Mohon tunggu...
Zulaikha F
Zulaikha F Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Loh, Kok Salah jurusan?

8 Maret 2019   09:09 Diperbarui: 10 Maret 2019   15:02 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah gak sih kalian bertanya pada diri sendiri tentang apa yang sudah terjadi sekarang?
"apakah pilihan saya sudah tepat?"
"apakah benar ini yang saya butuhkan?"
"apakah ini yang saya inginkan?"
"apakah saya sudah melangkah maju atau justru sebaliknnya?"

Sering kita temui manusia tidak sadar atas apa yang terjadi pada dirinya, tidak tau mau dibawa kemana tujuan hidupnya, tidak tau mau jadi seperti apa nantinya, tidak tau atau bahkan tidak mau tau bagaimana kedepannya. Hanya mengandalkan "sudah, jalani saja dulu".

Hal itu pun sering kita jumpai di lingkungan kita sendiri, atau bahkan diri kitalah yang mengalaminya. Ketika itu saya masih menyandang gelar "Maba" Mahasiswa Baru. Yang mana masih awam bagi mahasiswa tentang kehidupan kampus. 

Tentang bagaimana menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, budaya baru, dan juga karakter-karakter baru. Masuk minggu-minggu awal yang diisi dengan kontrak kuliah dan perkenalan satu sama lain, dimana terdapat satu pertanyaan wajib yang sering dilontarkan para dosen, yaitu "kenapa pilih jurusan ini"


Kenapa? Apakah penting bagi para dosen untuk mengetahui alasan kita? Apakah alasan kita akan menunjang jalannya perkuliahan? Bisa dikatakan YA!. Pertanyaan itu akan mempermudah orang untuk mengenal diri kita, untuk mengetahui apakah kita tertarik pada bidang tersebut? apakah bidang tersebut sesuai dengan minat kita?
Tapi siapa sangka,
Banyak mahasiswa memiliki jawaban yang sama dan mirip,
"gak tau, ketrimanya di jurusan ini"
"dapetnya jurusan ini pak"
"saya salah jurusan pak"

"Loh, kok salah jurusan?"


Bagaimana bisa seseorang membuat pilihan yang salah? Pilihan yang tidak diinginkan? Waktu yang dihabiskan dalam masa perkuliahan tidaklah sebentar, harus ada banyak pertimbangan yang dilakukan. Ada waktu sekian tahun yang akan terbuang sia-sia jika tidak menjalaninya dengan tepat. Bukankah kita sendiri yang tau apa passion kita, minat kita sehingga kita tau patokan untuk menentukan suatu pilihan. Tapi kembali lagi banyak manusia yang tidak tau tentang dirinya sendiri.

Disinilah peran guru BK dibutuhkan. Tentunya sudah tidak asing mendengar istilah BK dalam dunia sekolah. BK tidak hanya mengurusi permasalahan siswa, kenakalan dalam melanggar peraturan atau konflik-konflik yang terjadi di lingkungan sekolah. BK juga beperan penting dalam mengembangkan potensi siswa, mennganalisis dan mengarahkan bakat minat siswa. Tapi jarang sekali menemui BK yang memperhatikan hal tersebut, BK cenderung ditujukan sebagai mediasi permasalahan siswa.


Saya alami sendiri saat masa SMA, hampir seluruh siswa memiliki penilaian yang sama terhadap BK, yaitu "paling juga cuma ngurusi anak nakal". Ketika poin pelanggaran sudah mencapai batas SP1 (Surat Peringatan 1) siswa sudah hafal dan maklum "yah, paling setelah ini dipanggil BK" , "paling juga diceramahi". Hanya segelintir orang yang menganggap BK penting. Mengapa? Karena siswa sudah men-cap BK hanya sebatas hal-hal permasalahan.


Memang terdapat saat BK tidak melulu menangani masalah, ada beberapa waktu dimana BK memberikan arahan, pandangan masa depan, mengetahui gaya belajar serta pengembangan bakat minat. Menurut saya itu juga penting untuk diperhatikan, di masa SMA yang sudah menduduki bangku kelas 3 yang dituntut untuk memiliki rancangan bagaimana kedepannya, apa yang akan dilakukan setelahnya, itu perlu.

Bagi siswa yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu perkuliahan, ketika ditanya "mau ambil jurusan apa?" "mau masuk univ mana?" hanya 3 dari 10 orang yang memiliki jawaban mantap. Lalu yang lain? Mereka bingung? Tidak tau bagaimana menentukan pilihan, karena mereka tidak sadar atas potensi yang dimilki, tidak tau apa yang dibutuhkan diri. Dan alhasil, memilih dengan coba-coba yang terlintas hanya "yang penting kuliah dulu", tidak ada rencana sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun