Mohon tunggu...
Joko Siswonov
Joko Siswonov Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

i am antiteori ..... Memandang sesuatu dg sudut berbeda Antitempo Antiseeword Anticebong Antipartaineraliansikomunis Antisurveibayaran

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Salut Kompas Sekarang, 6 Huruf deh "Netral"

7 Juni 2018   01:41 Diperbarui: 7 Juni 2018   02:26 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Saya terbangun pukul 1 malam. Hal ini tidak biasa. Mungkin saya tidur kecepatan, biasanya jam 10 malam, ini habis tarawih sudah tidur.

Buka televisi, gonta-ganti saluran televisi, lihat Kompas TV ternyata menyiarkan secara langsung salat isya dan tarawih di masjidil haram.

Wah ini sesuatu yang menarik. Selama ini boleh dikatakan banyak yang berpendapat termasuk saya sendiri, bahwa Kompas dan anak buahnya selalu memusuhi islam, bahkan sempat diberi singkatan Komando Pastur. Kawan saya ekstrim lagi, menyingkat Komunis Pasti Sukses.

Sinyal mau menayangkan salat isya dan tarawih di masjidil haram, bagi saya berpendapat, Kompas sudah mendekati netral pemberitaannya. Ditambah saat membaca pemberitaan dan televisi kompas grup, beritanya cukup independens terlihat. Pantas sekarang Kompas berani slogan televisinya "Independens dan terpercaya".

Dulu, saya berpendapat, pemberitaan Kompas selalu mencitrakan Jokowi-Ahok. Tak peduli kritik apapun, beritanya selalu bela kedua mantan gubernur Jakarta tersebut.

Saya mencatat ada 3 hal yang mungkin membuat Kompas berubah :

1. Mulai memiliki wartawan yang indpendens salah satunya Aiman Wicaksono.

2. Peristiwa saat Aiman Wicaksono mewawancarai Ahok, kata tidak pantas sebut "txhx" disiarkan langsung televisi disaksikan banyak orang mungkin menyadarkan pimpinan Kompas, bahwa yang mereka bela selama ini, orang yang tanda kutip kurang benar.

3. Peristiwa saat berita yang menurut pandangan menyudutkan islam dan FPI saat ramadan tahun lalu, tentang seorang wanita paruh baya yang jualan makanan di siang hari bulan puasa. Si wanita nangis-nangis melankolis karena ditegur FPI. Kompas TV menayang setiap 2 jam berita tersebut. FPI keberatan merasa beritanya menyudutkan islam dan FPI. Banyak durasi pemberitaan, bak cuci otak bagi orang islam untuk menkrisdetkan syariat islam dan sudutkan FPI.

Kemudian FPI mengadakan pertemuan, tabayun, dengar pendapat, dan musyawah dengan pimpinan redaksi Kompas, tentang hal di atas. Sungguh pancasialis apa yang dilakukan oleh FPI dan Kompas tersebut. Musyawarah mufakat. Manusiawi, bertuhan dan adil, tidak main seruduk dan main serang.

Bravo Kompas semoga semakin sukses, independens dan terpercaya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun