"Mas, kalau baca buku itu rasanya seperti membuka pintu dunia baru," ujar Ahmad, seorang pemuda tunanetra dari Semarang. Ahmad tumbuh dengan rasa ingin tahu yang besar, tetapi keterbatasan akses membuatnya sering kesulitan. Buku yang ia butuhkan tidak selalu tersedia dalam format Braille atau audiobook. Namun, segalanya berubah ketika ia mengenal Perpustakaan BI Jateng, sebuah ruang inklusif yang bukan hanya tempat membaca, melainkan jembatan menuju kesetaraan literasi.
Ahmad hanyalah satu dari banyak masyarakat Jawa Tengah yang kini bisa merasakan manfaat nyata dari hadirnya perpustakaan ini. Baik kalangan pelajar, mahasiswa, pekerja, hingga komunitas difabel, semuanya menemukan ruang belajar yang ramah dan terbuka. Perpustakaan Bank Indonesia Jawa Tengah hadir sebagai wadah inklusi masyarakat. Koleksinya tidak hanya berupa ribuan buku cetak, tetapi juga format digital, multimedia, hingga Braille dan audiobook. Fasilitas ruang baca dirancang ramah difabel, sehingga siapapun bisa belajar dengan nyaman.
Selain itu, perpustakaan ini juga aktif mengadakan program literasi digital, literasi keuangan, serta berbagai event seperti bedah buku, talkshow, hingga workshop kreatif. Semua ini dilakukan demi satu tujuan: memastikan bahwa literasi adalah hak semua orang, tanpa terkecuali.
Bayangkan jika ilmu hanya bisa diakses oleh sebagian orang. Kesenjangan akan semakin lebar, dan kesempatan berkembang pun akan terbatas. Inklusivitas hadir sebagai jawaban untuk menyatukan.
Menurut data dari UNESCO, lebih dari 15% penduduk dunia adalah penyandang disabilitas, dan banyak di antaranya kesulitan mengakses sumber belajar. Di Jawa Tengah sendiri, masih banyak kelompok masyarakat rentan yang belum mendapat layanan literasi memadai. Perpustakaan BI Jateng hadir untuk menjembatani kesenjangan ini. Dengan menyediakan koleksi Braille, audiobook, dan ruang ramah difabel, literasi kini bisa dinikmati semua kalangan. Ahmad misalnya, kini bisa mendengarkan audiobook sambil menulis cerita pendeknya sendiri. Ia berkata, "Rasanya kayak punya sayap baru."
Dari hal inilah, perputakaan BI Jateng memiliki peran bagi masyarakat, diantaranya;
Pusat Literasi Inklusif; Membuka akses bagi semua, dari anak sekolah hingga lansia.
Pemberdayaan Komunitas; Melalui pelatihan literasi digital, literasi finansial, dan pengembangan keterampilan.
Ruang Inspirasi; Bukan hanya untuk membaca, tetapi juga berkarya, berdiskusi, dan berkolaborasi.
Dengan pendekatan inklusif, perpustakaan ini berhasil menjadi lebih dari sekadar penyedia buku, melainkan ruang hidup yang memberi manfaat nyata bagi masyarakat Jawa Tengah. Sebelum mengenal Perpustakaan BI Jateng, Ahmad sering merasa terpinggirkan. Ia mencintai buku, tetapi tidak tahu bagaimana cara mengaksesnya. Namun, setelah mengikuti workshop literasi inklusif, ia bukan hanya membaca, tapi juga berani menulis puisinya sendiri.
"Bagi Ahmad, perpustakaan ini bukan sekadar tempat membaca, melainkan ruang yang membuatnya kembali percaya diri, merasa setara, dan melihat harapan baru melalui literasi." Kini, Ahmad bahkan menjadi inspirasi bagi teman-temannya. Dari keterbatasan, ia menemukan sebuah harapan baru. Kisah Ahmad adalah bukti nyata bahwa literasi inklusif mampu mengubah hidup seseorang. Ilmu bukan untuk segelintir orang, tapi untuk semua orang. Mari bergabung bersama Perpustakaan BI Jateng---ruang inklusif yang membuka pintu pengetahuan tanpa batas. Kunjungi Perpustakaan BI Jateng hari ini, rasakan pengalaman literasi inklusif, dan jadilah bagian dari gerakan #PengetahuanTanpaBatas