Mohon tunggu...
Zulfika Satria Kusharsanto
Zulfika Satria Kusharsanto Mohon Tunggu... Ilmuwan - Peneliti Kebijakan Riset dan Inovasi

Lulusan Urban and Economic Geography, Utrecht University. Selalu mencari cara agar bermanfaat untuk sesama.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Delegasi UNDIP dalam Simulasi Sidang PBB di London

24 Februari 2012   22:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   10:11 1390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="534" caption="10 Mahasiswa Delegasi Universitas Dipnegoro"][/caption] Pada tanggal 10-12 Februari 2012 ini, Universitas Diponegoro (Undip) mengirimkan 10 mahasiswanya untuk mengikuti simulasi sidang Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) atau bahasa resminya adalah Model United Nations (MUN) di London, Inggris. MUN kali ini bernama LIMUN alias London International Model United Nations, sebuah simulasi sidang PBB terbesar di Eropa dan ketiga di dunia. LIMUN 2012 ini merupakan event yang ke-13 dengan 1350 peserta, 140 institusi (universitas, institut, SMA, society, dll), dan diikuti oleh 47 negara. Bisa dibayangkan kan bagaimana spektakulernya dan hebohnya LIMUN ini! Pembukaan atau Opening Ceremony-nya juga dihadiri orang-orang penting, salah satunya adalah Jeremy GreenStock yang merupakan Chairman dari UN Association di Inggris. [caption id="attachment_164926" align="aligncenter" width="300" caption="Jeremy Greenstock, Ketua Asosiasi PBB di Inggris Memberi Sambutan"][/caption] Sebelum kita masuk membahas acara di dalamnya, mungkin para teman-teman dan pembaca masih belum tahu apa itu MUN dan mengapa PBB harus repot-repot mengizinkan sebuah simulasi sidang PBB ini diselenggarakan. MUN merupakan simulasi sidang PBB yang diselenggarakan biasanya untuk para mahasiswa atau pelajar. Tujuan utamanya tentu untuk melatih bagaimana cara berdiplomasi yang terhormat di ranah dunia karena setiap individu seolah-olah menjadi diplomat dari suatu negara. Uniknya dalam MUN, peserta biasanya tidak diperbolehkan mewakilkan negara native-nya masing-masing. Misal saya dari Indonesia, ketika mendaftar suatu MUN pasti saya dialokasikan menjadi diplomat negara lain misal Islandia. Begitu juga dengan bule-bule lain yang mendaftar bila ia dari Perancis misal, dia akan menjadi diplomat dari Spanyol. Begitu seterusnya. Di dalam MUN biasanya juga terdapat banyak sekali komite atau badan-badan di bawah PBB atau mitra PBB seperti WHO, UNEP, UNESCO, UNICEF, WTO, FAO, dan lain sebagainya. Peserta diwajibkan untuk memilih salah satu komite dari berbagai komite yang ditawarkan. Tujuan akhir dari MUN adalah bagaimana setiap delegasi dari negara mampu menyampaikan kepentingan negaranya dan menyumbangkan ide untuk sebuah resolusi dari permasalahan yang dibahas  di dalam sebuah Draft Resolution. Selain untuk melatih public speaking, debat yang terhormat, dan lobbying, MUN penting karena istilah-istilah yang digunakan dalam sidang PBB agak-agak aneh didengar, bahkan untuk orang asli keturunan bahasa Inggris pun. Sebut saja istilah Moderate Caucus, Unmoderate Caucus, Motion on the Floor, Yields, Point of Parliamentary of Inquiry, dan berbagai istilah njlimeti (memusingkan) lainnya. Dengan mengikuti MUN ini maka diharapkan para siswa atau mahasiswa yang mengikutinya kelak bisa menjadi diplomat di dalam sidang PBB yang telah mengerti rule atau aturan dari sidang tersebut. [caption id="attachment_164931" align="aligncenter" width="300" caption="Setiap Mau Memaparkan Apapun, Delegasi Wajib Mengangkat Placard"]

13301212751369039340
13301212751369039340
[/caption] Di LIMUN kali ini saya dan 9 teman saya lainnya dikirimkan oleh Undip untuk menjadi peserta. FYI, 10 mahasiswa yang dikirimkan ini dari berbagai macam fakultas yaitu Desy Ayu Permitasari (Kedokteran), Kurnia Yustiana, Siska Indah Septiana (Gizi), Abdurahman Muslim (Ekonomi), Nelwan Sharfina Hajidah, Andi Walli Abdullah (Hukum) Astrid Ayutasari, Ali Sakti Lubis, Wildand Angesti, dan saya sendiri (Teknik). Saya dan teman-teman berkesempatan menjadi delegasi dari negara Islandia, kecuali Walli dia menjadi delegasi dari Ceko. Saya pribadi masuk dalam komite UNEP (United Nations Environment Programme) yang merupakan badan PBB yang membahas masalah lingkungan. Di UNEP terdapat 2 topik pembahasan yang alhamdulillah telah selesai kami bahas semua dalam waktu 3 hari! Itu termasuk kurun waktu yang fantastis lo untuk menghasilkan 2 penyelesaian masalah. Topik yang pertama merupakan pembahasan tentang lingkungan akibat bencana perang di Gaza Strip, Palestina. Sedangkan topik yang kedua adalah tentang pemberdayaan wanita akibat perubahan iklim. Di topik Gaza Strip, tentu saja menjadi topik yang cukup seru karena di sini ada delegasi dari Israel, Iran, dan AS yang merupakan negara-negara yang menjadi pusat utama dari topik ini. Palestina tidak ada delegasi negara karena bukan anggota PBB, tetapi ada Palestine Authority yang berfungsi sebagai sub-delegasi yang mempunyai hak menyampaikan opini umum tentang permasalahan di sana (tidak memiliki hak untuk debat). Saya sendiri sebagai delegasi dari Islandia berusaha menyampaikan opini saya bahwa penting untuk menghapus blokade yang dipasang Israel dan mengajak setiap negara untuk mengirimkan bantuan ke Gaza. FYI, Islandia merupakan negara barat pertama yang mengakui kedaulatan Palestina dan telah menjalin hubungan diplomatik sejak akhir tahun 2011 lalu. Saya juga mengirimkan notes ke Turkey agar membahas di forum bagaimana kasus Mavi Marmara yang merupakan aib Israel kepada negara-negara dunia. Karena percuma apabila semua negara ingin mengirimkan bantuan, tetapi blokade Israel masih begitu gencar. Akhirnya setelah dilakukan sidang, muncul resolusi dari permasalahan ini yang di antaranya Israel memperbolehkan bantuan diberikan dengan pengawasan dari UN serta bantuan diutamakan pada penyediaan air bersih dan infrastruktur lainnya yang mengutamakan lingkungan. [caption id="attachment_164930" align="aligncenter" width="300" caption="Komite UNEP, Saya Mewakili Iceland"]
13301211981782039371
13301211981782039371
[/caption] [caption id="attachment_164927" align="aligncenter" width="300" caption="Saya (Iceland) Ikut Berdiskusi Bersama Finland dan Belgium"]
1330121025175898547
1330121025175898547
[/caption] Di topik yang kedua tentang peran wanita dalam perubahan iklim, diskusi dan sidang yang dilaksanakan lebih lama karena hampir semua negara memiliki kepentingan masing-masing di sini. Resolusi yang ditawarkan lebih diutamakan pada pemberdayaan semua gender baik pria atau wanita dalam pendidikan dan pengajaran bagaimana menghadapi situasi perubahan iklim. Negara-negara dunia juga didesak untuk dapat menerapkan green technology untuk mengurangi dampak perubahan iklim serta mengalokasikan dana (bukan meningkatkan) untuk kepentingan-kepentingan lingkungan yang lebih mendesak seperti penyediaan bahan pangan pokok dan lainnya. Di topik ini, negara-negara yang paling sering dibicarakan adalah negara-negara dunia ketiga seperti Sri Lanka, Indonesia (Iya, Indonesia masuk! Delegasinya yang bule entah darimana bahkan memaparkan bahwa wanita Indonesia masih kurang dalam pendidikan), Nepal, dan lainnya.

Selain mengikuti LIMUN, kami juga diundang oleh KBRI London untuk bertemu Duta Besar RI di Inggris serta dijamu makan siang. Ah senangnya, ibarat mahasiswa perantau, inilah saatnya kami perbaikan gizi: MAKAN NASI! :D

[caption id="attachment_164932" align="aligncenter" width="300" caption="Bersama Duta Besar RI di London (Tengah, Berbadan Tinggi Besar)"]

1330121369297352606
1330121369297352606
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun