Memaknai Ulang "Ngusar" Perspektif Pendidikan
Dalam makna tradisi orang Madura, ngusar berarti membersihkan makam dari kotoran. Beberapa pekerjaan penting dalam tradisi ngusar ialah menyiangi rumput dari kuburan, mengecet ulang kuburan, membaca al Qur'an, dzikir, lalu doa. Satu hal yang menarik dalam tradisi ini ialah efek psikologis setelah itu menjadi penguat mental dab kepribadian bagi peziarah untuk tetap bisa mengingat kebaikan, lalu meniru kebaikan para sepuh yang sudah mendahuluinya.
Dalam kaitannya dengan terakhir ini, saya teringat pada konsep Ulumul al Qur'an yang menjelaskan bahwa salah satu fungsi Qashasul Qur'an (cerita-cerita dalam al Qur'an) ialah menguatkan hati Rasulullah saw. Mengingatkan bahwa dalam setiap tradisi dakwah para nabi, selalu saja ada tantangan dan rintangan, namun selalu saja Allah swt. memenangkan kebaikan dan meruntuhkan kemungkaran.
Saya ingin berangkat dari konsep ini untuk memaknai "ngusar" dimana term ini semestinya diperluas sesuai dengan efek psikologisnya. Ngusar, dengan begitu, tidak boleh hanya berhenti sampai pada pekerjaan yang disebutkan itu, tapi mestinya melanjutkan dengan pembacaan sejarah kebaikan para pendahulu sehingga dapat menanamkan mental kebaikan pada para peziarah.
Dalam tradisi Islam, dikenal juga pembacaan sejarah seperti ini, seperti Manaqib Syeikh Abdul Qadir al Jilaniy. Begitu pentingnya sejarah kebaikan itu diperdengarkan atau dibaca, Ibn Khaldun (pakar Sosiologi dan Historiografi Islam) menulis sebuah kitab monomental, Muqaddimah Ibnu Khaldun.
Lebih dari itu, kita membaca dalam al-Qur'an (kitab suci Ummat Islam), banyak menjelaskan sejarah ummat terdahulu. Tercatatlah kisah kaum 'Ad, kaum Tsamud, beberapa tokoh kebikan yang diwakili oleh para Nabi dan Rasul, dan beberapa tokoh keburukan, diwakili oleh Fir'aun (dalam kepemimpinan dan politik) dan Qarun (dalam bidang ekonomi).Â
Kita juga mengenal "Jas Merah" ala Soekarno yang meminta agar bangsa Indonesia tidak pernah meremehkan dan melupakan sejarah masa lalu.
Dalam bidang manajemen, pembelaharan sejarah administrasi, dianggap sangat penting, sehingga perlu pembukuan yang terstruktur dengan baik, dengan sistim perencanaan, monitoring, evaluasi, dan laporan aktifitas yang terbukukan secara baik.
Begitulah, saya ingin memaknai tradisi "ngusar" ini dalam arti yang luas, tidak hanya menjadi tradisi ritualistik yanv stagnan dan akhirnya akan mati.
Abah Achmad Zayyadiy Yang Aku Tahu