Mohon tunggu...
Zia Mukhlis
Zia Mukhlis Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemerhati Pendidikan dan Sosial Budaya

Jurnalis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sulawesi Tengah, Maaf Hati Kami Belum Terketuk

3 Oktober 2018   14:31 Diperbarui: 3 Oktober 2018   16:08 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Telah berlalu beberapa hari sejak Sulawesi Tengah disapu tsunami dan diguncang gempa, lalu baru saja kita dengar kabar yang lebih memilukan lagi, yakni satu kampung  ditelan lumpur, Petobo. Innalilahi.

Mereka berteriak, menjerit dan dan minta bantuan. "Ya Allah... ya Allah... ya Allah", bergetar dari bibir mereka. Bukan barang sulit lagi untuk mengetahui informasi saat bencana terjadi, dengan sendirnya gadget kita akan penuh dengan video tsunami dan gempa Sulawesi Tengah tersebut. Mulai dari yang dari atas mercusuar, atap rumah dan yang lari-lari dari kejaran ombak dan kepanikan gempa.

Kabarnya hingga hari ini telah ribuan korban yang ditemukan, belum lagi yang masih tertimbun dan hilang. Tak terbayang bagaimana jika kita berada disituasi yang mengerikan tersebut, digucang gempa, berhamburan, bangunan runtuh, sebagian tertimbun, lalu ketika gempa mereda tiba-tiba tsunami menerjang dari arah laut. Pernahkah kita membayangkan bagaimana jika kita disituasi tersebut? Namun itulah yang dirasakan oleh saudara kita di Sulawasi Tegah sana. Belum lagi jika kita saksikan berbagai video yang diunggah oleh orang yang berada saat kampung Petobo yang ditelan lumpur. Masyarakat berlarian sana-sini, jalan-jalan menjadi terbelah, rumah-rumah terbenam, pohon-pohon terbenam dan bahkan tower sinyalpun juga ikut ditelan lumpur, apalagi manusia yang hanya makhluk kecil. Memang serasa hari sudah kiamat, tak ada yang bisa diperbuat, hanya berlari dan menyebut nama Allah.

Masih tak terbayang bagaimana kondisi mereka saat itu. Jangan tanya saat ini, ada banyak yang tertekan, ada banyak yang menahan pilu dan pasti merasakan derita sakit. Pilu paling berat adalah ketika kita tahu bahwa keluarga kita meninggal dan tak bisa menyelenggarakan jenazahnya. Sungguh musibah yang sangat berat bagi Sulawesi Tengah.

Ada lagi kisah relawan yang kesulitan untuk sampai ke lokasi bencana, mulai terkendala transportasi, dijegal diperjalanan, medan yang berat dan bermacam tantangan lagi mesti ditempuh oleh relawan. Semuanya merasakan berat baik  yang di lokasi bencana maupun yang hendak mendatangkan bantuan dari luar. Tapi apakah hati kita sudah tersentuh oleh pilu ini?

Bergemingkah hati kita?
Bergetarkah hati kita?
Atau malah merasa bahwa ini bukan urusan saya?

Insyafkah kita bahwa kita hanyalah makhluk kecil yang ketika diguncang langsung panik, ketika diguyur air langsung hanyut, dan ketika alam ini terbenam kita hanya bisa berteriak. Sudah saatnya kita sadar dan memuhasabah diri kita, sudah dua wilayah yang terkena musibah Lombok dan Sulawesi Tengah, apakah perasaan kita masih belum tesentuh?

Mari kita kembali pada Allah, memperbaiki sikap dan moral kita. Mudah sekali kita marah dan memfitnah orang lain, bahkan sampai menganiaya. Tak perlu kita berbicara tentang teori ini dan itu, sebagai manusia tentu kita punya perasan dan akal atas batasan tindak-tanduk kita. Acap kita melampauinya dan saat ini Allah menegur kita. Memang hari ini musibah itu bukan di kamung kita, tapi tak ada jaminan bahwa musibah itu tak akan datang pada kita.

Mari kita insyafkan diri kita, berubah menjadi abdi yang taat, beralih menjadi manusia yang penuh akhlak dan berhijrah menjadi bangsa yang beradab. Semoga hati kita terketuk dengan musibah-musibah ini, dengan menyaksikan saja sudah cukup untuk menampar diri yang acap khilaf ini.

Dan mari berdoa dan memberikan bantuan yang bisa kita berikan untuk saudara kita disana...

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun