Mohon tunggu...
Wisnu Sabillu Rassha
Wisnu Sabillu Rassha Mohon Tunggu... Pelajar

Bukan manusia seutuhnya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Squid Game: Sebuah Sindiran Terhadap Sistem Kelas Sosial dan Kapitalisme

7 Juli 2025   00:47 Diperbarui: 7 Juli 2025   01:20 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(07/07/2025)

Siapa yang tidak mengenal serial drama Korea Selatan terkenal dari Netflix dan ditulis oleh Hwang Dong-hyuk dengan nama Squid Game ini? Dirilis pertama kali di Netflix 17 September 2021, series ini berhasil menarik audiens yang besar dan memperoleh pendapatan yang sangat tinggi, bahkan mendominasi acara non-English terlaris di Netflix. 

Sumber: https://databoks.katadata.co.id/teknologi-telekomunikasi/statistik/6865134776cef/squid-game-3-masuk-daftar-10-serial-netflix-terlaris-global
Sumber: https://databoks.katadata.co.id/teknologi-telekomunikasi/statistik/6865134776cef/squid-game-3-masuk-daftar-10-serial-netflix-terlaris-global

Selain itu, Squid Game Season 1 dinobatkan sebagai series Netflix dengan jumlah penonton terbanyak, diikuti dengan Squid Game Season 2 dan La Casa de Papel (Money Heist). Semenjak tanggal 27 Juni 2025 di mana Squid Game Season ketiganya dirilis sampai hari ini tanggal 7 Juli 2025. Squid Game Season 3 sudah merenggut posisi ke-9 sebagai series dengan jumlah penonton terbanyak dan terlaris mengalahkan Who Killes Sara Season 1.

Tapi di balik kesuksesan-kesuksesan yang besar itu, ada makna mendalam yang jarang orang ketahui. Squid Game dipungut dari keresahan sosial, Hwang Dong-hyuk sebagai orang di balik Squid Game berusaha mengulik kenyataan pahit dalam masyarakat sosial kita. Ia menggambarkannya dalam kelas-kelas yang menjadi representasi dari hierarki sosial dalam serial Squid Game.  Semuanya dibungkus rapi dalam metafora yang sempurna.

Pada season keduanya, kita semua dikejutkan dengan pemberontakan yang dilakukan oleh Gi-Hun dan teman-temannya, pemberontakan itu muncul dari keresahan Gi-Hun dan keinginannya untuk menghentikan permainan mematikan itu. Pemberontakan itu jelas menjadi sebuah representasi dari sebuah masyarakat yang sadar dan melakukan gerakan berupa revolusi, namun revolusi yang dilakukan Gi-Hun harus berakhir nahas karena permainan itu tidak akan pernah berhenti, melambangkan kapitalisme yang selalu menemukan cara untuk menyengsarakan orang-orang kecil.

Sumber: https://www.malanghub.com/news/artikel-stratifikasi-sosial
Sumber: https://www.malanghub.com/news/artikel-stratifikasi-sosial

Dalam Squid Game, golongan bawah digambarkan sebagai para pemain, golongan menengah digambarkan sebagai para penjaga, dan golongan atas digambarkan sebagai Frontman, tamu-tamu VIP, dan orang-orang yang ada di balik permainan Squid Game.

Para pemain dalam serial Squid Game digambarkan sebagai orang-orang yang tak berdaya, pasrah, dan tunduk di bawah kokangan senapan. Namun hal mengejutkan terjadi di season kedua, di mana Gi-Hun melakukan pemberontakan dengan cara meyakinkan pemain lain bahwa mereka harus menghentikan permainan ini entah bagaimana caranya. Pada akhirnya pemberontakan pecah, mereka yang sadar adalah proletar yang memutuskan untuk mengangkat senjata demi melawan senjata yang sudah lama berkuasa di atas jabatan dan tumpukan uang. Mereka berhasil menembus barisan penjaga, namun sayangnya semuanya gagal karena mereka dihadapkan pada kekuasaan yang lebih besar yakni para borjuis. Borjuis di sini digambarkan sebagai Frontman orang yang mengatur jalur permainan Squid Game, dia memanfaatkan para penjaga (aparat bersenjata) untuk menahan tekanan massa. Perlawanan para penjaga terhadap proletar di Squid Game adalah penggambaran represi militer yang membungkam kebebasan berbicara dengan kokangan senjata. Dalam Squid Game, kita selalu berusaha diyakinkan bahwa pemilihan yang dilakukan adalah bentuk demokratis yang murni dan tanpa manipulasi. Padahal kita tahu betul bahwa di atas "kebebasan memilih" tersebut ada celengan besar berisi uang yang dijanjikan terhadap para pemain, melambangkan tentang demokrasi yang sering kali bukan merupakan sistem di mana kebebasan memilih itu nyata, melainkan sebuah sistem yang dapat didistorsi sedemikian mungkin sehingga menghasilkan hasil yang sesuai dengan keinginan para borjuis. 

Dalam Squid Game, para pemain hanya punya dua pilihan; untuk mendapatkan uang banyak tapi mereka bisa mati kapan saja, atau untuk bebas tapi ditampar kembali oleh realita dari kehidupan mereka yang sebatang kara. Hal ini ditunjukkan dalam Squid Game Season pertama, di mana mayoritas pemain sepakat untuk pulang, tapi ketika pulang mereka harus kembali menghadapi realita keras tentang seberapa dalam jurang kemiskinan mereka, sehingga mereka terpaksa untuk kembali ke dalam permainan itu lagi. Dalam Squid Game kita diyakinkan bahwa proses pemilihan merupakan proses yang benar-benar demokratis, padahal semuanya dibalut jebakan manipulatif. Orang-orang seperti pemain 100, pemain 230, adalah contoh-contoh nyata dari manipulasi otak dam cuci pikiran yang dilakukan elit politik kepada masyarakat yang tidak teredukasi untuk memanipulasi hasil pemilihan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun