Mohon tunggu...
Zia Mukhlis
Zia Mukhlis Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemerhati Pendidikan dan Sosial Budaya

Jurnalis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Seorang Guru (Bagian 1)

14 September 2019   06:43 Diperbarui: 14 September 2019   06:49 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inilah kisahku tentang perjalananku menjadi seorang guru. Perjalanan yang bermula seusai menamatkan pendidikan formal sarjana. Kira-kira satu bulan setelah aku tamat aku langsung diminta untuk menjadi guru di berbagai sekolah. 

Tawaran itu begitu cepat datangnya kepadaku dan tanpa basa-basi aku menerimanya, sebab aku takut menjadi orang yang sombong karena banyak diantara temanku yang usai mendapat gelar sarjana tak langsung memiliki pekerjaan, menganggur. 

Ada  yang mendapatkan pekerjaan hanya berseling beberapa bulan saja sebab sistem hari ini menggunakan kontrak kerja, wal hasil setelah kontraknya habis iapun menganggur. 

Ada juga yang sudah mendapat pekerjaan namun tak sesuai dengan lingkungannya. Kebanyakan bermasalah dengan bosnya. Dan aku bersyukur mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidangku, guru.

Kebutuhan akan guru agama di berbagai sekolah kian meningkat. Kesadaran masyarkat kita untuk menyekolahkan anak-anaknya ke sekoah agama semakin tinggi. Hingga membuat sekolah harus mampung banyak siswa sekaligus membutuhkan banyak guru pendidik.

Dalam pandanganku, tugasku sebagai guru bukanlah sebagai tenaga pengajar, tapi tugas guru bagiku adalah mendidik, sekali lagi 'mendidik'. Mengajar hanya terbatas pada tindakan transfer ilmu sedangkan mendidik lebih dari itu, perubahan sikap dan mental serta cara pikir. Tentu untuk menghadapi masa depan dibutuhkan sesuatu yang bukan sekedar informasi tapi juga kecakapan seorang pribadi.

Menjadi guru pada hari ini terasa amat melelahkan. Bukan karena mendidik murid-murid yang banyak tapi kerena tuntutan menjadi guru itu amatlah banyak. Tuntutan itu adalah datang dari luar kelas, seperti membuat Rancangan Proses Pembelajaran (RPP), target tahunan, target bulanan, mingguan dan lainnya. 

Yang jika ini dikumpulkan sama tebalnya dengan desertasi doktor. Tentu ini akan menjadi beban tambahan bagi seorang guru, disamping ia harus menyiapkan bahan yang akan diajar ia dituntut banyak untuk membuat bahan-bahan lainnya.

Fokus guru apan pecah efeknya banyak guru yang melampiaskan stress tugas di atas kepada muridnya, sehingga tak tercapainya maksud pendidikan tersebut.

Kini masuklah kita ke dalam kelas. Murid adalah peserta didik. Aku masih belum bisa menjawab pertanyaan apakah murid itu objek pendidikan atau subjek pendidikan. Hari ini aku berpikir bahwa murid adalah objek pendidikan. 

Dikarenakan ia menjadi sasaran pendidikan. Ilmu dan segala macam instrumen untuk menjelaskan ilmu diarahkan agar murid bisa menerima ilmu yang diterangkan. Lalu siapakah subjek pendidikan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun