twitter. Sebuah  cuitan cukup menarik minat, dari seorang netizen dengan 210 ribu follower.
'Saya berharap, di masa depan bisa menjadi seorang ayah, sebaik ayah saya,'
Jujur perasaan ini tergelitik, sembari menghimpun sebuah kesimpulan. Pasti ayah pemilik akun twitter ini keren, setidaknya keren di mata anaknya sendiri.
"Apakah hal ini bisa menjadi indikasi, keberhasilan seorang ayah?" Bisa iya bisa tidak, tergantung prespektif orang yang memberi jawaban.
Kalau saya termasuk yang sepakat, ayah berhasil adalah yang bisa merebut hati anak anak. Bisa dilihat dari penerimaan anak-anak padanya, hubungan terjadi dua arah dan menyejukkan.
Bagiamana cara menjadi ayah baik?
Berusaha memberi sikap terbaik, kepada istri yang notabene ibu anak anak. Anak anak melihat sikap keseharian ini, disimpan dalam benak dan dibawa sampai dewasa.
Ayah keren, adalah ayah yang memberikan nafkah terbaik. Mempersembahkan makanan dan minuman haq, akan masuk ke lambung dicerna menjadi darah daging.
Ayah menyuplai kasih sayang tulus, tidak berhitung untung rugi dan mau menang sendiri. Sehingga anak dan istri nyaman, tidak menjaga jarak pada si kepala keluarga.
Saya pribadi masih jauh dari ideal, terus belajar mengejawantah persepsi sendiri tentang ayah ideal.