Mohon tunggu...
M. Fauzan Zenrif
M. Fauzan Zenrif Mohon Tunggu... Dosen - Zenrif

Hidup Itu Belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Merah Putih Tercabak-cabik Kembali: Catatan Pinggir Anak Bangsa Pinggiran

25 Agustus 2019   12:38 Diperbarui: 25 Agustus 2019   12:46 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bendera merah putih kembali tercobak cabik tidak lama setelah peringatan hari kemerdekaannya dilakukan di semua wilayah negeri ini. Tidak eloknya, berbagai informasi menyatakan bahwa salah satu penyebab atau trigger munculnya kasus baru itu ialah ceramah agama seoranh dai muda kondang dalam masjid.

Sebagai ummat Islam, saya tidak ingin bicara tentang trigger itu di sini. Yang ingin saya bicarakan saat ini ialah tentang merah putih. Merah putih yabg saya kenal sejak dari pertama kali mengenalnya hingga memahami yang sebenarnya. Sekalioun tulisan ini tidak saya maksudkan mencari solusi, atau mengusulkan alternatif penyelesaian masalah yang sedang hangat dibicarakan itu, semoga apa yang saya tulis ini bisa menjadi penjelas atau bahkan benang penyatu kembali robekan merah putih itu.

Saya ingat pertama kali mengenal dengan baik warna merah putih pada tahun 1982an. Saat itu, saya masih kanak-kanak, baru duduk di bangku SLTP. Saya mencintai warna bendera itu, bukan karena ia bendera bangsa ini, melainkan karena ia warna hasduk Pramuka yang saya beli di Pasar Gondanglegi.

Sumber: https://www.pramukaria.id/
Sumber: https://www.pramukaria.id/

Ya, saya mencintai warna merah putih itu karena ia warna hasduk Pramuka yang saya pakai setiap hari Sabtu. Saat itu, saya begitu bangga pada hasduk merah putih itu, sebab saya menggunakannya di saat saya mulai menjadi anggota Pramuka. Waktu itu, saya masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah Raudlatul Ulum, Ganjaran. Kecintaan pada merah putih itu terus berkembang dan menjadi bagian dari sejarah hidup saya secara pribadi. 

Sumber: https://indocropcircles.files.wordpress.com/
Sumber: https://indocropcircles.files.wordpress.com/

Pada tahun 1982, dimana Indonesia melaksanakan pemilu ketiga sejak masa Orde Baru. Tahun itu saya masih terlalu kecil untuk memahani kondisi politik, tetapi kecintaan saya pada merah putih sudah mulai tumbuh. Saya masih teringat, waktu itu, saya sempat bertengkar dengan anak tetangga, Abdul Hadi, anak Pak Ilyas.

Malam itu bersamaan dengan malam takbiran, kelompok Abdul Hadi datang dari arah selatan dan kelompok saya dsri arah Utara. Di jalan gelap dekat perkebunan Kampung Kennik, kami bertemu dan mulailah saling mencemooh dan saling menghina.

"Hidup Golkar..." Begitu teriak kelompok Abdul Hadi.

"Hidup Ka'bah," Begitu kami membalas dengan penuh keyakinan akan kebenaran gambar politik PPP waktu itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun