Mohon tunggu...
Adi Kiswantoro
Adi Kiswantoro Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Kalem aja lanjut terus !!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Permainan Tradisional vs Permainan Modern

9 Juni 2013   19:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:17 1967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda mungkin masih ingat, dimana saat kecil anda bermain petak umpet, gobak sodor, kelereng, main kasti, benteng, dan permainan lainnya. Dimana permainan-permainan tersebut pernah berjaya pada zamannya. Saat ini mungkin sangat sulit bagi kita untuk menjumpai anak-anak yang berkumpul sambil bermain petak umpet ataupun yang lainnya disekitar kita, melainkan kita akan menjumpai anak-anak yang cenderung menghabiskan waktunya di depan komputer, bermain game console, game online maupun bermain bersama gadget-nya. Lantas bagaimana kabar dari permainan tradisional yang digandrungi anak-anak dahulu?

Saat ini permainan anak-anak kebanyakan didominasi oleh permainan game online, game console, serta permainan-permainan digital lainnya yang lebih modern. Anak-anak zaman sekarang mungkin beranggapan bahwa permainan tradisional itu sudah kuno dan tidak modern. Disamping itu juga dengan terus berkembangnya teknologi game yang ada, seakan-akan terus memanjakan para pecinta game yang ada, khusunya pada anak-anak.

Namun demikian, bukan hanya soal perkembangan teknologi saja yang membuat permainan tradisional ini menghilang, melainkan ada faktor lain yang bisa menyebabkan hal ini terjadi, seperti halnya keterbatasan tempat dan lahan yang tersedia untuk tempat bermain anak-anak, kemudian bisa juga paradigma pemikiran orang tua anak tersebut yang mengarah pada pemikiran yang praktis.

Pada dasarnya banyak ragam permainan tradisional yang ada di Nusantara ini, karena berbagai suku yang ada di Indonesia, maka tiap daerah memiliki permainan tradisionalnya masing-masing. Namun intinya permainan tradisional tersebut mengandung banyak hal positif didalamnya. Secara tidak langsung permainan-permainan tradisional mengajarakan pada anak-anak tentang kesederhanaan, melatih anak agar bermental sportif, melatih percaya diri anak, mudah bergaul dengan sekitar, memicu kreatifitas anak, menyehatkan serta melatih ketangkasan anak dan hal-hal positif lainnya dan tentunya tidak monoton.

Jika melihat fenomena yang ada saat ini, sangat disayangkan sekali melihat anak-anak sekarang yang kebanyakan dari mereka menghabiskan waktunya di warnet ataupun game center yang ada disekitar tempat tinggal mereka. Biasanya sepulang sekolah mereka bergegas ke tempat permainan tersebut dan berjam-jam berada didepan layar monitor untuk main game online. Jika hal ini dilakukan terus menerus dapat mengganggu kesehatan mata anak tersebut, serta dapat berpengaruh pada jiwa dan psikis si anak tersebut. Karena anak tersebut akan terus termotivasi untuk bermain lagi dan lagi sampai ia benar-benar puas dengan mainannya tersebut, karena rasa keingintahuan pada anak-anak sangatlah besar.

Demikian juga pada anak-anak yang yang bermain game console seperti main Playstation, game tablet, PSP, handphone, dan sebagainya. Hal ini cenderung membuat mereka menjadi enggan untuk bersosilaisasi ataupun bermain dengan teman-teman sebayanya. Mereka akan merasa senang dan merasa asik dengan dunianya sendiri tanpa menghiraukan yang lain. Hal ini ditakutkan jika nantinya anak terlalu asik dengan dunia visualnya yang merupakan dunia fantasi maupun dunia maya, maka dia akan merasa sulit bergaul didunia nyata.

Jika menilik dari hal-hal diatas, memang memprihatinkan melihat perilaku anak-anak zaman sekarang. Mereka kebanyakan hanya mengetahui permaianan-permainan yang modern saja, dan kurang mengetahui permainan-permainan yang tradisional. Umumnya hal seperti ini terjadi pada anak-anak diperkotaan. Mungkin jika kita berkunjung ke suatu desa ataupun kampung, kita masih bisa setidaknya menjumpai anak-anak yang bermain kelereng ataupun petak umpet.

Namun tak menutup kemungkinan juga, jika dikampung pun sulit untuk menjumpai anak-anak yang bermain permainan tradisional tersebut apalagi di kota yang notabene-nya serba modern. Jika hal ini benar terjadi sangat miris melihat anak-anak kita digenerasi mendatang. Dimana permainan tradisional yang sangat digandrungi anak-anak zaman dahulu yang banyak terdapat hal positif, harus dijajah oleh permainan-permainan modern yang serba canggih.

Menyikapi hal ini Kita tak boleh terlalu naïf dengan menyalahkan anak-anak zaman sekarang akan ketidak pahaman mereka dengan permainan tradisional. Bisa saja karena tidak ada yang mengenalkan mereka pada permainan-permainan tradisional yang sudah menjadi tradisi secara turun-temurun. Mungkin juga orang tua mereka sama sekali tidak pernah cerita ataupun mengajarkan anaknya tentang ragam permainan tradisional.

Disinilah sebenarnya peran orang tua tersebut sangat berpengaruh terhadap buah hatinya, karena interaksi dan sosialisasi pertama terjadi pada lingkungan keluarga. Sudah semestinya orang tua mengenalkan setidaknya pada buah hatinya mengenai permainan tradisional. Ataupun saat bekunjung ke tempat kakek yang biasanya ada di pedesaan, yang umumnya masih banyak anak-anak yang bermain ragam permainan tradisional tersebut. Dengan demikian secara tidak langsung kita menjaga kelestarian permainan tradisional yang sudah turun-temurun dari para leluhur kita .

Sebenarnya tidak terlalu menjadi masalah jika selama permainan modern tersebut masih dalam kapasitas yang sewajarnya, hal tersebut bermasalah jika permainan-permainan modern tersebut sudah menjadi candu dalam jiwa anak-anak dan menggerus nilai-nilai kepribadian anak tersebut. Semoga saja permainan-permainan tradisionil anak-anak bangsa Indonesia ini tetap mampu bersaing dengan permainan-permainan modern yang berteknologi canggih.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun