Mohon tunggu...
Ladut Guido de Arizo
Ladut Guido de Arizo Mohon Tunggu... Petani - Clove Farmer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Petani yang Berpenghasilan Miris

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menanam Cengkeh untuk Kemaslahatan Bersama

21 Juli 2019   21:22 Diperbarui: 21 Juli 2019   21:53 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paman Maxi dan salah satu temannya sedang memetik cengkeh (foto pribadi facebook)

Minat petani untuk menanam cengkeh di Desa Wangkung-Pacar, Kabupaten Manggarai Barat terus meningkat dalam lima tahun terakhir ini. Hal ini dipicu oleh karena naiknya harga cengkeh di pasaran. Kendati demikian, peluang usaha dikomuditas ini begitu sangat terbuka dan bisa dibudidayakan oleh siapa saja.

Menurut para petani cengkeh di Kecamatan Pacar Pacar, cengkeh kini ditanam secara kolosal dihampir semua kebun mereka. Tidak hanya di kebun saja, bahkan pada sawah-sawah yang kurang produktif (ditanami padi) sekalipun, dengan alasan kekurangan pengairan dan juga hama wereng yang menyebabkan selalu gagal panen.

Misalnya di beberapa desa tetangga kami, yaitu di Desa Wewak, Wulang, Manong, Sowang, Hita, Pau, Watuwangka, Rembong-Noa, yang hampir semuanya berprofesi sebagai petani sawah dan kemudian memanfaatkan sebagian dari petak sawahnya untuk ditanami pohon cengkeh.

Sebagai contoh, Paman Maxi warga desa Manong, dia kini menanam sekitar 70 pohon cengkeh di beberapa petak sawahnya yang sesekini menjadi kebun cengkeh. Ia pun menggantikan tanaman padinya dengan cengkeh, karena tanaman padinya beberapa dekade terakhir hampir seluruhnya diserang hama wereng hingga akhirnya gagal panen.

"Jengke (sebutan lokal untuk Cengkeh) kan jarang terserang hama to, dan bisa berbuah seumur hidup. Lagian harganya su mulai mahal kembali, saat ini harga cengkih sudah mencapai Rp 85.000 per Kg. Karena itulah saya memanfaatkan sebagian dari petak sawah untuk ditanami cengkeh" kata Paman Maxi.

Hampir semua warga di kampung Paman Maxi kini menanam cengkeh setelah mempelajari peluang usaha dari hasil komoditas ini. Kini (2019) mereka mengetahui harga cengkeh cukup menggairahkan dan diharapkan akan terus stabil.

Jika dulunya pada saat zaman orba, yang bisa dimanfaatkan dari cengkeh hanya buahnya saja, tapi sekarang ini semuanya bisa dijual dan dijadikan uang, baik itu buahnya, daun, batang semua bisa dijual dan harganya pun mahal.

Jika menukik ke masa lalu, daun cengkeh dibuang atau dibakar begitu saja, tapi kini bisa dijual dengan harga Rp 1.500 hingga Rp 2.000 per Kg, sementara gagang cengkeh bisa mencapai Rp 4.000 hingga Rp 5.000 per Kg. (Patokan harga ini untuk konteks Manggarai)

Pola menanam cengkeh seperti ini memang sesekini menjadi trand di daerah saya. Dan sebagian besar dari petani cengkeh pemula itu mendapatkan bibit cengkeh yang diberikan secara cuma-cuma. Tapi bukan dari pemerintah, melainkan pemberian hibah dari sesama petani cengkeh. Tentunya dengan harapan sama sama bangkit sembari berharap ekonomi terus berdenyut diwilayah ini.

"Tren menanam cengkeh dikalangan petani sudah berlangsung lima tahun belakangan ini. Untuk bibit cengkeh, biasanya petani pemula datang kerumah untuk memintai bibit cengkeh. Bapa berikan cuma cuma dan tidak dijual, sebagai bentuk dukungan saja agar mereka semangat menanam" kata Bapa Agus Ladut, yang kebetulan Ayah dari penulis sendiri. hehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun