Mohon tunggu...
Adel Kalibar
Adel Kalibar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Penyair

Menulis Membentuk Keabadian - Hidupmu adalah bait puisimu https://adelbertus88.wordpress.com/ https://www.kompasiana.com/adelbertus

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Gaya Belajar Siswa, Guru Harus Memiliki V-A-K

5 Agustus 2013   00:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:37 12840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kurikulum 2013 sudah diterapkan di beberapa sekolah di tanah air, dari jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA walaupun masih ada sekolah yang belum siap dengan hadirnya kurikulu 2013 ini. Bagi sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013 ini, sejauh sekarang ini tidak terdengar ada masalah-masalah yang begitu parahnya sehingga menghambat proses pembelajaran. Di beberapa sekolah di tingkat dasar (SD) banyak diberitakan bahwa pembelajaran lebih menyenangkan dan berbeda dari biasanya. Para siswa lebih belajar kreatif, aktif, bermain peran, inovatif, berkomunikasi, dan yang jelas terlihat semangat belajar dari setiap siswa. Semoga ini juga di temukan di tingkat SMP dan SMA, dengan adanya kurikulum baru ini semakin membuat pendidikan di negeri ini ke arah yang lebih baik lagi. Inti semua ini pada gurunya juga harus dilakukan perubahan, percuma kalau kurikulum berganti terus tetapi gurunya tidak ada perubahan atau pembinaan untuk menghadapi perubahan tersebut.

Setiap guru harus mengenali gaya belajar siswanya, dan guru juga harus memiliki sikap seperti gaya belajar yang dimiliki setiap siswanya. Dalam hal ini akan dijelaskan mengenai gaya belajar yang dimiliki siswa terkait kurikulum baru 2013, yaitu ada tiga jenis gaya belajar siswa dan tiga jenis manusia dalam sistem representasi dalam berkomunikasi, dan guru harus memiliki ketiga jenis gaya belajar tersebut supaya proses pembelajar dapat menyenangkan.

Pertanyaanya, Sudahkah anda (para guru) mengenal gaya belajar para siswa di kelas? Seperti apakah gaya belajar yang di inginkan para siswa?. Pertanyaan mendasar bagi kita para guru.

Satu pemahaman dapat dikatan berbeda karena dipengaruhi cara penyampain informasi dari pendidik dan modalitas gaya belajar setiap individu. Setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda dan bisa belajar dengan lebih baik dengan cara yang berbeda-beda.

Memahami gaya belajar setiap siswa merupakan cara terbaik untuk memaksimalkan proses belajar dikelas. Setelah siswa mengetahui gaya belajar dan metode terbaik, untuk membatu dalam belajarnya, dapat dilihat kemampuan siswa dalam memahami sesuatu akan perkembangan dengan pesat dikelas, bahkan di mata pelajaran yang sebelumnya di anggap susah dan rumit.

Sebelum mempelajari manfaat dari mengidentifikasi gaya belajar yang dimiliki oleh siswa, sebelumnya siswa perlu meluangkan waktunya beberapa saat untuk mempelajari berbagai jenis gaya belajar dan bagaimana cara terbaik untuk mengidentifikasi kategori gaya belajar yang dimiliki.

Gaya belajar adalah variasi cara yang dimiliki seseorang untuk mengakumulasi serta mengasimilasi informasi. Gaya belajar atau learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan prilaku psikomotorik sebagai indikator yang bertindak relatif stabil untuk pembelajar merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar  (Gobai, 2005:1). Gaya belajar adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berfikir, memproses dan mengerti suatu informasi  (Gunawan, 2006: 139). Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah ciri khas yang dimiliki oleh setiap orang dalam memberikan respon terhadap pembelajaran yang diterimanya. Menurut modalitasnya, gaya belajar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik (De Porter, 2000: 85).

Pada dasarnya gaya belajar merupakan metode terbaik yang memungkinkan dalam mengumpulkan dan menggunakan pengetahuan secara spesifik. Kebanyakkan ahli setuju bahwa ada tiga dasar gaya belajar, yaitu visual, auditori, dan kinestetik. Setipa individu memungkinkan memiliki satu macam gaya belajar atau dapat memiliki kombinasi gaya belajar yang berbeda. Di sebagian besar kasus, karateristik gaya belajar bahkan dapat di amati pada anak yang mempunyai usia relatif muda.

Ketika siswa telah mengenal gaya belajar yang dimilikinya, maka siswa dapat menerapkan gaya belajar yang baik dan sesuai dengan gaya belajarnya, sehingga siswa dapat memaksimalkan prestasi belajar akademik maupun non-akademik.

Dalam proses belajar, tidak ada cara yang dianggap benar atau salah karena setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda dan memberikan keuntungan dan kekurangan masing-masing. Ketika siswa mampu memahami gaya belajarnya maka, proses belajar siswa akan lebih efisien dan efektif.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai tiga gaya belajar dan tiga jenis manusia dalam sistem representasi dalam berkomunikasi, yaitu orang visual (penglihatan), orang auditori (pendengaran), dan orang kinestetik (raba-cium-cecap). Dengan skill komunikasi anda menjadi guru yang mengesankan dan dengan menguasai ketiga hal tersebut.

Gaya Belajar Visual. Gaya belajar  visual mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Warna, hubungan ruang, potret mental dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Seseorang yang sangat visual mungkin dicirikan sebagai berikut:(1) Teratur, memperhatikan segala sesuatu dan menjaga penampilan. (2) Mengingat dengan gambar dan lebih suka membaca dari pada dibacakan. (3) Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh dan menangkap detail, mengingat apa yang dilihat. Siswa yang mempunyai gaya belajar visual ini lebih kepada penglihatan, gaya belajar yang bersifat eksternal, sehingga guru bisa menggunaka materi atau media yang bisa dilihat atau mengeluarkan tanggapan indra penglihatan. Materi atau media yang digunakan ialah buku, poster, majalah, peta, dan lainya. Sedangkan yang bersifat internal ialah menggunakan imajinasi sebagai sumber informasi.

Bagi siswa yang bergaya belajar visual, penglihatan (mata) merupakan peranan yang sangat penting, dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru lebih banyak atau dititikberatkan pada peragaan atau media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut atau menunjukan alat peraganya langsung kepada siswa atau menggambarkan di papan tulis.

Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus meliahat bahasa tubuh dan ekspresi gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cendrung duduk di depan agar melihat dengan jelas. Mereka berpikir dengan menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan dan belajar lebih cepat menggunakan keterampilan visual, seperti diagram, gambar, video. Di dalam kelas anak visual lebih suka mencatat sampai detail-detailnya untuk mendapatkan informasi.

Gaya Belajar Auditorial. Gaya belajar auditorial mengakses segala jenis bunyi dan kata, diciptakan maupun diingat. Musik, nada, irama, rima, dialog internal dan suara menonjol disini. Seseorang yang sangat auditorial dapat dicirikan sebagai berikut:(1) Perhatiannya mudah terpecah. (2) Berbicara dengan pola berirama. (3) Belajar dengan cara mendengarkan, menggerakkan bibir/ bersuara saat membaca.

Gaya belajar ini cendrung menggunakan pendengaran/audio sebagai sarana pencapaian dalam belajar. Gaya belajar auditori bersifat eksternal adalah dengan mengeluarkan suara atau ada suara. Mereka dapat membaca keras, mendengarkan, diskusi kelompok, dll. Siswa yang tipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui pendengarannya, untuk itu maka guru harus memperhatikan pendengaran siswanya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal atau mendengarkan apa yang di sampiakkan oleh gurunya. Informasi tertulis kadang menjadi minim bagi anak auditori mendengarnya. Anak seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.

Gaya Belajar Kinestetik. Gaya belajar kinestetik mengakses segala jenis gerak dan emosi diciptakan maupun diingat. Gerakan, koordinasi, irama, tanggapan, emosional dan kenyamanan fisik menonjol disini. Seseorang yang sangat kinestetik sering:(1) Menyentuh orang dan berdiri berdekatan, banyak bergerak. (2) Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca dan menanggapi secara fisik. (3) Mengingat sambil berjalan dan melihat.

Orang yang bergaya belajar kinestetik belajar melaui gerakan-gerakan sebagai sarana memasukan informasi ke dalam otaknya. Penyentuhan dengan bidang objektif sangat dikuasai karena mereka dapat mengalami sesuatu dengan sendiri. Gaya belajar ini yang bersifat eksternal ialah melibatkan kegiatan fisik, bermain peran, membuat model, berjalan, dan sebagainya. Sedangkan internal adalah menekankan pada kejelasan makna dan tujuan sebelum mempelajari sesuatu hal. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui gerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit duduk diam berjam-jam keinginan merekan untuk beraktifitas dan berekplorasi sangat kuat.

Menurut Bendler dan Grinder, 1981 (dalam De Porter, 2000: 85): “Meskipun kebanyakan orang memiliki akses ketiga modalitas visual, auditorial dan kinestetik hampir semua orang cenderung pada satu modalitas belajar yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemerosesan dan komunikasi”. Sedangkan Markova tahun 1992 (dalam De Porter, 2000: 85) mengatakan “Orang tidak hanya cenderung pada satu modalitas, mereka juga memanfaatkan kombinasi modalitas tertentu yang memberi mereka bakat dan kekurangan alami tertentu”.

Setiap orang memiliki kecenderungan pada satu modalitas. Guru juga memiliki kecenderungan modalitas mengajar yang sama dengan gaya belajarnya. Seorang siswa secara berangsur akan mudah menyerap informasi sesuai dengan gaya belajarnya.

Dengan demikian guru harus bisa menjadi guru yang mengesankan bagi para siswanya dan menjadi sosok yang selalu di nanti kehadirannya di dalam kelas, harus memiliki V-A-K (Visual, Auditori, Kinestetik), (1) penampilan di jaga, (2) kata-kata dan suara jelas dengan intonasi yang memikat, (3) gerakan bagus, menguasai joke, contoh-contoh personal. Semoga sukses.***

Penulis,

Adelbertus, S.Pd.

Guru Bahasa dan Sastra Indonesia

SMA Santo Fransiskus Asisi Pontianak

Kalbar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun