Mohon tunggu...
Adidarma (fd)
Adidarma (fd) Mohon Tunggu... Swasta -

Mengangkat derajat mereka yang lemah, merendahkan mereka yang berkuasa

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Hedonisme (Kehancuran Manusia & Agama)

3 Juni 2017   03:27 Diperbarui: 3 Juni 2017   03:54 4925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="file:///storage/emulated/0/Download/images.jpg"]

[/caption]

Dalam masalah ini hedonisme disinyalir telah erat melekat dalam hidup manusia, bahkan telah menjadi karakter dalam tingka laku hidup sehari-hari. Dimana orientasi kehidupan diarahkan pada kenikmatan dan kesenangan yang memuja pada kebutuhan materi.

Di zaman saat ini perilaku hedonisme tidak pernah lepas dari  kehidupan manusia. ini di sebabkan semakin berkembangnya suatu zaman, maka semakin bertambah pula kebutuhan ekonomi manusia. hedonisme tentunya berkaitan dengan unsure kecintaan atau kenikmatan untuk memiliki suatu benda yang berlebihan.

kita mestinya paham betul derasnya arus industrialisasi dan lahirnya moderenisasi sebagai anak kandung dari globalisasi yang menyerang masyarakat tidak dapat dielakan. Ini yang meyebabkan “virus” hedonisme membentuk cara berpikir dan tingka laku manusia semakin terpola (memuja), baik orang tua, anak muda, sampai pada tingkat remaja. Bahkan untuk keluar dari kehidupan hedonisme pun sulit untuk dilakukan, satu-satunya cara ialah menghindari atau meminimalisir kenikmatan dari kehidupan serba mewah yang berlebihan dan beristirahat diri dari sebuah tontonan yang mempromosikan berbagai macam tawaran untuk kebutuhan materi manusia melalui media televise, iklan, dan media cetak lainnya.  Proses menghindari ini yang menurut penulis sulit untuk dilakukan bagi kebanyakan orang,  Alasanya, tentunya karena semakin kuat pemujaan manusia pada kebutuhan materi yang di inginkan atas dasar kesenangan psikis. hingga sulit untuk keluar dari kehidupan hedonisme sendiri. Tapi bagi mereka yang tersadarkan pastinya tidak akan terbawah arus dari propaganda syahwat materi yang berlebihan, akibat dari sistem moderenisme itu sendiri. 

Pada dasarnya manusia hidup untuk mencari kesenangan, karena sifat dasar manusia ialah (homo lundes = mahluk bermain) dan bermain adalah hal yang hakiki untuk memperoleh kesenangan. Tapi bukan berarti manusia mencari kesenangan dengan cara yang bebas dan brutal. Tentunya keinginan memperoleh kesenangan disini tidak mesti mengurangi hakikat kemanusiaanya (lupa diri), yang harus terpola pada budaya liberal yang mengabaikan norma-norma kemanusiaan. misalanya jiwa pemuja kesenangan dunia semata yang keinginannya memperoleh suatu materi melalui propaganda media, tanpa mempertimbangkan kebutuhan ekonomi mencukupi atau tidak. Jika tidak, ujungnya memperolehnya dengan cara tidak manusiawi (tidak halal). Tindakan seperti ini tentunya yang menganggu tatanan sosial. Seperti halnya perebutan kekuasaan dewasa ini.

Dalam tulisan ini, tentunya penulis tidak memberikan gambaran  epistemologi secara detail bagaimana budaya hedonisme tubuh subur ditengah-tenga masyarakat . Tapi penulis berusaha  memberikan contoh perilaku hedon yang hadir di tengah-tengah masyarakat. misalnya, apa yang kita lihat dan rasakan saat ini, media informasi berusaha menginvasi kesadaran diri manusia  melalui life style. bentuk gaya hidup yang terus disajikan dalam pikiran kita melalui media TV.  Seakan-akan gambaran kehidupan yang nikmat dan serba mewah semua dipertontonkan dengan menggunakan rekayasa sinetron atau iklan yang mengharuskan hidup seperti itu. hingga orang tua dan anak muda tersihir untuk meniru  apa yang diperlihatkan oleh media dan dengan sendirinya manusia tersohor untuk mencintai kenikmatan dunia secara berlebihan. 

Dari permasalahan diatas kita juga bisa melihat dampak yang sangat fundamen dari sesorang yang terjerumus oleh  budaya hedonisme melalui tulisan-tulisan artikel. Misalnya, dampak yang terjadi pada diri maunsia; 1) Menjadi Individualistik, 2) Matralistis, 3) Pemalas) 4) Pergaulan Bebas 5) Konsumtif 6)  Mentalitas Insan 7) Boros & Kriminalitas 8) Egois, Tidak bertanggung Jawab 9) Korupsi. 10) ingin terlihat fashionable 11) lebih mementingkan gaya dari pada otak 12) narsisme yang berlebihan. Tentunya ini menjadi patologi bagi manusia yang tersihir oleh budaya hedon dan tanpa disadari di dalamnya terdapat bibit kehancuran bagi akal pikiran manusia. 

• Hedonisme Sebagai enegeri Positif perjuangan dan Kemunduran Peradaban Agama 

Yang perlu juga kita ketahui, bahwa hedonisme sudah ada jauh sebelum zaman menjadi moderen seperti saat ini. Dari zaman para Nabi, kejayaan Mesir Kuno, Romawi, Persia, Yunani dan Tiongkok. Hedonisme sudah mulai berkembang, tapi. Mungkin konteksnya berbeda. Yakni kecintaan mereka kepada dunia telah membuat Peradaban Besar bagi bangsa mereka sendiri. Sehingga hedonisme yang mereka pahami di maknai sebagai energy positif. Tidak seperti era saat ini. Kecintaan terhadap dunia dimaknai dengan bagaimana merebut kekuasaan untuk menampung harta sebanyak mungkin, yang pada akhirnya melahirkan manusia-manusia yang bermental buruk dan korup..

Sesungguhnya hedonisme jika dimaknai positif akan menjadi energy yang luar biasa bagi peradaban bangsa. Misalnya apa yang dilakukan oleh Presiden Bung Karno, Sukarno Hatta, Tan Malaka kecintaan mereka terhadap dunia, berbarengan dengan kecintaan ia terhadap rakyatnya yang akhirnya memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Presiden K.H Abdurrhaman Wahid (Gus Dur) juga mempraktekan hal yang serupa, bagaimana hedonismenya dituangkan pada kecintaannya kepada Tuhan dengan segala Pluralismanya dengan memberikan kebebasan bagi agama-agama lain, dan saling mencintai antar sesama manusia (Wa Hablum Minannas). Dengan memperjuangkan hak asasi manusia dan pembelaan terhadap kelompok termarginal. Artinya energi hedon diarahkan pada nilai yang luhur dalam perjuangan kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun